Chapter 10

6.8K 454 11
                                    

.

.

.

"...Apakah kau bersedia?"setiap kalimat yang turun dari mulut Makarov membuat Naruto terdiam tidak percaya-lagi-.

Jadi selama ini dia memiliki kekuatan, namun bukanlah Chakra melainkan Sihir? Naruto masih ingin hidup, ya...dia masih ingin hidup dan menikmati hidupnya. Maka dengan itu ia menyetujuinya. Setelah itu Laxus mendekati Naruto, lalu tersenyum hangat dan menyodorkan tangannya, berniat bersalaman.

"Bagaimana kalau kita sekarang berteman?" tawar Laxus dan Naruto pun menyetujuinya. Makarov senang dengan perubahan sifat Laxus yang menurutnya kadang penyendiri dan tidak mudah bergaul dengan anak lain seumurannya. Ada sebuah ide yang terlintas di otaknya, "Naruto, apakah kamu mau menjadi cucu angkat ku? Dari yang ku lihat, sepertinya kamu kini hidup sendiri. Selain itu, sepertinya Laxus menyukai sosok mu. Mungkin kamu bisa jadi sosok kakak bagi dirinya," ucap Makarov senang dan ia pun mendapatkan tatapan yang sulit di artikan dari Laxus. Senang namun malu. Tak perlu Laxus akui, entah kenapa ia melihat figur sosok seorang kakak dari diri Naruto, meskipun menurutnya umur dia dan Naruto itu sama.

Naruto menundukkan kepalanya, ia menangis lalu menatap Makarov dengan senyuman menghiasi wajahnya. Tanda bahwa ia mau menjadi cucu angkatnya. Laxus bersorak gembira, sedangkan Makarov dan Porlyusica tersenyum senang melihat Laxus bahagia dan jawaban dari Naruto.

"Kalau begitu namamu sekarang menjadi, Naruto Drayer. Bagaimana? Apakah kau senang?" Naruto memandang Makarov, lalu ia menjawab, "Iya. Aku senang, Jii-chan. Umm... Apakah aku boleh memanggilmu seperti itu?"

"Tentu saja. Sekarang kau cucu ku!" Makarov berteriak senang mendapatkan cucu baru yang menurutnya sangat tampan jika di bandingkan dengan dirinya saat muda, anaknya, dan cucu kandungnya. Oh... anak ini bagaikan titipan yang diberikan tuhan untuknya. "Arigatou, Jii-chan, Baa-chan, Laxus."

                            .

                            .

                            .

Sudah 3 hari keberadaan Naruto belum juga menemukan titik terang. Kushina semakin terpuruk. Ia jadi sering mengurung diri di kamar dan susah makan. Minato pun jarang pulang, ia selalu menghabiskan waktunya di kantornya. Sekalinya dia pulang hanya untuk melihat keadaan anak-anaknya dan Kushina. Tidak lupa ia mengunjungi kamar Naruto setiap pulang.

Menma dan Naruko benar-benar merasa tidak nyaman dengan keadaan keluarganya sekarang. Hanya karna kakaknya, Naruto. Keluarganya menjadi seperti ini. Benci, mereka benci kepada kakaknya. Sangat, sangat benci.

Kini menma dan Naruko sedang dalam perjalanan menuju Akademy dan mereka bertemu dengan Sasuke dan kakaknya- Itachi. Itachi menyapa Menma dan Naruko, dan mereka berdua membalas seadanya. Mood mereka saat ini sedang buruk, jadi wajar saja mereka bersikap seperti itu.

Itachi merasa ada yang tidak beres, memandang mereka berdua. "Ada apa? Kenapa kalian murung?" tanya Itachi kepada Menma dan Naruko, Sasuke memandang kedua temannya itu dengan tatapan penasaran.

"Apa Itachi Nii-chan sudah menemukannya?" tanya balik Menma. Itachi heran, ''dia?' Siapa? Apakah Naruto yang mereka maksud?' batin Itachi. "Apakah Naruto yang kalian maksudkan? Belum. Kami belum menemukannya," jawabnya lirih.

Menma mengepalkan tangannya, ia merasa kesal lalu tanpa sengaja ia mengatakan hal yang tidak seharusnya ia katakan, apalagi didepan Itachi yang notaben adalah sahabatnya Naruto.

"Sebenarnya 'dia' kemana sih? Si penyakitan itu selalu saja bikin masalah. Aku benci kakak ku! Kakak yang tidak bisa diharapkan!"

'jleb'

Itachi menunduk diam, Sasuke yang melihatnya hanya bisa harap-harap cemas, "Ruko juga benci sama kakak. Karna kakak, Kaa-san tidak mau keluar dari kamar dan jangan makan," tambah Naruko sambil menggembungkan pipinya, seharusnya itu adalah pemandangan lucu dan imut, namun Itachi tidak mempedulikannya.

Ucapan Naruko cukup membuatnya kini benar-benar merasa kesal dan sedih. Apa yang mereka tahu? Mereka hanya bisa menjelek-jelekkan sang kakak tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kakaknya. Ingin ia marah dan memukul kedua bocah dihadapannya, namun ia tahan emosinya sebisa mungkin. Demi Naruto.

.

.

.

T

B

C

Haaahhhh

Pegal juga jari ngetik terus...

Baiklah minna jangan lupa tinggalkan jejak....

Sampai bertemu diChapter berikutnya...!!! 

by : Tsukiakari Zero-Five









The Power of Golden DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang