Milla baru saja keluar dari kost'annya dan hendak menuju ke toko buku, ia tersentak saat melihat sebuah mobil Pajero hitam terparkir di depannya. Milla mengernyitkan dahinya bingung, siapa gerangan yang datang bertamu ke kost'annya. Mungkin salah satu kekasih tetangga kost'nya. Milla kembali berjalan menuju ruko yang berjajar di pinggir jalan untuk menunggu angkutan umum datang.
"Milla,' panggilan itu membuatnya kembali menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Betapa kagetnya ia saat melihat Iqbal turun dari mobil Pajero hitam itu.
"Astagfirulloh," ucap Milla menutup matanya saat ia terpesona dengan ketampanan Iqbal dan sungguh menggoda iman. Kalau seperti ini ingin sekali rasanya Milla minta di tarik Iqbal ke kamar eh salah ke depan penghulu dulu.
"Hei, kamu kenapa?" tanya Iqbal terdengar begitu dekat.
"Aduh ini mataku kelilipan," ucap Milla berpura-pura padahal dia hanya ingin menghindari zina mata. 'Ya Allah, cobaan terberat darimu adalah ketampanan dan kegagahan mas Iqbal.' Batinnya.
"Sini aku lihat," ucap Iqbal dan dengan sigap Milla membuka matanya dan mundur menjauh dari Iqbal.
"Sudah baikan," ucapnya menampilkan cengiran lebarnya. "A-ada apa Mas?" tanya Milla mendadak gugup, ini sudah seminggu berlalu dari sekembalinya mereka dari Batu jajar.
"Aku mau mengajak kamu ke Sukabumi bertemu dengan keluargaku, apa kamu ada waktu luang 3 sampai 4 hari ke depan?" tanya Iqbal begitu to the point.
"Apa?" pekik Milla sangat kaget. 'Apa maksudnya dia mau mengundangku ke acara pertunangannya? Ya Allah kejam sekali,' batin Milla.
"Kamu tidak bisa?" tanya Iqbal sedikit bingung.
"Tapi kenapa? Mendadak sekali," ucap Milla memancing Iqbal.
"Aku sudah lama tidak pulang dan sekarang mumpung ada libur panjang jadi aku ingin kesana mengajakmu dan mengenalkanmu kepada kedua orangtuaku," ucap Iqbal penuh harap.
"Bukankah Mas pulang untuk bertunangan," ucap Milla akhirnya tanpa bisa menahan lagi.
"Apa?" tanya Iqbal mengernyitkan dahinya bingung. "Kata siapa?"
"Eh itu, anu-" Milla meruntuki bibirnya yang asal berucap.
"Apa yang kamu sembunyikan? Sebenarnya ini yang ingin kamu tanyakan padaku dari sejak di Batu Jajar kan?" pertanyaan Iqbal tepat sekali.
"Lupakan saja," ucap Milla memalingkan wajahnya.
"Mil, katakan saja."
"Aku bertemu dengan Adi di Surabaya, Adi sepupumu," ucap Milla dan Iqbal masih terdiam membisu.
"Dia mengatakan segalanya, sebenarnya itu sedikit menggangguku. A-apa Mas-"
"Aku serius padamu Milla," ucap Iqbal dengan cepat memotong ucapan Milla yang jelas sekali meragukannya. "Demi Allah aku ingin serius padamu dan meminangmu," ucap Iqbal sekali lagi dengan mantap.
"Lalu pertunangan itu."
"Ya, pertunangan itu memang akan terjadi. Makanya aku mengajakmu ikut bersamaku supaya pertunangan ini gagal. Aku sudah berbicara dengan Abi, dan dia tidak mempermasalahkan akan dengan siapa aku menikah. Abi hanya ingin aku membawa kamu ke sana dan memperkenalkan kamu dengan keluargaku."
"Bagaimana aku bisa ke sana, sedangkan mas saja belum bertemu Ayahku," ucap Milla.
"Berulang kali aku ingin menemui beliau, bahkan kemarin aku berencana ke Surabaya tetapi kamu selalu menolakku Milla."
"Karena status Mas tidak jelas, aku tidak ingin di cap sebagai wanita perebut lelaki orang. Dan aku tidak mau Ayah dan Ibu di kampung kecewa karena aku bersama dengan pria yang sudah di jodohkan."
"Jodoh itu misteri Milla, kita tidak tau siapa yang akan menjadi jodoh kita kelak. Tetapi sejujurnya dalam setiap lantunan doa ku, namamu lah yang selalu ku sebut."
Milla merasa terharu sekali mendengar penuturan Iqbal barusan. Dan sejujurnya dalam setiap doa nya nama Iqballah yang selalu ia ucapkan. Ia mencurahkan segala perasaannya di hadapan Allah dan memasrahkan segalanya pada takdir yang sudah Allah gariskan. Karena Milla yakin, rencana Allah akan jauh lebih indah dan baik daripada rencananya.
