A Man With Black Umbrella

156 17 0
                                    

10/12/17
Hari ini terhiasi oleh harumnya aroma petrikor, dan merdunya suara rintik hujan, serta indahnya pelangi menghiasi langit senja Havana. pria itu sangat menyukai suasana seperti ini, apalagi ditemani dengan kekasihnya, tapi takdir telah bertolak kata orang yang dicintai selama ini telah meninggalkannya tanpa pamit dan membencinya. Sesekali dia meniup secangkir kopinya yang panas lalu meminumnya dengan perlahan agar lidahnya tak terasa terbakar.
Mengingat masalalunya memang berat, dimana dia dijadikan seperti boneka, dicintai dan disayangi ketika pemiliknya baru membelinya lalu di hiraukan dan dibuang saat pemiliknya sudah mempunyai mainan yang baru. Teringat kopinya yang sudah hangat pria itu menyeruputnya sampai habis lalu mengambil payung hitamnya untuk menuju toko kue yang tak jauh dari kediamannya.

Dibalik derasnya hujan matanya tetap mampu melihat siapa yang sedang duduk sendirian di halte. Dia berjalan mendekati seseorang yang sedang duduk di halte tersebut sambil menyeringai, dia harus menyampaikan berita kepada anak itu bahwa dia akan membalaskan dendamnya. Setibanya di depan anak tersebut pria itu mencoba berbicara dengan sopan dengannya meskipun baginya sangat berat, dia sudah mencobanya dan berhasil namun anak itu membalasnya dengan tidak sopan, dan ini adalah waktu baginya untuk menyampaikan sebuah berita bahwa dia akan membalaskan dendamnya, anak itu dengan tidak sopannya meninju wajah mulusnya lalu meninggalkannya terkapar dan meraung kesakitan di bawah derasnya hujan. Kepalanya terasa sakit, masalalu yang tak ingin terulang lagi kini terjadi, masalalunya seakan terulang kembali, tanpa ia sadari air matanya menetes dan ia langsung menyeka air matanya dengan kasar lalu ia berdiri dan berteriak sekeras-kerasnya. Tidak ada satupun orang yang tahu betapa sakit hatinya, betapa sesak dadanya andai saja dia bisa membalaskan pukulanya pasti ia sudah menghabisinya hingga bernapas tapi, sangat berat baginya untuk menyakiti orang yang masih ia cintai meskipun tak lagi dianggap.

Sesampainya di kediamannya ia melepas kemeja basahnya lalu berganti baju dengan kaos putih polos dan boxer, setelah mengganti bajunya yang basah terkena hujan ia langsung membanting tubuhnya ke kasurnya yang berwarna hitam, ia menutup matanya mencoba untuk tidur tetapi, rasa sesak di dadanya masih terasa dia ingin sekali melampiaskan kemarahan dan kesedihannya.

***

"Seandainya  waktu bisa diulang aku tidak akan menjadi seburuk ini, aku akan menjadi pria sebenarnya, tidak seperti aku yang saat ini." Celoteh Erick entah berbicara dengan siapa sepertinya dia menyesali apa yang telah ia lakukan. tanpa ia sadari ibunya sedari tadi di belakangnya dan mendengarkan apa yang telah dia ucapkan.
Ibunya mengelus rambut Erick yang fluffy, menyadari ada orang yang mengelus rambutnya sontak Erick menoleh ke belakang dengan gelagapan dan bertanya, "mama, ada apa?" Lalu ibunya tersenyum dan berkata, "Waktu memang tak bisa diulang kembali nak, tetapi kau bisa memperbaiki dirimu dari sekarang."

Erick menatap ibunya dengan diam lalu mengalihkan pandangannya ke lantai yang ia pijak. "Aku—aku tidak bisa ma, aku sudah mencobanya tetapi tetap saja." Ucap erick frustasi.

Ibunya tersenyum lagi seraya mengelus rambut anaknya. "Omong-omong apakah kau sudah mempunyai-" belum selesai ibunya berbicara erick langsung memotong perkataannya, "Mama, jangan bilang soal itu lagi aku tidak sudi berpacaran apalagi dengan gadis di sekolahku."

Ibunya tergelak kecil, "sebentar, sepertinya airnya sudah matang ." sontak wanita paruh baya itu menuju dapur dengan sedikit terburu-buru.

***

Hi guys jumpa kembali di part No Entiendo yang selalu short :D.

Hope you liked this part and enjoy it.

And.... don't be a siders ya guys tolong di vote juga ya😘.

Danke Schon🖤

No EntiendoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang