Semua berawal saat kami masih berumur sepuluh tahun. Hari itu, di malam yang dingin itu, adalah hal yang yang tak pernah bisa kami lupakan sampai kapanpun. Seberapa keraspun kami mencoba.
Namaku Kuro. Aku mempunyai seorang adik kembar laki-laki bernama Shiro. Kami bisa dibilang anak orang berada.
Ayah kami seorang pejabat yang cukup berpengaruh di wilayah kami. Kami punya rumah yang cukup besar. Tidak, bahkan sangat besar. Kekayaan Ayah begitu melimpah. Setiap hari para pelayan yang tak terhitung jumlahnya siap mengasuh dan melayani seluruh kebutuhan kami.
Kami hidup bahagia? Yah, mungkin saja. Kalian bisa anggap kehidupan kami tak ubahnya sinetron yang biasa tayang di televisi. Tahu kan apa yang terjadi pada anak-anak yang orangtuanya kaya?
Ayah dan Ibu jarang pulang. Kami selalu diurus pembantu rumah kami. Tapi mungkin karena itulah kami menjadi sangat akrab. Masih untung kami anak baik-baik. Menjadi anak yang suka menghamburkan uang atau ikut kelompok geng motor jalanan bukan gaya kami.
Yah, kehidupan berjalan normal, hingga malam itu datang.
"Kuro..."
Aku menoleh, tampak Shiro berdiri di ambang pintu sambil memeluk boneka teddy kesanyangannya.
"Ada apa?"
Shiro berjalan mendekatiku. "Kau sudah tahu, kan, malam ini Ayah dan Ibu datang ke pesta yang diadakan walikota?"
Aku mengangguk sebagai jawaban.
Kemudian Shiro merangkak naik ke tempat tidur, duduk di sampingku dengan masih memeluk boneka teddynya. "Aku ngantuk," katanya sambil menyandarkan kepala pada bahuku.
Aku tersenyum sambil mengusap kepalanya, "Ayo, kita tidur. Sudah pukul 10."
Lampu kamar kumatikan, pintu kututup rapat. Setelahnya, aku beranjak berbaring di sebelah Shiro yang sudah siap dengan boneka teddynya.
Aku menarik selimut, mengucapkan selamat malam pada Shiro yang kemudian membalas ucapan selamat malamku, lalu mulai terlelap.
Saat itu kami tak tahu, ada seseorang yang sudah berdiri di depan gerbang rumah kami. Menyunggingkan seringai lebar dibalik tudung hitamnya yang sepekat langit malam.
Waktu menunjukkan pukul sebelas lewat. Aku yang sudah terbang di alam mimpi tiba-tiba dikejutkan dengan Shiro yang mengguncang-guncangkan tubuhku.
Masih setengah sadar, aku mencoba membuka kedua mataku, "Ngghh... ada apa?"
"Aku mau ke kamar mandi, boleh?" balas Shiro yang tahu-tahu sudah berdiri di samping tempat tidur.
Aku hanya mengangguk sambil mengucek-ucek mataku, dan Shiro hilang di balik pintu.
Aku berusaha untuk tidur lagi, tapi mataku seakan tak mau terpejam. Aku bangkit, menepikan selimut, lalu duduk di pinggiran tempat tidur.
Aku mengayun-ayunkan kakiku ke depan dan belakang. Membenturkannya pada kasurku yang empuk. Sudah limabelas menit berlalu, tetapi Shiro tak kunjung kembali. Aku jadi merasa khawatir. Perlahan aku turun, berjalan pelan membuka pintu dan mulai menyusuri lorong lantai dua rumah megah itu.
Suasana begitu gelap. Satu-satunya sumber cahaya yang ada hanyalah sinar bulan yang menembus kaca-kaca jendela berukuran besar sepanjang lorong.
Aku memanggil Shiro beberapa kali. Tetapi tak ada jawaban. Tetap kuteruskan mencari anak itu.
Sementara, Shiro yang baru berjalan keluar kamar mandi mendengar suara seseorang menaiki tangga. Cepat-cepat anak itu bersembunyi di balik sebuah meja besar.
![](https://img.wattpad.com/cover/131857870-288-k281650.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin Killer
Actionketika seorang profesional ternyata tak berdaya di hadapannya...