"Percayalah padaku, Milla. Aku sungguh ingin menjalin hubungan yang halal bersamamu. Aku tidak ingin terus menjalani hubungan seperti ini, Allah tak pernah memerintahkan untuk ta'aruf terlalu lama."
Dan bagaikan ada ribuan kembang api di dalam hati Milla. Ia sungguhlah bahagia mendengar penuturan Iqbal barusan. Milla hanya harus percaya dan yakin, mungkin inilah jalan untuknya dari Allah untuk memulai hubungan yang jauh ke tingkat lebih baik. Milla merasakan jantungnya berdegup sangat cepat dan sejak tadi ia hanya bisa menunduk dan tak bisa menatap wajah tampan Iqbal.
"Besok aku akan menjemputmu pagi-pagi, kamu masih cuti kuliah kan?" tanya Iqbal yang di angguki Milla.
"Kalau begitu aku permisi, Assalamu'alaikun Milla."
"Wa'alaikumsalam."
Mendengar langkah menjauh, barulah Milla berani mengangkat kepalanya dan menatap punggung lebar Iqbal yang berjalan menuju ke mobilnya.
'Ya Allah semoga ini adalah langkah awal yang baik untuk kami, Amin yrb.'
***
Saat ini mereka sudah sampai ke Sukabumi menggunakan mobil Pajero milik Iqbal. Milla tampak antusias melihat pemandangan di kanan kirinya yang begitu indah dan sejuk.
"Di sini ada beberapa tempat wisata, nanti kita ajak keponakanku untuk pergi ke pelabuhan ratu," ucap Iqbal.
"Pelabuhan ratu? Yang terkenal nyi roro kidul yah," ucap Milla yang di angguki Iqbal.
Mereka sampai di pekarangan rumah Iqbal. Rumahnya terlihat besar dengan gaya pedesaan dengan halaman luas dan banyak sekali pepohonan di depannya. Milla yakin Iqbal bukanlah orang biasa-biasa, melihat dari rumahnya saja dia yakin kalau Iqbal anak orang berada, berbeda sekali dengan dirinya. Tanpa sadar Milla merasa kembali minder, padahal sebelumnya ia sudah membaca bismillah dan surah al-Kahfi, untuk memberinya kekuatan dan keyakinan. Karena entah kenapa sejak mengenal Iqbal dia sedikit meragu untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.
"Assalamu'alaikum, Umi, Abi," ucap Iqbal menyalami kedua orang paruh baya yang menyambut mereka. Milla masih berdiri kaku di belakang Iqbal dengan gugup dan memegang tas ransel miliknya.
Dan kini tatapan kedua orang itu tertuju pada Milla, tampak jelas wajah Ibunya yang mengernyitkan dahi.
"Ini Milla," ucap Iqbal.
"Assalamu'alaikum Tante, Om," ucap Milla menyalami mereka berdua.
"Kalian baru datang, ayo masuklah. Minah Minah," teriak sang Ayah.
"Iya Juragan," ucap seorang wanita berusia 35tahunan datang menghampiri. "Tolong antarkan Neng ini ke kamar tamu yah," ucapnya yang langsung di patuhi oleh Minah.
"Hayu mangga Neng," ucap Minah sedikit mengernyit karena tak paham, tetapi melihat gerakan tubuh dari Minah, Millapun mengikutinya dari belakang.
"Saha eta Bal?" tanya Umi saat Milla sudah berlalu pergi. (Siapa itu Bal?)
"Rerencangan Iqbal Mi, Engke ku Iqbal di caritakeun sadayana," ucap Iqbal beranjak masuk ke dalam rumahnya. (Teman Iqbal Mi, nanti akan Iqbal ceritakan semuanya.)
"Abi, eta moal kabogohna Iqbal?" tanya Umi terlihat gelisah. (Abi, itu pacarnya Iqbal?)
"Engke we danguken penjelasan ti Iqbal," ucap Abi yang sudah mengetaui segalanya. (Nanti saja dengar penjelasan dari Iqbal).
"Umi mah sieun, sieun itu teh kabogohna Iqbal. Terus kumaha atuh tunangan jeng lamaranna ka Intan." (Umi takut, takut itu beneran pacarnya Iqbal. Lalu gimana dengan pertunangan dan Lamarannya ke Intan.)
Di dalam kamarnya, Milla berjalan membuka jendela kamar dan seketika angin menerpa wajahnya terasa begitu sejuk. Ini seperti di kampungnya, suasana hangat, tenang dan begitu adem.
"Sejuk sekali," gumam Milla dan melihat sawah yang mengelilingi daerah itu. Tampak beberapa petani sibuk membajak sawah.
***
TBC
15-01-2018
![](https://img.wattpad.com/cover/123461968-288-k90684.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terhalang Restu
SpiritualNew Version Cerita Milla dan Iqbal yang kembali hadir dengan tambahan bab dan lebih lengkap. Yuk kepoin ceritanya. Allah selalu punya skenario terindah untuk hamba-Nya. Kita hanya perlu bersabar dan ikhlas dalam menanti. Bersyukur atas semua kebai...