Liburan semester akhirnya datang juga. Dan seperti biasanya Milla akan pulang ke Surabaya untuk bertemu keluarganya. Amierra tengah ikut ke tempat tugas suaminya setelah kondisinya membaik. Dan hal itu membuat Milla kesepian dan sendirian karena memang hanya Amierra lah yang dia kenal di Jakarta.
Iqbal???
Jangan tanya dia, setelah insiden kecelakaan beruntun itu. Iqbal tampak sibuk, apalagi setelah Kapten Djavier di tugaskan ke kota lain, membuat Iqbal sibuk akhir-akhir Ini.
Sejak dulu memang mereka jarang sekali berkomunikasi, kecuali kalau ada perlu yang penting atau saat mereka membuat janji bertemu.
Milla menghirup udara segar saat kakinya baru saja menginjak tanah kota Surabaya tepat di Bandara Internasional Juanda. Ia mengeratkan pegangan tangannya pada tas ransel yang di gendong di punggungnya, dengan tangan kanannya yang menjinjing kantong kresek. Ia berjalan menuju terminal dan pintu keluar bandara.
Ia menatap sekeliling hingga seseorang tak jauh darinya melambaikan tangannya. Milla tersenyum lebar dan berjalan cepat mendekati remaja pria itu.
"Apa kabar Mbak?" Sapa pria itu saat Milla sudah berdiri di hadapannya.
"Baik, kamu apa kabar Aldi? Wih makin besar saja," kekehnya.
Aldi adalah putra Budhe nya Milla, mereka memang sangat akrab. Dan Aldi juga sering sekali mengantar jemput Milla saat ia pulang ke rumah orangtuanya.
"Aldi baik Mbak. Ayo Mbak kita segera pulang. Sepertinya akan turun hujan," serunya seraya menatap ke arah langit yang terlihat gelap.
Milla menganggukkan kepalanya dan mengikuti Aldi hingga mereka sampai di parkiran motor. Aldi mengambil kantong kresek yang di pegang Milla dan menyimpannya di bagian depan motor maticnya.
"Helm nya Mbak." Aldi kembali menyerahkan helm pada Milla dan segera Milla gunakan.
Ia pun mulai menaiki motor dan berpegangan pada kedua sisi pinggang Aldi. Aldi menarik gas motornya dan meninggalkan area bandara.
Milla dan Aldi sudah sampai di halaman rumahnya yang sederhana. Terlihat ibu dan ayahnya baru pulang dari sawah, masih dengan pakaian kotor dan topi yang menutupi kepala ayahnya.
"Assalamu'alaikum ibu, apa," ucap Milla sedikit berlari menghampiri mereka dan mencium tangan mereka.
"Wa'alaikumsalam Nduk," jawab Ayahnya.
"Kamu apa kabar? Sudah lama tidak pulang," seru Ibu nya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Maaf Ibu, Mila baru ada kesempatan pulang sekarang," jawabnya memeluk Ibu nya dengan penuh rasa rindu.
"Sudah sudah, ayo masuk dulu. Kasian Nduk, Bu." Ayah Milla melerai pelukan mereka berdua.
Mereka berjalan bersama memasuki rumah, diikuti Aldi yang mengikuti mereka.
"Sebaiknya kamu istirahat dulu, Nduk. Biar Ibu masakin dulu makanan kesukaanmu." Ibu kembali bersuara.
"Iya Bu. Di, makasih yah," ucap Milla diiringi senyumannya.
"Oke Mbak," jawab Aldi.
Milla berjalan menuju ke dalam kamar. Ia melepaskan tas ranselnya juga membuka sepatu kets nya. Ia merebahkan tubuhnya yang terasa kaku setelah menempuh perjalanan cukup panjang. Milla meraih hp nya yang berada di dalam tas. Tak ada notifikasi apapun dari Iqbal. Terkadang ia ingin ketawa, mentertawakan dirinya sendiri yang masih saja mengharapkan dan merindukan Iqbal.
Sejujurnya ia benci dan kesal dalam keadaan seperti ini. Pertanyaan itu kembali terngiang di telinganya. Sebenarnya dia itu apa bagi Iqbal? Kekasih? Tunangan? Atau apa. Ia sungguh tak memahami itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terhalang Restu
SpiritualNew Version Cerita Milla dan Iqbal yang kembali hadir dengan tambahan bab dan lebih lengkap. Yuk kepoin ceritanya. Allah selalu punya skenario terindah untuk hamba-Nya. Kita hanya perlu bersabar dan ikhlas dalam menanti. Bersyukur atas semua kebai...