• HALAMAN 5 •

120 11 5
                                    

"kedai es krim?" Tanya Alena begitu mereka sampai di sebuah bangunan kecil bernuansa klasik yang didominasi oleh warna monochrome.

"Iya. Yuk masuk" Adi menjawab pertanyaan Alena seraya mendorong pintu masuk.

"Kamu.. suka es krim?
"Yaiyalah Alena, mana ada sih orang yang gak suka es krim?"
"Ada tauuu"
"Sedikit kan tapi?"
"Hmm iya sih.."
Adi terkekeh dan membawa Alena menuju tempat pemesanan.

"Pesen apa mbak, mas?"
"Oreo polos satu"
"Oreo gak pake apa apa satu"
Ucap mereka berbarengan. Mereka pun saling melirik satu sama lain lalu tertawa.
"Kok bisa barengan gitu ya?" Tanya Adi di sela sela tertawa nya. Alena hanya mengedikan bahu sambil terus tertawa.
"Berapa mba semuanya?" Ucap Adi mengeluarkan uang dari dompetnya.
"34.000 mas"
Adi pun menyodorkan uangnya lalu menerima kembalian.
Mereka memilih untuk duduk di bangku dekat jendela.

"Kamu sering kesini di?" Ucap Alena sambil asik memakan es krimnya.

"Yap. Kalo pulang sekolah dan lagi jenuh"

"Ohh"

"Len? Boleh ngomong gak?"

"Itu dari tadi ngomong"

"Oh iya"

Alena tertawa.

"Mungkin ini agak tiba tiba tapi.. Lo ga se-freak itu kok Len"

"Hah? Darimana kamu--"

"Dari buku tulis Lo, ga sengaja kebuka di bagian belakangnya, sorry ya"

"Gapapa di," Alena tersenyum kecil.

"Lo bisa jadi diri Lo apa adanya kalo sama gue Len. Gak perlu menutup diri. It's Ok. Semua orang punya masalah termasuk gue. Jadi bertingkah seolah kita berdua adalah orang yang bermasalah yang lagi duduk berdua. Gaada yang perlu pura pura, oke?"

"Ooo..ke?" Jawab Alena ragu.

"Haha muka lo Len" Adi tertawa. Tawa yang sangat tulus dan bahagia.

"Cih, apasih di? Rese"

"Hahaahahahahaha" Adi masih tertawa.
Setelahnya mereka pun berbincang bincang sambil sesekali tertawa. Sikap Adi yang supel dan mudah untuk mencari topik membuat mereka akrab dalam waktu singkat. Alena hanya butuh kurang dari 3 hari untuk mengenal Adi. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan mengharuskan mereka kembali ke sekolah. Jarak kedai yang tidak terlalu jauh dari sekolah sudah pasti membuat perjalanan mereka tidak memakan waktu yang panjang.

Sesampainya disekolah, Adi memakirkan sepedanya kembali dan menarik tangan Alena untuk sedikit berjalan lebih cepat.
"Hah syukurlah masih ada 5 menit lagi" ucap Adi menghela napas. "Ayo Len" lanjutnya.
Alena yang tanpa sadar telah digandeng Adi hanya diam saja dan mengikutinya dengan sesekali berlari untuk mengimbangi langkah adi.

Mereka tak tahu, tapi langit tau. Disana, diujung sana ada laki laki yang tak sengaja memperhatikan mereka dari kejauhan. Menatap mereka dengan tampang kecewa. Dia adalah andanu. Sudah menjelaskan semuanya bukan?
Perjuangan baru dimuai. Gumamnya dalam hati.

~**~

Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa Alena akan pergi ke taman itu. Sesuai perkiraannya saat awal masuk sekolah. Ia masih belum bisa untuk berbaur dengan yang lain. Percayalah, sangat susah untuk merubah image orang terhadap kita. Sekarang, Alena telah dikenal sebagai gadis aneh yang tidak memiliki teman, kecuali Adi. Itupun mereka akrab kalau sedang dikelas saja, atau ketika Adi mengajaknya ke suatu tempat. Tak mau berlama-lama Alena segera menuju taman, dengan sedikit berlari akhirnya ia sampai di taman kurang dari 3 menit. Namun, ada yang aneh saat ia sampai taman. Disana telah duduk seorang pria dengan manisnya sambil membaca buku tebal di bangku kesayangannya. Merasa tempatnya diduduki, Alena sedikit terusik. Ia buru buru melangkahkan kaki dengan langkah besar menuju bangku itu.

Alena.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang