AATC 3 || Pengganggu

8.5K 390 13
                                    

Pesona memasuki sebuah restoran, dia lalu menuju ke dapur restoran itu dan meletakan tasnya disebuah meja yang ada. Dia masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian kerjanya. Pesona adalah seorang pelayan di restoran itu, dia sudah bekerja selama hampir satu tahun. Awalnya pemilik restoran ini ragu menerimanya karena dia masih sekolah, akan tetapi Pesona berhasil membujuknya dengan kata-kata kalau dia membutuhkan uang untuk membantu panti asuhan tempat tinggalnya.

Sejujurnya panti itu bukanlah sebuah panti yang miskin, akan tetapi Pesona sadar kalau dia tidak bisa selamanya bergantung pada bu Rianti terus-menerus. Dia sudah dewasa, seharusnya dia tidak berada di panti itu lagi. Sekali lagi takdir mempermainkannya, tidak mempunyai anggota keluarga satu-pun dan tidak ada juga yang bersedia mengadopsinya sebagai seorang anak. Saat ini Pesona sudah dewasa sehingga untuk mendapat orang tua asuh itu sangatlah kecil peluangnya.

"Kamu bolos lagi ya Son?" tanya salah satu pegawai disana yang bernama Joni.

"Hmm..." gumam Pesona sambil memasukan pakaiannya kedalam tas.

"Kalau bos tau kamu bisa kena marah."

"Jangan sampai bos tau! Lagipula bos sedang pergi ke luar kota, dia ngga akan tau."

Joni hanya menggelengkan kepalanya, dia menerka-nerka seberapa keraskah kepala gadis itu? Apakah jika dia memukul kepalanya dengan batu maka batu itu justru akan terpental? Pesona adalah gadis yang benar-benar keras kepala.

Pesona terus bekerja melayani para pelanggan sampai malam hari, dia terus bergerak tanpa membiarkan tubuhnya beristirahat. Jika sedang sepi maka dia akan menyibukan diri dengan membersihkan meja satu per-satu. Kegiatan itu adalah hal yang bisa membuat Pesona menjadi lupa waktu dan juga beban hidupnya.

Lelah yang menyerangnya sama sekali tidak dia hiraukan, nyeri dikakinya juga dia abaikan. Entah apa yang ingin Pesona lupakan, dia bahkan juga bingung. Terkadang dia ingin menghilang menjadi debu yang amat kecil. Terkadang dia ingin tetap hidup walau menjadi sebuah akar yang terkubur dalam bumi namun sangat dibutuhkan.

Jika terus dipikirkan, tidak ada gunanya dia hidup lagi. Apa yang menjadi alasan dia untuk bertahan hidup? Hampir tidak ada. Dia tidak mempunyai orang tua untuk diperjuangkan, tidak memiliki saudara, tidak memiliki teman. Dia hanya memiliki tubuhnya sendiri untuk dia perjuangkan, dan pikirnya itu hanya membuang tenaga dengan hasil yang sama setiap harinya. Kalau saja dia tidak ingat dengan bu Rianti yang mengurus anak panti sendiri, mungkin saat ini tubuhnya sudah ditemukan di kali Ciliwung.

"Ini udah waktunya pulang Son, kamu pulang aja duluan biar aku sama pegawai lain yang menutup Restoran ini."

Pesona hanya mengangguk mendengar perkataan Joni, sekarang dia baru sadar bahwa tubuhnya sangatlah lelah. Setelah mengantikan pakaiannya, dia mengambil tasnya lalu berjalan keluar Restoran. Langkah kakinya tidak langsung menuju ke panti, dia pergi ke sebuah lapangan basket yang ada dibelakang panti. Dia duduk dipojok dan menyenderkan punggungnya ke tembok.

Dia mengeluarkan pelatuk dari sakunya lalu mengambil sebatang benda berwarna putih dan berujung coklat. Dia membakar ujungnya lalu menyesapnya secara perlahan, asap yang keluar dari mulutnya seperti menandakan beban yang selama ini dia tanggung. Baru beberapa kali sesapan, Pesona sudah terbatuk.

"Gue ngga selemah itu!"

Pesona melangkahkan kakinya memasuki Panti, saat dia sampai di ruang tamu lampu yang tadinya mati sekarang menyala. Dia melihat sesosok yang berdiri didepan saklar lampu dengan wajah yang begitu marah.

"Jam berapa ini?"

Pesona menggigit bibir bawahnya gugup.

"Pesona? Kamu kemana sampai pulang selarut ini?! Kamu ngga bolos sekolah lagi kan?!"

GANENDRA (If You Stay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang