akhir.

3.2K 495 68
                                    

Karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 9, gue dan Naisha terpaksa harus mengakhiri malam mingguan kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 9, gue dan Naisha terpaksa harus mengakhiri malam mingguan kami. Naisha mempunyai jam malamnya, dimana pukul 9 cewek itu sudah harus ada di rumah.

Perjalanan pulang ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Gue dan Naisha mengobrol tentang banyak hal, menyanyi bersama mengikuti lagu yang terputar di radio dan tertawa untuk beberapa hal konyol yang kami bicarakan. Atmosfir diantara kami sudah tidak secanggung seperti saat gue menjemputnya.

Gue menghentikan mobil di depan rumah bertingkat dua yang temboknya dicat gading, yang mana adalah rumah Naisha. Kini, sekelebat memori saat gue masih pacaran dengan Naisha menari-nari di kepala gue.

"John, mau mampir enggak?"

"Eh?"

"Mau mampir dulu?"

"Enggak, deh. Kapan-kapan aja."

"Oh ya udah. Btw, makasi ya John buat malem mingguannya." Naisha melepas seatbelt-nya, cewek itu sudah hampir membuka pintu mobil kalau saja gue tidak memanggilnya. "Naisha."

"Kenapa lagi, John?"

''Kita temen, kan?'' Naisha mengerutkan dahinya, sedetik kemudian cewek itu tertawa.

''Iya John, kita temen.''

Gue mengusap tengkuk sambil terkekeh kecil, ''cuma mau mastiin jawaban lo di café tadi, Nai.''

''Btw, gue boleh ngajak lo malmingan lagi, kan?'' Terakhir kalinya, gue mau jadi orang tolol depan Naisha. Soalnya kalau dia jawab ''enggak'', gue berencana mau nabrakin diri ke bak sampah gede di depan kompleks rumah dia.

Atau ada saran lain gimana bunuh diri yang enggak bikin gue mati atau tergores sedikit pun?

''Boleh kok. Tapi—'' santai John, jantung lo jangan marathon dulu, ''—kalau misal lo sama gue udah ada gebetan baru, mungkin enggak boleh, ya?''

Sontak gue memutar mata, ''gue kira apaan dah, Nai.''

''Lah, kan bener. Misal kalau lo udah punya gebetan nih, masa lo ngajak gue malmingan? Aneh, kan?''

''Iya, iya. Udah sana lo masuk, gue yakin ortu lo udah nunggu di dalem. Sebelum tidur jangan lupa cuci muka, kaki sama sikat gigi ya.''

''Wkwk anjir lengkap banget.'' Naisha menepuk pundak gue. ''Hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut.''

Naisha membuka pintu mobil, kini cewek itu sudah ada di depan pagar rumahnya dengan senyum kecil yang menghiasi wajah bulatnya.

Gue menurunkan kaca mobil, ''selamat malam, Naisha.''

''Selamat malam juga, Johny.'' Gue yakin Naisha hampir ngakak lagi membalas ucapan gue.

Setelah melambaikan tangan singkat, gue mulai menjalankan mobil meninggalkan Naisha yang sudah membuka pintu pagar dan masuk ke dalam rumahnya.

Malam minggu kali ini mungkin memang berbeda dengan malam minggu sebelumnya yang gue habiskan setelah putus dengan Naisha. Gue enggak pernah mengira akan menghabiskan malam minggu dengan Naisha, yang notabenenya merupakan mantan gue.

Kalau misalnya Bima dan Bryan enggak punya acara mereka masing-masing, gue pikir gue enggak akan berakhir mengobrol dengan Naisha di Café Lateo sampai jam 9 malam.

Mungkin saat itu kami bertiga sedang tanding FIFA, ngemil kacang sukro sampai tiba-tiba gue mengabsen isi kebun binatang saat melihat notifikasi. Yang jemput Naisha mungkin bukan hanya gue saja, tapi ada Bima dan Bryan di kursi belakang yang pastinya bakal ngebacot sepanjang perjalanan.

Terlalu banyak kemungkinan yang akan membuat cerita malam minggu gue tidak akan seperti ini.

Kalau dipikir-pikir lagi, gue cukup bersyukur sama mulut 'bablas' gue yang asal ceplos aja. Ajakan malam mingguan yang tiba-tiba terucap, enggak ada angin enggak ada hujan gue malah bilang kangen, sampai akhirnya  ingin memperbaiki hubungan yang sempat renggang dengan Naisha dan mengajaknya berteman.

Gimana? Keren kan, Johny? 👍👍

Nih ya, lo harus dengerin gue.

Kalau lo putus sama pacar lo, bukan berarti segalanya diantara lo sama dia berakhir juga. Ingat, lo sama mantan pernah saling berusaha membahagiakan, pernah saling menguatkan dan pernah ada dalam satu ikatan 'kita'. Jangan pura-pura enggak kenal abis putus, nyatanya dulu kalian pasti pernah mikir menjadi orang yang paling mengenal doi, iyakan?

Kalau dipikir-pikir lucu aja gitu, yang sebelumnya udah melewati susah-seneng bareng, tapi akhirnya malah jadi asing satu sama lain.

Jadi, gue saranin buat kalian jangan gitu deh. Jangan membuat suatu hubungan baik harus berakhir dengan ucapan ''putus'' dari salah satu pihak. Iya, mungkin kisah cinta kalian udah berakhir, tapi bukan berarti sebuah hubungan pertemanan harus berakhir juga. Lagian, temenan sama mantan enggak dosa, kok.

Bentar bentar, kok gue jadi bijak gini?

Anjir geli banget.

Anjir geli banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halo!

Terimakasih sudah membaca ''Malam Minggu" sampai chapter terakhir ini heuheu💞💞

Gue bener-bener mengucapkan terimakasih buat semua vomments yang kalian kasi :') Btw, menurut kalian short story ini gimana? Aneh? Terlalu cheesy? Atau mainstream bgt? Wkwkwkwkwk.

Setelah Malam Minggu, gue berencana mau buat short story lagi. Mungkin kalian mau  ngasi saran buat cerita gue yg selanjutnya? Oia, gue juga mau minta saran buat nama tokoh dong :'' Kalian bisa komen nama cewek-cowok, mau pake nama kalian sendiri, doi, mantan, saudara, terserah deh pokoknya wkwkwk.

Sekali lagi, terimakasih banyak dan sampai jumpa di cerita gue yang lain!

Regards, Ari😚
Jumat, 23-03-2018

malam minggu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang