1

52 2 0
                                    

"Apakah namamu Vanilla Arnesya Ayu?" Seseorang yang memakai kacamata hitam itu mendatangi Vanilla yang tengah menunggu angkutan umum di depan sekolahnya.

Vanilla menatap orang itu dengan kening berkerut, pasalnya, ia tak pernah bertemu dengan orang ini. Tapi, kenapa dia bisa tau namanya?
"Iy...iya. Maaf, siapa ya?"

Penampilannya macam om - om. Vanilla jadi sedikit takut.
Lalu, laki-laki itu melepaskan kacamata hitamnya, ia tertawa. Menatap Vanilla dengan intens dari atas sampai bawah.
"Ternyata kamu sudah besar, cantik"

Vanilla jadi bingung, apa orang ini mengenalnya? Tapi kenapa dia merasa asing, seperti tak ada pertemuan sebelumnya. Apa jangan-jangan dia tukang begal yang nyamar sok kenal gitu ke korbannya? Aduh, mending kabur deh. Gue masih sayang bebep Gavin.

Vanilla mencari cara agar dia bisa menjauh dari orang ini. Tapi gimana? Nih, om - om serem banget lagi.
"Engggh, Om, saya masuk ke dalem sekolah dulu ya. Lupa tadi buku paket matematika nya ketinggalan." Dengan tampang sok polos Vanilla pergi dari orang itu.

"Tunggu," cegah laki-laki tadi.
Aduh, mau ngapain lagi nih orang. Gue deg-degan, anjir.

"Hehe, kenapa Om?" Vanilla menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jangan panggil Om, saya Papah kandung kamu"

HAHH??! Gak mungkin, dia tukang begal pasti.

"Om kayanya salah orang deh. Kata Bang Alvin, orangtua saya sudah meninggal" Sebisa mungkin Vanilla menutupi kegugupannya, ia takut. Takut benar kalau orang ini adalah tukang begal yang ingin mencelakainya.

"Oke. Kalau kamu gak percaya, ayo ikut saya"

Tuh kan, tuh kan, dia malah ngajak pergi. Wah, beneran inimah tukang begal.

Vanilla makin takut, sekolah sudah bubar 1 jam yang lalu. Ia menatap sekelilingnya, mencari orang yang dikenal agar bisa menyelamatkannya dari tukang begal ini. Ah, sial. Kenapa sekolahnya jadi sepi gini? Biasanya kan rame sama siswa yang ikut ekskul.

"Tapi om, orangtua saya sudah meninggal. Beneran deh, gak bohong. Saya cuma tinggal berdua sama bang Alvin." ucap Vanilla, mengangkat jarinya membentuk huruf V.
"Om kayaknya salah orang. Maaf ya om, saya duluan." Lanjut Vanilla, buru-buru ia menaiki mobil angkutan umum yang berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Untung saja ada mobil yang lewat.

Saat berada di dalam angkot, Vanilla sempat melihat ke arah om - om tadi, ternyata dia langsung pergi begitu melihat Vanilla menaiki angkot ini.
Syukurlah, dia gak ngikutin.

***

Sementara itu, Andi sangat yakin bahwa gadis yang baru saja ditemuinya adalah anaknya. Tapi, kenapa dia tak mengingatku sebagai ayahnya?

"Apa mungkin gadis itu benar, aku salah orang?" Andi berfikir, mengingat kembali bagaimana wajah anaknya yang terakhir kali ia temui 12 tahun lalu.

Iya, 12 tahun lalu. Saat dimana dengan bodohnya ia meninggalkan ketiga anaknya, juga kehilangan istri tercintanya hanya karena seseorang yang ingin dirinya mati secepatnya.

"Aku bahkan lupa bagaimana wajah anak-anakku" Dengan berat hati, Andi harus menerima kenyataan. Pahit sekali rasanya, ketika orang yang kau inginkan justru telah pergi, dan kau terlupakan.

Andi menangis, ketika mengingat apa yang telah dilakukannya dulu. Ia menyesal. Ia mengaku salah. Ia ingin keluarganya kembali. Ia ingin... Tunggu dulu. Andi mengingat sesuatu, percakapannya dengan anak tadi di sekolah.

"Tapi om, orangtua saya sudah meninggal. Beneran deh, gak bohong. Saya cuma tinggal berdua sama bang Alvin."

Gadis itu menyebut nama Alvin, dan Alvin adalah putra pertamanya.

"Astaga! Kenapa aku baru menyadarinya! Gadis itu mengiyakan saat kutanyai namanya Vanilla, dan dia menyebut Alvin sebagai kakaknya. Yatuhan, A..apa benar mereka... Ahh, aku harus cari tau mereka. Tapi... Kenap.. Kenapa mereka hanya tinggal berdua..."

-----

Mohon maaf apabila ada typo bertebaran dimana-mana. Mohon diberitahu. Hehe

See you~

-Mirandaayusalamah.

Broken DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang