11. Bloom

6K 546 142
                                    

Jimin, pemuda manis yang masih berdiri di dalam ruang kerjanya menatap kosong kearah pintu yang sudah tertutup rapat.

Dirinya mematung tidak bergeming di tempat, masih merutuki kebodohannya sendiri karena menerima tantangan dari Jungkook yang sudah sangat dan amat jelas, pertaruhan itu akan dimenangkan olehnya dengan perkiraan perbandingan 70/30%

Tamat sudah riwayat Jimin.

Mungkinkah keberuntungan akan berpihak padanya besok?

Jimin mengacak rambutnya kasar, dia mulai berjalan lalu menjatuhkan dirinya di atas kursi kerja, seketika dia menatap layar computer yang masih menyala terang, menampilkan lembar kerja yang belum terselesaikan.

Pikirannya makin tidak tenang, lalu dia menggelengkan kepala keras serta mulai lagi mengerjakan kerjaannya yang tertunda.

Setelah menyelesaikan kerjaannya, Jimin mengumpulkan berkas itu kedalam sebuah brangkas yang berada di dalam gedung jurusan sastra, jelas saja pihak Universitas tidak mau jika ada karyawannya yang menyalah gunakan lembar soal ujian, jadi mereka menyediakan satu brangkas pada tiap gedung jurusan untuk menyimpan lembar-lembar soal yang berharga.

Jimin melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

Waktu menunjukkan pukul satu, yang artinya Jimin harus segera melangkahkan kakinya untuk segera menyampaikan kuliah pada mahasiswa yang mengambil mata kuliah sejarah hangul.

Ia segera merajut langkanya menuju kelas yang sudah terisi ramai oleh para pelajar, Jimin masuk kedalam ruangan kelas, ia bergerak untuk memberi isyarat pada seluruh mahasiswa bahwa kuliah sudah di mulai, saat ini Jimin tengah menjelaskan dengan tenang tentang awal mula asal muasal hangul yang di ciptakan oleh Raja Sejong Yang Agung pada masa pemerintahan dinasti Joseon.

Seketika ekor mata Jimin menangkap sosok orang yang sangat dikenalinya, dia cepat-cepat menoleh kearah sudut paling belakang kelas, matanya langsung bertemu pandang dengan sosok itu , sosok yang langsung menyeringai senang.

Melihatnya Jimin buru-buru membuka daftar absensi kelas, seingatnya tidak ada orang itu di kelasnya, dan benar saja Jimin tidak menemukan nama Jungkook pada daftar absensi, lagi-dia mendongakkan kepalanya kearah Jungkook berada, namun ia dikejutkan ketika melihat bangku itu kosong, tidak ada Jungkook di sana.

Menghasilkan tatapan bodoh Jimin di depan para mahasiswanya.

Sepertinya sekarang dia sudah tidak waras, mengapa Jimin terus saja melihat siluet milik Jungkook dimanapun ketika kedua matanya mengerjap pelan.

Tidak dapat dipungkiri lagi, itu semua sangat mengganggu si pemuda manis, namun dia tetap melanjutkan tanggung jawabnya di sana dengan memberikan kuliah.

Akhirnya semuanya selesai, Jimin mendesah lega ketika jam sudah menunjukan waktunya bagi para mahasiswa untuk segera pulang, Jimin langsung bergegas menuju ruang kerjanya, merapikan sedikit meja yang berantakan, lalu pergi dari gedung jurusan sastra setelah dia mengisi absen kerjanya.

Jimin bingung, apakah dia harus pulang ke apartemennya yang sudah dengan mudah dibobol oleh suruhan Jungkook atau tidak usah pulang kesana sama-sekali.

Bahkan dia masih memikirkan masalah itu di kepala saat dia menginjakkan kaki di halte kampus untuk menunggu bus nya.

Di sana.

Si manis yang sekarang telah berada di dalam bus angkutan umum masih berfikir keras, bagaimana jika nanti ketika dia tidur Jungkook tetiba datang menyerangnya?

Oh tidak biasa dibiarkan!

Dia tidak boleh ada di rumahnya, setidaknya sampai pertandingan besok di mulai, setidaknya jika dia memenangkan pertaruhan Jimin dapat mengusir Jungkook untuk menjauhi kehidupannya.

FLOWER (KOOKMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang