“entah pertanda apa? Yang penting di saat aku butuh seseorang, kau lah seseorang itu”
--Raina Brigita Rich--
---
Amanda berjalan gontai memasuki rumah nya. Di sofa ruang tamu sudah ada ayah nya menyesap kopi susu sedangkan Rahma duduk di sebelah ayah nya.
Reyhan--ayah amanda menautkan alis nya, merasa ada yang kurang. Sedangkan amanda sudah ketar ketir menahan takut melihat ekspresi Reyhan
Amanda berhenti tepat di delan ayah nya, amanda duduk dengan kepala yang tertunduk
"mana adik kamu?" terdengar jelas suara khawatir dari Reyhan dan amanda takut akan hal itu. Walau ayah amanda terbilang cukup humble dan asik untuk di ajak berteman tapi jika sudah marah tidak ada siapa pun yang bisa menyela nya
"ma...maaf yah" perasaan gugup dan takut telah menguasai tubuh amanda, ingin rasa nya ia menghilang dari sini ia tidak kuat dengan suasana seperti ini
"ayah tanya kemana? Bukan nyuruh kamu minta maaf" Reyhan menaikan volume suara nya, ia tidak habis fikir pada anak nya yang satu ini, bagaimana bisa pergi bersama tapi pulang pisah
Sedang kan Rahma hanya mengelus-elus pundak Reyhan berusaha meredam emosi nya, dan merasa iba pada Amanda yang sudah pucat
"amanda lupa yah" ucap Amanda dengan suara bergetar menahan takut Amanda memejam kan mata nya berusaha menetral kan detak jantung nya
Tanpa basa basi Reyhan mengambil kunci mobil nya di atas meja dan keluar rumah membawa mobil nya meninggal kan pekarangan rumah.
Sepeninggalan Reyhan, Rahma berjalan menghampiri anak nya yang masih setia duduk dengan kepala tertunduk "udah kamu istirahat sana, besok sekolah" rahma mengelus puncak kepala putri sulung nya dengan sayang
Amanda mengangkat kepala nya yang sempat tertunduk dan menautkan alis nya menatap heran pada Rahma yang tampak biasa-biasa saja "bunda kok biasa-biasa aja, bunda gak marah sama amanda bahkan bunda gak khawatir kaya nya" ucapan Amanda tepat menembak Rahma
"emm... Bu...bunda khawatir kok sayang cuma udah lah biar ayah kamu aja yang cari biar bunda di sini jagain kamu, udah jangan banyak tanya tidur sana" Rahma gelagapan untuk menjawab pertanyaan putri nya ini yang tepat menembak diri nya, untung saja sebuah ide langsung terlintas di otak nya
Amanda hanya mengangguk-ngangguk saja "ya udah bun, amanda tidur dulu ya, good night bun" Amanda mencium pipi Rahma dan berjalan meninggal kan Rahma yang sedang tersenyum ke arah nya menuju kamar nya yang berada di lantai dua
"huhftt selamat" Rahma menghela nafas nya dan menatap kembali putri nya yang telah menghilang di belokan tangga.
----
Disinilah rain, di kelas XII IPA 1 yang hening, hanya ada suara guru killer yang memenuhi ruangan kelas
Pelajaran biologi sedang berlangsung dengan guru killer yang mengajar. Bu Siska tampak asik menjelas kan sedang kan siswa bagian depan berusaha manahan kantuk yang mau tak mau harus mendengarkan penjelasan bu Siska. Sedangkan siswa bagian belakang sudah terlelap dalan alam mimpinya, tanpa keterkecuali Rain yang juga tertidur nyenyak bahkan sampai mendengkur kecil
Sedari tadi, bu Siska sesekali melirik Rain yang belum juga bangun dari tidur nya. Melihat itu, Aulia sahabat Rain sekaligus teman sebangku nya berusaha membangun kan Rain.
Dia Aulia Putri Cahyani sahabat Rain yang terkenal dengan tawa nya yang susah berhenti ketika sudah tertawa. Aulia juga cukup pintar tapi tetaplah lebih pintar Rain. Aulia juga terkenal dengan mata besar yang sekali pelototan semua orang bakal kicep di buat nya. Apalagi mulut pedas Aulia, jika sudah soal mengatai orang aulia lah ratu nya. Tapi satu hal juga yang istimewa dari pada sahabat Rain lain nya, yaitu Aulia lah yang paling peka terhadap gerak gerik Rain dan paling bisa jika sudah memberi motivasi atau nasehat
KAMU SEDANG MEMBACA
Distressing
Fiksi Remajaapalah arti sebuah penyesalan ketika semua sudah tak ada lagi yang bisa di perjuang kan semua telah sirna seakan hilang tanpa ada harapan ribuan maaf pun seakan tak cukup untuk menebus segala nya dan apa yang kita dapat kan dari sebuah penyesalan? s...