'Aku tidak tahu, aku belum merasakannya.' Joel tersenyum miris atas apa yang dia tulis, itu adalah sebuah tugas sekolah. Ya, tugas menulis puisi, entah apa yang terpikir dari kepala guru itu sampai memberinya tugas seperti ini.
"Ck, bagaimana ini?" Dia mencoret kalimat yang belum berbentuk puisi yang ditulisnya tadi.
Sepertinya dia mulai menemukan ide untuk tugasnya itu, dia menatap langit-langit kamarnya lalu menarik napas dalam-dalam dan mulai merangkai puisi dan ditulisnya di sebuah buku dengan bolpoin. Sepertinya ada rasa yang mengganjal di hatinya, entah itu sesak atau apa yang membuatnya berhenti menulis. Joel kembali menarik napas lalu melanjutkan menulis puisinya itu.
Bait demi bait telah ditulisnya, tanpa memedulikan berapa nilai yang akan didapat dia hanya menulis apa yang ada dihati, pikiran dan perasaan. Jadilah sebuah puisi yang berjudul 'Kosong'.
'KOSONG'
Berapa banyak kata untuk mendeskripsikan kosongnya hati ini?
Berapa banyak bintang yang mendengarkan cerita tentang kosongnya hati ini?
Bulan dan bintang menjadi saksi namun, mereka tak kunjung menanggapi.
Begini saja kisah tentang ini.
Aku tidak punya ide lagi.Setelah membaca ulang puisi untuk tugasnya itu, dia menarik kedua bibirnya dan menggumamkan sesuatu,"Lebih dari cukup."
Joel menarik napas lalu membereskan buku dan alat tulis yang ada di mejanya. Ya, dia adalah orang yang sangat mencintai kebersihan dan kerapian, tidak tahan dengan hal-hal yang kotor atau berantakan. Meja belajarnya kembali rapi, kasur sudah rapi, kamar sudah dibersihkan, Saatnya menuju dunia mimpi.
Kedua mata yang memiliki bulu mata yang panjang dan lentik itu belum ingin menutup, cahaya bulan yang menembus dari jendela kamarnya membuat kedua mata itu nampak bersinar. Dia tidak bisa tidur dengan keadaan kamarnya terang seperti ini, rupanya dia lupa untuk mematikan lampu. Pantas saja dia tidak bisa tidur.
•^^•^^•
Nakas di sebelah tempat tidurnya bergetar, getaran itu seakan suara petir Thor yang menyambar tubuh hingga menjadi debu. Dia membuka matanya dan melihat jam di nakasnya. Sial, hampir lima menit dia telat.
Jangan heran jika dia takut telat pergi ke sekolah, karena dia memiliki alasan untuk itu.Kali ini dia benar-benar berbeda, dia membawa lengkap buku pelajaran, berseragam lengkap dan rapi, dan tentu saja sarapan.
Setelah basa-basi dengan keluarganya saat sarapan, akhirnya driver Grab yang dia pesan datang juga.
Selama di perjalanan dia hanya melihat jalan raya melalui kaca mobil yang tidak terlalu padat dengan kendaraan saat gerimis di pagi hari.
Mobil yang ditumpanginya berhenti tepat di depan sekolahnya, dia segera membayar dan turun lalu memasuki sekolah.
Dari penjaga gerbang yang heran mengapa dia datang tidak seperti biasanya, kini koridor yang penuh gadis yang selalu memandangnya ketika berjalan belum ada seorang gadis pun disana.
Sesampainya di depan pintu kelas dia meraih gagang pintu dan membukanya, siapa sangka bahwa kelasnya itu juga masih belum ada tanda-tanda keberadaan manusia selain dirinya. Kini dia curiga kalau hari ini adalah hari libur.
Erick terperanjat dari tempat tidurnya, dia rupanya telah bermimpi buruk. mengerjapkan matanya lalu mengedikkan bahunya seperti sedang merasa jijik. Yang benar saja mana mungkin dia seperti yang ada di mimpinya, dia bersyukur karena itu hanyalah sebuah mimpi.
Hi, is anyone miss me?
Lol no one miss me, maybe they just miss this storeh:)Yeaaa long time no c.
Like usually, if you enjoy this part tap the yellow star bellow🌟⬇️.
Besitos🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
No Entiendo
FanfictionSebuah kisah yang tidak banyak orang tahu, dan kisah tentang perjalananku untuk menemukan. Biarlah tertulis dalam sebuah cerita yang memiliki sebuah ending yang tak mudah ditebak.