Jika ada typo atau kalimat tidak jelas harap diberitahu yaaa;)
----
Setelah mengantar gadisnya ke kelas, Gavin memutuskan untuk membolos pelajaran selama beberapa jam. Sejak mengetahui ada orang baru yang memasuki sekolah ini fikirannya jadi sedikit kacau. Ia takut terjadi sesuatu pada perempuan yang sudah bersamanya sejak dua tahun terakhir ini. Gavin harus segera menemui orang itu sebelum ia bertindak lebih jauh.
Lelaki yang sedang mengangkat beberapa barang itu tak menyadari keberadaan Gavin di dekatnya. Sampai akhirnya Gavin benar benar berdiri menghalangi jalan, orang itu langsung mengenali Gavin. Senyumnya terukir mengerikan. Gavin tetap menatap tanpa ekspresi, ia berusaha bersikap tenang.
Lelaki itu menurunkan barang yang tadi dibawa nya, lalu turut menatap Gavin, tangannya bersedekap di depan dada. "Ada apa? Mau minta lagi?"
"Gue udah berhenti." jawab Gavin, menekan setiap kalimat yang diucapnya.
"Cih..." Orang itu mendengus, mengalihkan tatapannya ke arah lain, tersenyum meremehkan. Lalu menatap kembali lawan bicaranya. "Gue gak percaya lo bisa berhenti secepat itu"
Lelaki yang sedang menatap Gavin ini melangkahkan satu kakinya, mengikis jarak diantara keduanya.
"Omong omong, cewek lo---""Gak usah bawa bawa cewek gue!" Gavin menarik kerah baju yang dikenakan lawan bicaranya. "Dia gak ada hubungannya sama urusan kita"
Lagi-lagi, lelaki yang mengenakan topi hitam ini menyunggingkan senyumnya, terlihat tak takut sama sekali.
"Santai, bro, gak usah ngegas gini. Lo mau ketauan bolos disini?" katanya.
Dengan geram, ia menghempaskan tubuh orang di depannya ini. Gavin harus bisa mengontrol emosi nya, agar tak terjadi keributan disini. Ini masih jam pelajaran, suasana yang hening karena semua murid berada di dalam kelas bersama guru nya masing masing, akan sangat mengundang perhatian orang lain jika Gavin berteriak sedikit saja.
"Kalau lo butuh, gue ada. Gue selalu bawa kemanapun gue pergi" lelaki itu berbisik sambil memegangi bahu Gavin.
Gavin menepis tangan itu, namun saat ia membuka mulut hendak membalas perkataan lelaki yang memakai topi itu, dua siswi datang untuk membeli sesuatu disana. Membuat pembicaraan mereka terhenti, lelaki itu kembali bersikap seolah tak mengenal Gavin. Merasa tak dihiraukan, Gavin pun pergi dari tempat itu, tujuannya kini adalah kantin. Ia ingin menenangkan fikirannya disana.
**
"Gavin, gue gak bakal biarin lo lepas begitu saja" ucap lelaki itu dalam hati, menatap kepergian Gavin disertai senyum misterius nya.
Ia kembali mengingat kejadian tadi pagi, saat dirinya tak sengaja bertemu dengan wajah perempuan yang selama ini sangat ingin ia temui. Takdir seolah membantunya dalam mengobati rasa rindu yang telah lama ia pendam, walau bukan dengan seseorang yang sebenarnya. Tak apa, setidaknya perempuan itu akan mewakili semua perkataan yang belum sempat terucap sejak dulu. Seperti kata maaf? Terimakasih? Atau, I love you? Ah, entahlah. Sepertinya ia harus mempersiapkan diri, mengingat akan semakin banyak pertemuan diantara keduanya.
----
-Mirandaayusalamah

KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Dream
Teen FictionSelamat datang di dunia Vanilla Arnesya Ayu. Si gadis manis pengidap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Dan, ayo ucapkan selamat tinggal pada dunia nyata. Tak ada yang normal disana. -Mirandaayusalamah