Part 16

1K 139 24
                                    

Langkah kaki itu terhenti di depan sebuah kamar bernomor 102. Rasanya, pisau seperti menusuk hatinya. Jelas, ia sadar bahwa ini adalah salahnya. Taehyung begini adalah salah Min Yoongi.

"Puas kau?"

Suara lain di belakang Yoongi mengalihkan perhatiannya. Kemudian ia berbalik, menatap orang itu dengan tatapan sayu.

"Jungkook?"

"Puas kau, hyung? Setelah kau menyakitiku dengan bermain dibelakangku, kau menyakitinya. Puas kau? Sekarang dia, yang ada di dalam adalah orang yang ku cintai. KU TANYA PUAS KA-"

Plak!

Bukan, bukan Yoongi yang menampar Jungkook, melainkan seseorang yang kini ada di hadapan Jungkook dengan rambut dan pakaian yang berantakkan. Sumber masalahnya.

"Kau! Jeon Jungkook! Jangan pernah menyalahkan Yoongi. Kau tak ber hak menyalahkannya"

Jungkook hanya menyeringai, dengan tangan yang memegang ujung mulutnya. Luka karena tamparan Jimin tadi.

"Tak bisakah aku menyalahkannya karena ia sudah merebutmu dariku? lalu sekarang ia mengkhianati cinta orang yang kucintai dengan membuatnya menjadi pelampiasan. Lalu? Lihatlah! Peluang selamat hanya 25% karena kepalanya terbentur pembatas jalan. Dimana kau, hyung saat Tae membutuhkanmu? Menghangatkan tubuhmu bersama mantan kekasihku di ranjang?"

Kemudian Yoongi terisak. Benar. Jungkook sepenuhnya benar. Ia adalah pengacau. Min Yoongi tak pantas disebut sebagai orang yang dicinta. Karena dirinya lebih pantas disebut sebagai pengacau.

"Lalu, sekarang kau sudah berani mendekati Jimin lagi padahal kau tau bahwa Jimin sudah berke-"

"CUKUP"

Seorang dokter menghentikan perdebatan mereka. Dokter itu memiliki postur tubuh yang tinggi dan berbahu lebar. Surainya yang berwarna hitam arang terbawa angin.

"Apakah kalian tidak tau bahwa ini di rumah sakit? Sebenarnya apa masalah kalian hingga masalah ini kalian bawa ke rumah sakit?"

"Apakah kau dokter yang menangani Kim Taehyung?"

"Ya aku orangnya. Kim Taehyung-ssi harus terus dipantau. Dukungan dan motivasi kalian padanya bisa membantunya cepat sadar dari koma. Perkenalkan namaku Shin. Tae. Jun."

Taejun?

.
.
.
.
.

"Iya benar noona. Aku mendengar dari mulutnya sendiri"

"Mana mungkin, Kook? Taejun yang ku kenal bukan seorang dokter. Aku tak pernah melihatnya memakai jubah dokter"

"Aku tak peduli noona. Intinya, aku hanya ingin kau hati-hati jika kau mau rencanamu berhasil. Jika kau ingin kemari, kabari aku dulu"

"Ya ya ya terserah. Pada intinya tak akan ada yang bisa menghancurkan rencana Jeon Boram"

"Terserah noona. Terserah. Aku matikan"

.
.
.
.
.

Saat ini di dalam kamar inap Taehyung, Yoongi dan Jimin sedang menunduk. Masing-masing dari mereka menyadari perkataan Jungkook tadi. Mereka jadi kasihan pada Jungkook karena membuatnya (hampir) kehilangan orang yang dia cinta. Untungnya Dokter Taejun bilang bahwa kemungkinan selamat ada, tapi tidak besar. Hft, meskipun tidak besar, tapi bolehkan mereka berharap bahwa Tuhan masih bermurah hati memberikan satu nyawa lagi untuk Taehyung?

"Ekhm, kalian bisa pulang. Aku yang akan menjaga Taehyung"

Jungkook mengagetkan lamunan Jimin dan Yoongi. Rasanya, benar-benar bersalah sudah membuat Jungkook jadi seperti ini.

"Mianhae.." cicit Yoongi. Bahkan untuk meminta maaf saja ia takut.

"Sudahlah, ini bukan sepenuhnya juga salahmu, hyung. Pulanglah. Dan untuk Jimin hyung. Pulanglah ke rumahmu. Istrimu menunggu. Appa mu geram dengan kelakuanmu"

"Yoongi hyung, ayo pulang. Kita memang tak pantas ada disini"

Jimin menarik Yoongi kasar keluar dari kamar inap Taehyung. Yoongi berontak, berusaha melepaskan cengkeraman Jimin ditangannya.

"YAK PARK! LEPAS! AKU BISA SENDIRI"

"Hyung! Tolong sekali ini saja dengarkan aku"

"Kau bilang apa? Mendengarkanmu? Yak Park Jimin yang terhormat, kau dengan seenaknya memerintahku, tapi tidakkah kau lihat di dalam? Orang itu, yang terbaring lemah di kasur adalah kekasihku. Hiks.. kau tega. Biarkan aku masuk"

Yoongi menangis kejar kemudian. Lututnya sudah tak mampu menumpu tubuhnya. Ia jatuh terduduk dengan kedua tangan yang meraup wajahnya. Ia benar-benar merasa bersalah. Jimin yang melihat itu dengan sigap membawa Yoongi ke dalam pelukkannya.

"MINGGIR! JANGAN PELUK AKU! KAU JAHAT! AKU TAK SEHARUSNYA MENGABAIKAN TAEHYUNG! KAU YANG HARUSNYA KU ABAIKAN"

Yoongi benar-benar meronta di dalam pelukkan Jimin, hingga Jimin pun juga ikut terbawa suasana. Ia ikut menangis. Dalam diam. Yang bisa Jimin lakukan saat ini hanyalah merapalkan beribu-ribu ucapan tenang dan tak hentinya mengumpatinya dirinya sendiri bodoh. Ia telah membawa Yoongi ke dalam posisi sulit ini.

Tanpa mereka sadari, seorang dari dalam kamar Taehyung menyeringai melihat pertengkaran mereka.

"Bahkan kau sudah dua kali hancur tanpa ada campur tanganku. Memang takdirmu mungkin ya, Min Yoongi?"

.
.
.
.
.

Parah! Setelah berhenti menenangkan Yoongi yang tetap tak mau buka mulut sekarang yang ada di hadapan Jimin adalah tampang licik Boram. Ya, Jimin memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

"Dari mana kau?"

"Bukan urusanmu"

"Jimin, aku mencintaimu. Tak bisakah kau membalas perasaanku?"

Jimin hanya mendengus. Seorang ular licik macam Boram bisa mengucapkan kata cinta? Darimana?.

"Jangan pernah berharap, bitch!. Simpanlah semua bualanmu! Telan sendiri kebohonganmu itu!"

Jimin kemudian melalui Boram begitu saja. Meninggalkan Boram dengan setitik air mata yang jatuh.

"Hiks.. tak bisakah aku mendapat cintamu? Aku ingin kau cintai, Jim. Hiks. Aku tau aku jahat, hiks. Tapi tak bisakah kau meninggalkannya dan berbalik padaku? Seperti kita waktu dulu. Hiks"

Ya, Boram menangis. Ia pun juga wanita. Semua wanita pasti ingin cinta, bukan?. Tapi caramu licik, Jeon Boram!. Bukan seperti itu caramu mendapat cinta.

.
.
.
.
.

Dikamarnya, Jimin benar-benar hancur. Ia amat merasa hina. Dengan tidak elitnya ia main seret Yoongi, padahal Yoongi bukan siapa-siapanya.

Apa benar jika Yoongi membencinya? Apa kehadirannya selama ini benar-benar menggangunya?. Jika iya, Jimin mundur. Lain sisi, ada Boram.

Jimin sadar, Jimin mengerti bahwa cara Boram mendapatkan hatinya memang salah. Tapi, apakah Jimin yang ada pada dirinya memang Jimin? Jimin tak pernah mau menyakiti wanita. Jadi, jika memang Yoongi tak ada harapan, haruskah Jimin belajar mencintai Boram?.

Belajar mencintai. Tak salah bukan?.

.
.
.
.
.













R u miss me reader?

Kok makin kesini makin drama ya? Kzl -,-

Silv bingung end nya. Heuheu.

Vomment yaww ❤

Jesus bless 💕

Ohya, cek work baru silv donggg!! Ramein lahhh.

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang