Five•Bad Day

29 7 9
                                    

Ketika jam istirahat kedua Rain tidak berani untuk keluar kelas ketika mengingat kejadian beberapa jam lalu. Ia takut untuk kembali bertemu dengan Bow akhirnya Rain memilih untuk tetap di kelas bersama ketiga sahabat nya.

“ihh udah dong Hel jangan gangguin gue terus”rengek Aulia

“haha gak papa biar lo cepet game over” Helma semakin gempar untuk mengganggu Aulia yang sedang asik bermain surbay surf di handphone milik Helma. Ketika semua orang sedang sibuk nya bermain mobile legends mereka malah asik bermain surbay surf

“tuh kan gara-gara lo sih” Aulia membanting handphone milik Helma

“uluh, Aulia jangan marah tak tun tuang tak tun tuang”

“auk ah gue benci sama lo, sana lo minggat gue gak pernah punya temen kaya lo”

“ya udah gue juga males temenan sama lo”

“oke ya udah gak papa jangan minta makan di rumah gue lo”

“ehh neng yang biasa nya minta makan itu siapa? Bukan nya situ”

“siapa juga yang minta makan dirumah lo”

“hehe tapi iya juga sih”lanjut Aulia dengan cengiran kuda nya.

Bagi kedua sahabat Rain ini tidak ada hari tanpa ribut dan berdebat seperti saat ini contoh nya. Tapi bagi Rain moment seperti ini yang tidak bisa dilupakan jika nanti mereka akan pisah.

Walau pun idiot, Rain sangat menyayangi ketiga sahabat nya ini. Mungkin akan sulit juga untuk Rain akan menemukan sahabat seperti mereka.

Bagi Rain tidak ada yang lebih menyenang kan selain dari sebuah persahabatan dan tidak ada yang lebih menyakit kan dari sebuah perpisahan antara sahabat.

Ketika semua nya sedang asik sendiri, Rain yang asik dengan pikiran nya sendiri dan kedua sahabat nya sedang sibuk berdebat dan Ana yang juga sibuk berpacaran di depan kelas, semua siswa dan siswi  Binus tampak heboh berlarian menuju lapangan basket indoor.

Penyakit kepo Aulia kambuh, ia menghentikan perdebatan nya bersama Helma dan mengajak Helma dan Rain untuk ikutan menuju lapangan basket indoor.

“Ra ikutan yuk gue kepo nih” rengek Aulia mulai mengeluarkan jurus andalan nya untuk membuat Rain luluh.

“jibang, gak usah sok imut udah amit juga” Helma menoyor kepala Aulia dan menatap jijik ke arah Aulia yang masih memohon pada Rain

“ayo Ra siapa tau anak osis ngadain bazar makanan”

“makanan mulu pikiran lo nyet”

“biarin ahh ribet banget lo, bantuin kek”

Pertahanan Rain hancur untuk mengacuhkan kedua sahabat nya. Ketika sudah berdebat seperti ini bagaimana bisa Rain untuk mengabaikan mereka yang ada makin stres untuk mengdengar kan debatan unfaedah mereka berdua.

Rain beranjak dari duduk nya untuk mengikuti teman-teman nya yang lain karena Rain juga penasaran apa yang sedang terjadi di lapangan basket.

Melihat Rain yang sudah mendahuluinya, cepat-cepat Aulia dan Helma menyusul Rain yang sudah keluar kelas.

Untung saja lapangan basket dan kelas Rain tidak berjarak jauh sehingga bisa dengan cepat ia sampai di lapangan basket.

Aulia yang tampak semangat segera menerobos kerumunan siswa siswi Binus yang sangat ramai ini dengan Rain di belakang nya. Cukup mengikuti Aulia saja Rain sudah bisa melihat kejadian di lapangan tanpa di halangi oleh siapa pun

“lo mau kan jadi pacar gue ”

Mendengar itu hati Rain seperti di sayat-sayat oleh ribuan pisau. Kejadian di lapangan basket benar-benar mengejutkan bagi Rain. Ia menyesal telah mengikuti permohonan Aulia untuk ikut pergi ke lapangan basket yang ternyata seorang most wanted Binus High School sedang menyatakan perasaan nya pada cabai pinggiran.

DistressingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang