TRS 2

98 28 80
                                    

Mulmed : Revan Anggardian

Happy Reading :)

***

Suasana pagi hari di SMA Garuda Jakarta, begitu ramai oleh siswa juga siswi yang berbondong-bondong masuk ke dalam sekolah. Bermacam macam, ada yang berlarian masuk, saling bercanda dengan teman, beriringan dengan pacar, termasuk--

Brumm brum

Yang menggunakan sepeda motor dengan dimainkan seperti itu. Siapa lagi kalau bukan Revan beserta gengnya? DRAFT, begitu semua orang mengenal mereka. Hampir setiap hari mereka melakukan itu saat memasuki gerbang sekolah. Membunyikan suara deru motor mereka hingga sampai ke area parkiran sekolah.

"Anjir sakit bego!" rintih Ares saat hendak melepas helmnya tapi malah terkena sasaran keusilan Defian di kepalanya. Tidak heran, lelaki yang satu itu memang kelewat jahil.

Defian hanya menyengir membalas gerutuan Ares seolah dirinya tidak melakukan apapun "Iseng Ar." katanya, mengangkat jarinya yang menunjukkan angka dua

Fahri ikut terkekeh. "Udah diem lo berdua." sahutnya menghentikan pertengkaran dua orang sahabatnya yang lebih mirip anjing dan kucing. Fahri menggelengkan kepalanya tak habis pikir, dia harus melerai mereka berdua, karna kalau tidak pasti akan berlanjut ke tingkat kejahilan dan menyebalkan Defian yang paling tinggi.

Revan melepas helmnya dan hanya diam melihat ke arah lapangan depan sekolah yang menuju ke koridor. Ada satu hal yang membuat dirinya memperhatikan satu cewek yang sepertinya pernah dia temui. Kalau tidak salah, kemarin. Revan mengangguk-angguk. Dia ingat cewek itu memang ditemuinya kemarin saat menagih uang sewa.

'Ternyata itu cewek satu sekolah, bener kata orang, dunia itu sempit' pikirnya.

"AMEL.." Revan mengalihkan pandangannya saat ada yang menyebut nama gadis gila itu.

"Amanda.." sebutnya tanpa sadar.

Tirta yang mendengar Revan menyebut nama Amanda langsung menyenggol bahu Sahabatnya itu. "Kenapa lo?"

Revan diam saja, pandangannya masih mengarah pada dua cewek tadi yang saling bercanda. Tirta tanpa diminta mengikuti arah pandang Revan. Laki-laki itu berdecak kemudian mengusap dagunya.

"Pantes. Orang ngelihatin mantan." gerutunya mengundang perhatian sahabat-sahabatnya yang lain.

Defian mengendikkan dagunya pada Ares, seolah bertanya apa yang sedang Tirta maksud. Mendapat gidikan bahu tak peduli dari Ares, Defian beralih pada Fahri yang kemudian ikut dibalas gelengan tidak ikut campur. Defian memutar bola matanya malas, namun tiba-tiba bersiul genit. "Sapa tuh yang lagi barengan sama Amanda? Boljug lahh." katanya menyahuti omongan Tirta.

Revan tidak menghiraukan perkataan teman-temannya. Padangannya masih terpaku pada Amel dan Amanda yang berjalan menuju ke koridor kelas 12.

Ares yang mengetahui isi pikiran sahabatnya, sontak langsung merangkul bahu laki-laki itu, akrab. "Gak ada yang gak mungkin. Masih ada harapan buat ngelupain itu cewek"

Seolah tutup telinga, Revan membalas, "Cabut"

Revan berjalan meninggalkan mereka begitu saja. Baik Ares maupun teman-temannya tidak heran jika Revan bersikap begitu saat menyangkut yang namanya Amanda Arabella, mantannya. Yang jelas masih dicintainya.

Yang mereka khawatirkan, mau sampai kapan sahabatnya itu begini?

***

"Eh Mel, bayar kas ya lo nunggak 20 ribu nih"

Amel dan Amanda yang baru saja duduk di bangkunya, mendegus malas. Baru juga duduk, tapi sudah mendengar suara Caca selaku bendahara kelas menagih tunggakan kas kelas miliknya. Malah perempuan itu kini sudah berada di sampingnya. Mata Amel memutar bosan. Gak di kantin, di toilet, di kelas.. Caca ini selalu deh kerjaannya nagih uang kas. Amel heran, sebenernya Caca ini bendahara kelas apa penunggu sekolah sih!

TREASURE [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang