•HALAMAN 6•

114 8 2
                                    

"lagian siapa suruh ngeliatin aku?!" Ucap Alena membuang muka dan kembali kesal, kali ini sambil menahan rasa malu karena ada yang memergokinya menari.

"Aku belum bilang ya? Kalau kamu punya sesuatu yang menarik, terutama untuk aku?"

"Me--menarik? apansih?" Ucap Alena sedikit gugup. Pasalnya ia merasa bahwa kali ini pria itu mencoba mengkukapkan perasaannya. Namun lagi lagi ia menolak itu. Gak mungkin gak mungkin. Batinnya dalam hati. Dan mengatasi kegugupannya.

"Mata kamu tuh beda Al. Seperti menyimpan ribuan perasaan. Tapi yang paling mendominasi ya kesedihan itu. Mungkin yang lain gak bisa lihat. Tapi aku bisa. Aku pernah jadi kamu Al. Makanya tanpa kamu ajari pun sebenarnya aku sudah mengerti."

Tuh kan Al! Makanya jangan kepedean. Batinnya lagi dalam hati.

"Lalu kenapa waktu itu kamu minta diajari?!" Tanya Alena mengingat kejadiannya di taman waktu Danu memberikannya sapu tangan hijau toska itu.

"Modus aja hehe" jawabnya dengan sedikit bercanda.

Alena tanpa sadar memukul kaki laki laki itu. Namun tak ayal ia malah ikut tersenyum.

"Al? Kamu senyum tuh cieee"
"Memangnya kenapa? Gak boleh?"
"Boleh! Senyum terus saja! Aku senang"

Alena diam.

"Ada lagi Al yang menarik dari kamu." Ucapnya lagi.

"Aku gak mau tahu" jawab Alena sekenanya.

"Kamu itu orang yang tulus."

"Sok tau" jawab Alena lagi.

"Nyebelin sih kamu?" Ucapnya sambil tersenyum.

"Memang!"

"Aku serius Al. Kamu itu baik. Hanya saja kamu gak sadar"

"Kenapa kamu bisa bilang gitu?"

"Bisa lah kan aku Danu."

"Apa istimewanya dari menjadi seorang Danu?"

"Kata bunda aku bisa tau sikap orang hanya dari matanya saja. Keren kan?"

"Gak, sama sekali engga tuh" ledek Alena.

"Oke kalau kamu gak percaya. Lain kali aku bakal buktiin. Kalau aku benar, kamu mau ya aku ajak pergi ke tempat kesukaanku?"

"Deal" jawab Alena lantang.

"Oke" timpal Danu sambil tersenyum lebar.

Pas banget ketika mereka mengakhiri percakapan itu, bel masuk berbunyi bertanda berakhirnya jam istirahat. Baik Alena maupun Danu sama sama sibuk merapihkan barang barangnya. Setelah rapih mereka pun pergi dari sana sambil sesekali Alena berlari kecil lalu Danu mengikutinya dibelakang. Mereka sempat jadi pusat perhatian karena adanya Danu. Jangan lupakan fakta bahwa Danu cukup terkenal di sekolah itu. Namun, bagi mereka, Danu adalah cowok yang amat sangat cuek. Perilakunya berbanding terbalik 180° ketika sedang bersama Alena.

Alena dan Danu yang jadi pusat perhatian sama sekali tidak menyadarinya. Alena sibuk berlari dan Danu sibuk mengejar Alena. Untuk kemudian mensejajarkan langkah mereka. Mereka pun berpisah di pertengahan lorong. Alena terus berjalan lurus sementara Danu berbelok ke sebelah kiri. Tak ada salam perpisahan dari keduanya.
Mereka hanya berjalan masing masing.

~**~

Huaaa udah lama banget ya ga ngepost.. chapter ini pendek banget, authornya kehabisan kata kata wkwkwk tapi bakal cepat update kok.. aminnnn hehe

Jangan lupa vomment ya teman teman , aku butuh banget Support dari kalian biar seenggaknya aku semangat nulis, makasih!!!

Salam,
Ara

Alena.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang