Revan memutar bola matanya, jengah. Saat sekali lagi melihat Amel mengerutkan kening sambil mengelus-ngelus dagunya, kebingungan. Mereka berada di UKS saat ini. Tapi bukannya langsung mengobati Revan, Amel justru menatap kotak P3K di hadapannya seolah-olah kotak tersebut akan bertelur.
"Van, cara ngobatin luka bakar itu gimana ya?" Katanya setelah di rasa tidak menemukan jawaban.
Revan terkekeh geli. Dua sudut bibirnya berkedut ingin tersenyum. "Kaga tau. Pake salep 88 kali"
"Pake minyak kayu putih aja gue tetesin di mata lo"
"Sadis"
Amel melengos. Hendak pergi browsing sebelum kemudian berkata, "Apa gue ludahin aja ya?"
Revan melotot. "Mau gue di rujuk ke RS gara-gara rabies hah?" Katanya galak. "Badan lo itu bau. Banyak kuman!" Lanjutnya mengernyit jijik.
"Sembarangan aja! Nyebelin!" Amel menghentakkan kakinya kesal. Kemudian menekan luka bakar Revan agak keras hingga cowok itu mengaduh kesakitan. "Rasain dasar manusia sombong!"
"Ada apa nih?" Tirta tiba-tiba menyengir sambil menenteng sebuah kresek bening berisi salep khusus untuk luka bakar. "Nih Bos pesanan lu udah gue beliin. Non Amel bantuin obatin si bos ya? Gue mau nyusul anak-anak di kantin"
"Sialan!" Revan menyumpah.
"Tirta tungguin Amel aja sampe Amel selesai ngobatin Revan. Amel ngerasa gak aman berdua doang sama dia"
Tirta mengangguk cepat.
Revan langsung berdiri dari brankarnya. "Apaan sih lo manja amat jadi cewek! Gak Tir, udah lo ke kantin aja sama anak-anak. Amel biar gue yang urusin" usirnya.
Tirta mengangguk lagi. Cowok itu sudah keluar ruangan, sementara Amel hendak menyusul ketika kemudian Revan berkata,
"Eh eh mau kemana? Lupa kalo lo bau? Gak malu sama Tirta?" Bentaknya. "Obatin gue cepettan! Lelet!"
Amel mendengus. Namun tak ayal membantu Revan mengobati luka bakar di telapak tangannya. Belum juga 10 menit, cowok itu berkata lagi,
"Jangan terlalu serius"
"Hm. Kenapa?"
"...lo keliatan makin cantik kalo serius"
Amel lupa cara menginjak bumi.
Karna tanpa dia sadari, dia melangkah mundur sebanyak 3 kali, kemudian menerjang Revan dengan tendangan tepat di pipi.
"Eat that bitj"
***
Tirta sedari tadi menahan tertawanya melihat Revan mengompres pipinya menggunakan es batu yang di bungkus dengan kain.
"Ketawa dah Tir"
Langsung saja Tirta tertawa sekeras mungkin dengan memegangi perutnya, sementara Amel? Perempuan itu justru fokus dengan bakso yang di belikan Revan seolah merasa tidak bersalah dengan lebam yang berada di pipinya Revan.
"Ukhda mbbaikhan" tanya Amel dengan kunyahan bakso yang di pipinya.
Revan mendelik ke arah Amel sedangkan Tirta menghentikan tawanya yang sedari tadi menggema di sudut ruangan kantin.
Setelah bakso yang Amel makan tandas, cewek itu kemudian mengusap sudut bibirnya sambil mengusap-usap perutnya penuh rasa puas. "Mbak, ini sisanya di bungkus aja deh. Udah gak kuat perut saya ngabisinnya"
Revan menggeleng tak habis pikir. Sementara Tirta terkekeh. "Apanya yang mau dibungkus, Mel! Udah abis juga"
"Ada tau!!" Balas Amel tidak terima. "Pokoknya gue mau kuah bakso sama mie nya di bungkus!"
Merasa tidak bisa mengelak, Revan berkata, "Yaudah, Mbak.. dibungkusin aja. Sekalian tambahin beberapa baksonya juga. Ini anak emang udah kaya korban bencana busung lapar"
"Bilang aja lo gak ikhlas, ya kan?"
Tirta terkekeh sekali lagi. "Mampus"
"Ikhlas, Mel.. Ikhlas gue kok" sahut Revan mengangguk-angguk. Lelaki itu kemudian memberikan uang sebesar limapuluh ribu untuk membayar makanannya dan juga milik Amel.
"Loh? Bakso lu gak dimakan?" Kata Amel tiba-tiba. Melihat Revan menggeleng, cewek itu dengan cepat berkata, "Mbakkkk... yang ini sekalian dibungkus juga dong..."
Tirta ngakak di tempat. Sementara Revan berkata dengan malas,
"Meli, please.."
***
"Makasih buat tumpangan sama baksonya ya.. hehehehehe.. kalo perlu sering-sering deh lu traktir gue" Amel tertawa dan Revan mendengus.
"Sering-sering! Enak banget mulut lo ngomong. Dompet gue kurus yang ada"
Amel terbahak. "Jangan medit lah, Van jadi holkay. Bagi-bagi gitu sama yang lebih membutuhkan. Terutama gue"
"Gue mah gak medit, goblo! Kalo gue medit mana mungkin gue beliin lo bakso sebanyak ini, eh? Lo aja yang matre"
Sambil memegangi perutnya karna terlalu banyak tertawa, Amel berkata, "Baru juga gue mintain bakso. Belum gue mintain rumah beserta mobil dan isinya aja udah ngomel-ngomel. Lu aja yang kismin! Bye!"
"Sialan emang! Udah gue balik dah! Sebelum lo ngerampok isi dompet gue lagi" keluh Revan kembali memasang helmnya yang sudah sempat terlepas.
Amelia menghentakkan kakinya. "Belum aja kena sleding"
Terdengar kekehan ringan dari Revan meski terhalang helm. "Udah kena kan tadi? Di pipi aja memarnya belum hilang, lu udah mau nambahin lagi. Belum aja gue laporin atas dugaan KDRT"
"Berisik lu ah. Pulang sana!" Ketus Amel kemudian. Sambil berkacak pinggang, dia berkata, "Jangan lupa gue tunggu traktiran selanjutnya"
"Santai" balas cowok itu membunyikan klakson sebanyak dua kali. "...Nanti pas kita udah jadian" lanjutnya membuat Amel melotot dan hendak menimpuk kepala Revan dengan batu bata kalau saja lelaki itu tidak menjalankan motornya, kencang.
"Amit-amit ya Allah jangan dijabah. Bisa gila hambamu ini kalo jadi pacarnya itu orang" kata Amel komat-kamit.
"Hayo! Pacaran sama siapa?"
"Amanda!!! Ngagetin aja sih!"
"Hehehehehehe"
Amel kemudian merangkul pundak sahabatnya sambil tersenyum lebar. "Masuk yuk! Gue dapet rejeki hari ini. Kita makan besar"
"Tumben?"
"Biasa, rejeki anak sholehah"
***
Tbc+A/N :
824 kata aja buat part kali ini wkwk. Selamat hari Rabu teman-teman sekalian..
We love you💞
Btw, kalian lebih suka yang mana,
Part panjang tapi slow up
Atau
Pendek tapi fast
Kalau aku pribadi sih, lebih suka yang panjang-panjang hahahahahahaha X_X
Komen ya para pecinta DRAFT, saling berpartisipasi terutama di cerita amatir punya kami ini huhu
Rabu, 03 Okt 2018
Dark side space
KAMU SEDANG MEMBACA
TREASURE [HIATUS]
Novela Juvenil[Story #1] Ketika cewek super duper irit bertemu dengan cowok super duper royal. Apa yang akan terjadi? Berurusan dengan lelaki seperti dirimu. Sungguh hal tidak masuk akal. Ketika dirimu tau hal yang terjadi sebenarnya? mampukah dirimu menjauh dari...