Rainbow~ 7

53 2 0
                                    

Ggreekkk...

Rheyna membuka pintu rumahnya. Rheyna terkejut melihat orang yang ada di depannya sekarang, Yapp!! Dia Revan.

"Rr..revan??" Ucap Rheyna gugup.
"Ehh, maaf ya aku ke rumah kamu.."-Revan
"Ee,, iya gapapa kok.. ada apa Revan?" Tanya Rheyna.
"Ini, aku cuma mau balikin helm kamu.. tadi di toko aku.." Jelas Revan sambil menyerahkan helm ke Rheyna.
"Astaga!!!" Ucap Rheyna sambil menepuk pelan dahinya. Lalu mengambil helmnya.
"Haha.. kamu ini gimana si? Helm di tinggal di toko orang.. kalau ilang gimana?"-Revan.
"Heehe.." Rheyna hanya terkekeh.

"Gak di suruh masuk masnya non?? Kasian lhoo.." Ucap bi Inah menggoda Rheyna.
"Eh iyaa,, Revan, mm..masukk.." Ucap Rheyna sedikit gugup.
"Gak usah, aku langsung balik aja.. Soalnya toko buku gak ada yang jaga.."
"O.. trus kok kamu tau si jalan ke rumahku?" Tanya Rheyna.
"Ada dehh.." Jawab Revan cengengesan.
"Aahh!! Aduhh!!"

Tiba-tiba Rheyna merasakan sakit yang sangat luar biasa... Rheyna rasa, penyakit jantungnya kambuh lagi.

"Aarghh!!" Teriak Rheyna sambil menekan dada kirinya untuk mengurangi rasa sakit. Revan kebingungan melihat Rheyna seperti itu.

"Rheyna,,, Rheyna kenapa??" Tanya Revan sambil membawa masuk Rheyna.
"Ya ampunnn... Mbak Rheyna.. mbak Rheyna kenapa mas?" Tanya Bi Inah khawatir.
"Saya tidak tau bi!!" Jawab Revan.
"Aarghh!!!" Rheyna terus saja meronta kesakitan.
"Bi, kita bawa Rheyna ke rumah sakit sekarang!! Bibi panggil taksi saja.." Ucap Revan sambil terus memegangi badan Rheyna yang kesakitan.
"Iya mas sebentarrr" Bi Inah segera lari ke luar rumah dan memanggil taksi.
"R..Revan!! Sakit Revan!!!!! Hiks hiks..." Teriak Rheyna di sela-sela isak tangisnya. Ia terus saja menekan dada bagian kirinya.
"Mana obatmu? Aku ambilkan.." Ucap Revan panik.
"Obatku sudah habis Revan! Hiks hikss Aakkhh!!!" Teriak rheyna kesakitan.
"Ya ampun.. Rheyna, kamu sakit sampai seperti ini.. tahan sebentar Rheyna.. aku disini kok, tenang ya.." ucap Revan sambil terus memegang erat tangan Rheyna.

Rheyna terus meronta kesakitan. Dan pandangannya sekarang menjadi gelap, Rheyna langsung pingsan seketika.

"Rheyna.. bangun Rhey!! Rheyna!!" Ucap Revan sambil menggoyangkan badan Rheyna.
"Rheyna! Bangun Rhey! Kamu kenapa si Rhey?" Ucap Revan sekali lagi.
"Aduh,, Bi Inah lama!!" Dengus Revan.

"Mas Revannn... Taksi nya sudah dapat ini..." Teriak bi Inah dari luar.
Tanpa membalas bi Inah, Revan segera menggendong Rheyna keluar.
"Ya ampun! Mbak Rheyna pingsan?" Ucap bi Inah panik.
"Iya bi.. maaf bi, tolong bukakan pintunya." Ucap Revan sambil menggendong Rheyna.
Segera Revan memasukkan Rheyna ke dalam taksi.

"Maaf mas Revan, mas antarkan mbak Rheyna ke rumah sakit dulu, bibi mau menelfon nyonya dulu.." Ucap bi Inah sambil masuk ke dalam rumah.
"Ayo pak, berangkat."-Revan.

Di dalam taksi, Revan terus saja memandangi Rheyna yang pucat. Dia masih belum sadarkan diri.
"Kasihan Rheyna.. dia sakit apa? Kok dia kesakitan sampai seperti itu?" Gumam Revan.

Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Revan segera membawa Rheyna masuk.

"Sus,, tolong sus, teman saya pingsan sus!" Ucap Revan kepada salah satu suster di rumah sakit tersebut.
"Eh, iya dik, ayo ikut saya." Kata suster itu.
Revan terus mengikuti suster tersebut sampai mereka berhenti di depan pintu bertuliskan nama Dr. Irfan.
"Dik, bawa temannya masuk.." Kata suster tersebut mempersilahkan masuk.
Revan hanya mengangguk mengiyakan.

"Dokter, tolong teman saya dok." Kata Revan sambil membaringkan tubuh Rheyna di ranjang rumah sakit.
"Rheyna..." Gumam dokter Irfan.
"Saya periksa dulu." Kata dokter Irfan kepada Revan.
Revan mengangguk lagi.
Segera dokter Irfan memeriksa keadaan Rheyna yang belum sadar.
"Kalian hanya berdua? Ibu Kinta mana?" Tanya dokter tersebut kepada Revan.
"Ibu Kinta?" Tanya Revan balik.
"Iya.. ibunya Rheyna." Kata dokter Irfan.
"Oh jadi dokter sudah kenal dengan Rheyna." Ucap Revan dalam hati.
"Maaf dok saya tidak tahu nama ibunya Rheyna. Karena saya teman barunya Rheyna. Tapi, tadi pembantu Rheyna sudah menghubungi Tante kkii...kinta, ya Tante kinta." Jelas Revan.
"Ya.. saya akan menunggu Bu Kinta untuk memberitahukan penyakit Rheyna."-dokter.
"Baik dok."
"Dokterr!!!!!" Panggil seorang wanita yang tidak lain adalah ibu Kinta.
"Astaga, Rheyna.. ada apa nak?? Dokter ada apa dengan Rheyna..?" Tanya Bu Kinta sambil menangis.
"Revan, kok ada di sini." Tanya Bu Kinta lagi kepada Revan.
"Emm,, saya mengantarkan Rheyna tante." Jawab Revan.
"Terima kasih Revan.. Revan, Revan bisa keluar sebentar?"- Bu Kinta.
"Iya tante.. Revan sekalian mau pulang, sudah larut malam soalnya tante... Permisi."
Segera Revan meninggalkan ruangan tersebut.

"Mari Bu Kinta.." ucap dokter Irfan mempersilahkan Bu Kinta duduk.
"Dok? Rheyna? Rheyna baik-baik saja kan?" Tanya Bu Kinta menahan tangisnya.
"Maaf Bu Kinta, kondisi jantung Rheyna sekarang sudah sangat melemah.." ucap dokter Irfan lirih.
"Dokterr!!! Apa yang harus saya lakukan?? Hiks hikss!"
"Ya, Bu Kinta harus banyak banyak berdoa.. dan rutin menjalani pengobatan atau check up." Ucap dokter Irfan.
"Dokter, Rheyna sempat bertanya akan penyakitnya.. dan saya bingung harus jawab apa dok?!! Hiks hiks hiks" ucap Bu Kinta di sela sela isak tangisnya.
"Bu Kinta harus segera memberi tahu Rheyna sebelum Rheyna tahu dari orang lain." Jelas dokter Irfan.
"Baik dok.. saya usahakan.." sahut Bu Kinta sambil mengusap air matanya yang terus berjatuhan.

Bu Kinta menghampiri anak gadisnya yang berbaring lemah di ranjang rumah sakit. Yeah, Rheyna terlihat sangat pucat, dan bekas air mata di pipi nya yang sudah kering menandakan bahwa ia sangat kesakitan hingga menangis.

"Maafkan ibu sayang,, ibu tidak bisa menjagamu baik-baik.. hiks hiks" ucap bu Kinta sambil mengelus pipi anaknya.
"Rheyna, bangun nak.. ibu ada di sini.. ayo kita pulang,hiks.. ibu belikan novel baru untukmu, hiks hiks.." ucap Bu Kinta sambil terus menangis.
"Ibuu..." Rheyna membuka matanya
Dan yeah, Rheyna sudah sadarkan diri sekarang.
"Rheynaaaa..." Panggil Bu Kinta sambil memeluk anaknya tersebut.
"Ibu jangan menangis, Rheyna gapapa kok.." sahut Rheyna sambil mengusap air mata ibunya.
"Rheyna, Rheyna sudah sadar?"

Suara itu, ya, suara yang sudah tidak asing lagi bagi Rheyna. Suara yang selama ini mengobatinya jika Rheyna sakit. Ia dokter Irfan.
"Iya dok.." Jawab Rheyna.
"Ibu, Rheyna ingin pulang..." Rengek Rheyna seperti anak kecil.
"Iya sayang.. dokter kami pulang dulu.. terima kasih dokter.." Ucap ibu Kinta berpamitan dengan dokter Irfan.
"Iya.. Rheyna cepat sembuh ya?" Dokter Irfan sambil melambaikan tangan.
Rheyna mengangguk dan membalas lambaian tangan dokter Irfan.
"Eh, tunggu ibu.. obat Rheyna sudah habis." Ucap Rheyna menghentikan ibunya.
Segera ibu Kinta meminta obat kepada dokter Irfan. Rheyna dan ibunya pulang.









Yeyyyy!!! Gomawo yang dah mau bacaaaa.. lagi2 aku buatnya sambil ngantuk2 nih... Tapi gapapa lahh😊😊😊
Mian kalo chapter nya dikit2.. soalnya bingung mau nulis apaan?? Makanya comentt yaaa biar gabingung..:v

Oke jangan lupa vcoment ne??
Paipaiii😊😊😊😊😊

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang