Rain (Taebbom)

181 17 0
                                    

"Aish.. seharusnya aku mempercayai ramalan cuaca yang ditayangkan malam tadi dan membawa payung" gadis berambut sebahu itu menggerutu dihalte bus.

Matanya memicing kesal kearah hujan yang mengguyur aspal hitam dihadapannya. Merutuk segala kenangan yang turun bersama beribu butiran air yang turun dari langit.

Dan juga merutuk kendaraan panjang berwarna biru bernama bus yang seharusnya sejak lima menit lalu sudah muncul dihadapannya.

"Kali ini kau akan memilih hujan atau pelangi?"

Suara berat yang dulunya selalu terngiang ditelinganya tiap hari terpaksa mengalihkan atensinya ke arah lelaki bertubuh tegap yang entah sejak kapan berdiri dengan jarak semeter disampingnya. Oh, dan jangan lupakan bajunya yang basah dan juga tingkahnya yang saat ini tengah mengacak-acak rambutnya yang basah. Agar kering konon.

Matanya menatap kesal kearah lelaki itu sepersekian detik sebelum kembali mengarahkan atensinya menatap hujan yang entah kenapa makin deras saja.

Sial.

Ia benar-benar sial hari ini. Pagi tadi ia sudah dikeluarkan gara-gara tertidur dikelas matematika. Oh, salahkan ia yang begadang gara-gara menonton drama secara marathon sehingga ia tidak tidur semalaman. Kemudian sekarang ia terjebak hujan di halte bus bersama seseorang yang pernah mewarnai hari-harinya. Seseorang yang waktu itu juga datang dengan pertanyaan yang sama seperti yang beberapa detik lalu ia lontarkan.

"Pelangi" jawab Bomiㅡgadis berambut sebahu ituㅡ kemudian.

"Kali ini kenapa?"

Oh, rasanya ingin sekali ia menyumpal mulut lelaki itu dengan kaos kaki yang tak pernah dicucinya selama setahun dengan cabai sebagai tambahannya.

Iya, dulu ketika pertama kali mereka bertemu Bomi menjawab pertanyaan yang sama dengan jawaban yang sama pula. Namun, jika dulu alasannya karena pelangi itu indah dan muncul setelah hujan yang berarti kebahagiaan yang muncul setelah kesedihan maka kali alasannya adalah..

"Karena aku membenci hujan" jawabnya dengan nada sinis yang kentara.

Aku membenci hujan karena hujanlah yang mempertemukanmu denganku. Hujan yang membuat memoriku hangat dan berwarna bersamamu. Dan hujan pula yang memisahkanmu dariku, membawamu pergi bersama gadis lain dan meninggalkanku sendiri ditengah guyurannya yang menyakitkan. Dan sekarang tiap hujan datang, memoriku bersamamu turun bersama butirannya. Apa aku salah membenci hujan?

Lanjutnya dalam benaknya.

"Haha, pertanyaanku masih sama dan mendapatkan jawaban yang sama tetapi dengan alasan yang berbeda. Kenapa? Apa kau sangat membenciku?" Ucapnya tertawa hambar. Ia bahkan menyadari nada sinis yang dilontarkan Bomi kepadanya. Namun berpura-pura jika itu seperti nada yang biasa ia dengar ketika bersenda gurau dengan gadis itu.

"Bisakah kau diam?" Bomi malah menaikkan nadanya setengah oktaf tanpa mengalihkan pandangannya kemanapun.

Sedangkan lelaki itu mengangguk mengerti dan ikut melakukan hal yang sama dengan Bomi. Bedanya, lelaki itu sesekali mencuri pandang kearah gadis yang dulu selalu bersamanya dengan tatapan sendu.

"Kau berubah ya sekarang" lelaki itu kembali bersuara setelah lima belas menit berdiam diri dengan diiringi suara hujan yang tak kunjung reda.

"Aku rasa kau salah. Bukankah yang berubah itu kau, Taejoon Oppa?" Bomi menjawab dengan sarkas.

Manik cokelat yang terlihat mengkilat penuh amarah itu beradu dengan manik hitam yang sendu dan kelam. Selama lima menit pandangan mereka terus beradu sampai Bomi mengalihkan pandangannya terlebih dahulu.

Pink Love ShortfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang