.
.
.
"Jiji, Baa-chan apakah kita bisa menolongnya dan menyembuhkannya?" tanya Laxus dengan nada gemetaran. Terlihat jelas, ia menahan rasa sedihnya. Makarov yang melihatnya terpana lagi, baru kali ini cucunya seperti sekarang ini.
"Ya, mau tidak mau kita harus menyegel kekuatannya hingga batas tertentu dan kita harus melatihnya agar ia bisa mengandalkan kekuatannya. Racun di tubuhnya akan menghilang perlahan-lahan jika ia bisa mengendalikan kekuatan didalam tubuhnya," jelas Porlyusica membuat Laxus terlihat lega.
Makarov mengangguk tanda mengerti, "Kalau begitu, kita tunggu dulu sampai dia sadarkan diri. Tidak baik jika kita melakukannya tanpa persetujuan orang." kalimat Makarov mendapatkan persetujuan dari Laxus dan Porlyusica.
'Semoga kau cepat sadar...' batin Laxus menenangkan diri.
Beberapa jam kemudian, terlihat ada pergerakan pada tubuh seorang anak laki-laki berumur 12 tahun-an diatas ranjang itu. Porlyusica, Makarov dan Laxus tersentak dan senang melihat anak itu bergerak.
Tak lama kemudian anak itu terbangun dan memandang sekelilingnya. Porlyusica, Makarov dan Laxus tersenyum senang melihat anak itu bangun.
"Ini dimana? Kalian siapa?" pertanyaan anak itu membuat Porlyusica, Makarov dan Laxus tersadar dari lamunan mereka.
Laxus mendekat kearah anak itu, lalu memperkenalkan dirinya "Hai, aku Laxus Drayer. Lalu yanv itu kakekku, Makarov jiji dan di sampingnya adalah temannya kakekku, Porlyusica Baa-chan. Kamu sekarang sedang berada berada dirumahnya Porlyusica Baa-chan." jawab Laxus senang. "Lalu nama kamu siapa?" lanjut Laxus.
Anak itu menatap orang-orang yang tadi dikenalkan oleh Laxus, merasa tidak masalah menjawab pertanyaan itu. Ia pun menjawabnya singkat, "Naruto"
"Hei nak Naruto, apa kamu sudah merasa baikan? Berterima kasihlah pada cucuku ini karna telah menyelamatkan mu dan juga perempuan disamping ku ini yang telah merawatmu." ujar Makarov sambil tersenyum hangat.
Naruto memandangnya, lalu menundukkan kepalanya "Arigatou gonzaimasu sudah menyelamatkan ku, Porlyusica-san, Laxus-san dan Makarov-san," ucapnya sambil tersenyum ramah, ketiga orang itu pun menjawab dengan anggukan dan senyuman.
"Makarov, beritahu dia mengenai rencana kita," Porlyusica berbisik ke telinga Makarov.
"Ah... Iya, aku lupa. Nah, Naruto apakah kau nyaman dengan tubuh mu sekarang? Sebenarnya ada yang harus ku bicarakan denganmu ini berkaitan dengan keselamatanmu..." Naruto diam dan memperhatikan apa yang akan dikatakan oleh Makarov.
"...kami akan menyegel kekuatanmu itu untuk sementara waktu sampai kau bisa mengendalikannya, jadi-..."
"Tunggu! Kekuatan? Aku tidak mempunyai aliran Chakra, mana mungkin aku mempunyai kekuatan!" potong Naruto tiba-tiba, ia merasa terkejut mengetahui kalau ia memiliki kekuatan.
"Chakra? Bukan-bukan. Kekuatanmu itu bukan Chakra, namun Sihir" jawab Makarov tenang dan Naruto? Dia diam karna terkejut.
"Aku tidak terlalu paham prinsip kerja Chakra, karna pada dasarnya kami juga tidak memilikinya. Namun kami memiliki kekuatan yang bernama Sihir. Menurut diagnosa Porlyusica, kau memiliki Sihir sejak kau terlahir ke dunia ini, dan alasan kenapa tubuh mu lemah pun karna kau memiliki kekuatan Sihir yang sangat kuat dan tubuhmu tidak kuat menahannya hingga membuat tubuh mu lemah dan lemas..."
"...namun sekarang kekuatanmu berubah menjadi racun karna tidak terkendali. Salah satu cara agar kau tetap hidup dan menghilangkan racunnya hanya dengan mengendalikan kekuatanmu itu. Untuk langkah pertama, kami akan menyegel kekuatan mu dan melatih mu hingga dapat mengendalikan kekuatsnmu itu. Apakah kau bersedia?"
.
.
.
T
B
C
Arigatou buat yang udah membaca ini....
"..?"
Apakah Naruto bersedia menyegel kekuatannya?
Tunggu aja Chapter berikutnya, disana akan terjawab apakah Naruto menjawab ia atau tidak?
Jangan lupa tinggalkan jejak minna....
by : Tsukiakari Zero-Five
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Golden Darkness
AdventureNaruto yang merasa bersalah karena membuat keluarganya menderita karena kondisi tubuhnya memutuskan untuk pergi dari Desanya. Selain itu Naruto juga memiliki tubuh yang lemah dan tidak memiliki aliran Chakra di tubuhnya. Lalu bagaimanakah kehidupan...