.
.
.
Ia ingin marah dan memukul kedua bocah di hadapannya, namun ia tahan emosinya sebisa mungkin. Demi Naruto.
Lalu bagaimana dengan Sasuke? Dia diam, dan merasa ketakutan melihat sang kakak terdiam menundukkan kepala. "Nii-chan?" panggil Sasuke kepada Itachi dengan takut-takut. Bagaimana pun Sasuke jarang melihat kakaknya marah dan atau terlihat kesal.
Itachi tersadarkan oleh panggilan Sasuke. Ia menatap Sasuke, "Kamu pergi ke Akademy bareng mereka aja. Nii-chan mau pergi dulu," ucap Itachi dibuat selembut mungkin. Kemudian ia menatap Menma dan Naruko tajam, dan dingin.
Ia berjalan melewati Menma dan Naruko yang cengong dengan sikap Itachi yang ditunjukkan kepada mereka berdua. Baru kali ini mereka ditatap seperti itu oleh Itachi yang menurut mereka lebih pantas menjadi kakak mereka di bandingkan Naruto, si kakak lemah dan penyakitan itu.
Sebelum Itachi pergi meninggalkan 3 orang anak itu, Itachi berkata "Menma, Naruko... Aku tidak yakin jika kalian mengetahui kebenaran yang sebenarnya, kalian akan tetap mengatakan semua itu dan bersikap seperti itu. Lihat saja, kalian akan menderita dengan ucapan yang baru saja kalian katakan." Sasuke menatap horror sang kakak, lalu pandangannya berganti pada kembar Namikaze. Wajah mereka kaku, dan ketakutan.
Selama di Akademy, kembar Namikaze ini terlebih murung dari biasanya dan entah mengapa perkataan Itachi selalu menghantui otak mereka. Kebenaran yang sebenarnya? Apa maksudnya? Akhirnya setelah bermacam-macam spekulasi ngaco yang mereka dapatkan, mereka memutuskan untuk bertanya kepada Ayah dan Ibunya atau mencari tahunya sendiri.
Singkat cerita kini mereka sudah berada di kediaman Namikaze. Seperti biasa, sang Ayah tidak ada di rumah dan sang Ibu masih setia berada di kamar kesayangannya.
Merasa khawatir dengan keadaan sang Ibu, Naruko masuk ke kamar Ibunya. Namun Ibunya kini sedang tertidur lelap. Naruko tersenyum, akhirnya Ibunya bisa tertidur lelap dengan wajah tenang.
Melihat Ibunya tidak menggunakan selimut dengan benar, membuat Naruko membetulkan selimutnya. Namun tiba-tiba dia dikejutkan oleh sesuatu.
Sebuah kain sprei yang ia ingat adalah warna sprei tempat tidur kakaknya- Naruto- penuh dengan noda darah. Naruko mengambilnya dengan tatapan horror. Hanya satu pertanyaan yang ia tangkap, 'milik siapa darah ini?'
Tak lama kemudian, ia pun menemukan secarik kertas yang berada tak jauh dari tempat di temukannya sprei itu. Merasa ada yang tidak beres, Naruko berlari kearah kamar Menma sambil membawa 2 benda yang mengusik hatinya.
"Nii-chan! Nii-chan! Ku mohon, buka pintunya!" teriak Naruko dari depan kamar Menma. Menma yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas dan berjalan malas membuka pintu kamarnya, "Ada apa? Gak usah teriak-teriak juga kali, Ruko-chan!"
Tak mengindahkan ucapan Menma, Naruko langsung masuk ke kamar Menma, "Ada apa sih?" tanya menma sewot.
"Ini!" ucap Naruko sambil memberikan 2 benda yang ia temukan di kamar Ibunya. Menma menatap jijik pada salah benda yang dibawa Naruko, apa lagi kalau bukan sprei yang penuh dengan noda darah?
"Ini apa?" tanya Menma dengan tatapan jijik saat memegang kedua benda itu.
"Aku menemukannya di kamar Kaa-san," jawab Naruko dengan tatapan yang sulit di artikan.
Menma kemudian membuka kertas itu, dan ia membaca kertas itu yang ternyata adalah surat, bersama-sama dengan Naruko.
Beberapa saat kemudian terdengar isakan tangis dari mulut Naruko, "Apa-apaan ini? Apa maksudnya ini?"
.
.
.
T
B
C
Pesan Author
Jangan membenci seseorang jika kalian tidak tau kebenarannya.
Gimana minna apa kalian suka?...
Gomen bila ada salah tulis...
Sampai bertemu diChapter selanjutnya...!!!!
by : Tsukiakari Zero-Five
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Golden Darkness
AdventureNaruto yang merasa bersalah karena membuat keluarganya menderita karena kondisi tubuhnya memutuskan untuk pergi dari Desanya. Selain itu Naruto juga memiliki tubuh yang lemah dan tidak memiliki aliran Chakra di tubuhnya. Lalu bagaimanakah kehidupan...