Malam ini aku kembali mengajakmu bersua canda dalam suatu pesan singkat. Tanpa wajah yang saling bertatap, kita bahagia menikmati isi pesan yang terketik.
Kamar yang dingin, kini semakin hangat saat rayuanmu membuat bibirku tersenyum sendiri. Senyum bahagia. Ya, mungkin seperti orang yang gila. Orang yang gila akan cinta yang kau berikan setiap saat.
Pernah kutanya singkat, "Masihkan kamu merindukanku disini?".
Dengan ragu, kamu mengetik membalas pertanyaan itu cukup lama. Mungkin kau perlu mempertimbangkan pikirku.
Lima menit aku menunggu dalam diam, suara dering pesanku berbunyi. Tangan ini seakan bergerak cepat, mengambil ponsel berkaca retak itu.
Mataku tertuju pada pesan yang kusematkan, ya itulah pesanmu yang selalu berada diatas.
"Masih", jawabmu singkat.
Akupun ikut meragu, perlukah menunggu waktu lima menit jika jawabannya hanya lima ketikan. Perlukah setiap huruf diberikan satu menit untuk dijawab. Namun, aku menghilangkan pandangan itu.
"Bagaimana denganmu?", tanyamu mengembalikan keadaan
Dengan rasa penuh suka tanpa adanya sedikitpun duka aku menjawab.
Rinduku hanya satu, rinduku tidak ada mendua
Rinduku buta, tak mengenal tempat kau berada ia selalu ada
Rinduku tuli, tak mau mendengarkanku saat kupaksa berhenti
Dan,
Rinduku ini akan selalu tertujukan, hanya,
Untukmu.
Kau pun tersenyum disana, aku suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambang Imajinasi
PoetryImajinasi itu adalah sebuah fenomena yang sulit untuk dibendung, ia selalu berkelana, menjamah setiap rasa, dan terambang dalam luasnya pemikiran.