Part 8

9.1K 775 14
                                    

Milla baru saja sampai di Batu Jajar sesuai permintaan Iqbal untuk menemani Amierra. Sejujurnya ia sangat khawatir dengan sahabatnya itu saat mendengar teriakannya semalam di telpon.

Setelah menemani Amierra makan dan mendengarkan curhatannya, kali ini Milla duduk sendirian di taman rumah sakit TNI. Amierra sedang berada di dalam ruangan suaminya. Dan selama di sini pun Milla belum berbicara dengan Iqbal. Dan mengenai masalah pertunangan Iqbal dengan wanita bernama Intan itu massih menjadi misteri untuk dirinya.

"Kopi," tawar seseorang seraya menyodorkan kopi ke hadapan Milla membuatnya menoleh, Iqbal berdiri di sampingnya dengan menyodorkan segelas kopi padanya.

"Terima kasih," ucap Milla menerima cup kopi itu dan meneguknya. Iqbal mengambil duduk di samping Mila dan ikut meneguk minumannya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Iqbal, memang sudah cukup lama mereka tak bertemu.

"Seperti yang kamu lihat, ngomong-ngomong bagaimana masalah pengedar itu?" tanya Milla berusaha mengalihkan pembicaraan mereka supaya Milla tak perlu memikirkan masalah yang di katakan oleh Adi.

"Alhamdulillah semuanya selesai, Heru telah di tangkap dan juga beberapa grombolannya. Tetapi aku belum tau yang terjadi di perbatasan," ucap Iqbal yang di angguki Mila.

"Apa Mas Djavier akan sembuh," gumam Milla sesungguhnya ia pun mengkhawatirkan sahabatnya yang terlihat sangat tersiksa.

"Insa Allah, kita harus lebih banyak berdoa pada Allah untuk kesembuhan kapten Djavier." Milla mengangguk setuju.

"Kemarin kamu pulang kampung? Bagaimana di sana?" tanya Iqbal setelah keduanya cukup lama terdiam.

"Begitulah, tenang dan nyaman. Aku selalu merindukan suasana kampungku," ucap Milla tersenyum kecil.

"Pantas saja kau tak mengabariku, ternyata suasana di sana membuatmu melupakanku," goda Iqbal membuat Mila menoleh padanya dan tersenyum kecil.

Melupakan? Yang benar saja, bahkan sedetikpun Milla tak bisa melupakan Iqbal.

"Emm Mas,"

"Iya, kenapa?" Iqbal menoleh ke arah Mila.

"Itu-" Milla terdiam kembali seakan bimbang antara menanyakannya langsung atau tidak, tetapi sesungguhnya itu mengganggu dirinya.

"Ada apa Mil? Apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya Iqbal masih memperhatikan Milla.

"Ah tidak, bukan apa-apa," ucap Milla tersenyum kecil dan meneguk minumannya.

"Apa yang ingin kamu tanyakan sebenarnya Mil? Tanyakan saja," ucap Iqbal.

"Bukan hal yang penting," kilah Mila menampilkan senyumannya.

Iqbal hendak bertanya lagi tetapi suara adzan berkumandang di sana, membuat mereka berdua diam dan mendengarkan Adzan.

"Sebaiknya kita ke Mushola untuk solat ashar," ucapp Iqbal saat adzan sudah berhenti berkumandang. Milla mengangguk setuju dan beranjak dari duduknya.

***

Milla baru saja menyelesaikan solatnya, ia membuka mukena yang ia gunakan hingga kain pembatas antara jamaah pria dan wanita sedikit terhembus angin hingga terbuka. Milla dapat melihat Iqbal di sana tengah menangkupkan kedua tangannya ke arah langit dan tampak khusu membaca doanya.

'Ya Allah bisakah hamba meminta, bolehkah pria di depan hamba itu menjadi jodoh hamba? Menjadi imam dalam kehidupan hamba kelak? Walau hamba tau dia sudah memiliki calonnya, tetapi bisakah hamba bersikap egois dan memintanya?' batin Milla.

Ya Allah, jika dia benar untukku, dekatkanlah hatinya dengan hatiku. Jika dia bukan milikku, damaikanlah hatiku dengan ketentuan-Mu.

Iqbal keluar dari mushola dan tak menemukan Milla, ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit hingga menemukan sosok yang di carinya tengah berdiri di dekat taman rumah sakit.

"Aku pikir kau kemana," ucap Iqbal seraya merapihkan jaket kulit yang ia gunakan. Mila hanya menoleh sesaat dan kembali menatap ke depan.

"Mas, kapan mendapat libur dan pulang kampung?" tanya Milla seakan memancing kejujuran Iqbal.

"Aku belum tau, aku belum bisa libur kalau Kapten masih belum menunjukkan kemajuannya," ucap Iqbal.

Milla menganggukkan kepalanya. "Aku akan menemui Amierra," ucap Milla berlalu meninggalkan Iqbal.

"Ada apa dengannya, kenapa dia tampak murung?" gumam Iqbal menatap punggung Milla yang semakin menjauh.

***

TBC...

12-01-2018

Maaf sedikit, :D

Selanjutnya cerita ini akan aku percepat, karena konflik sesungguhnya itu beberapa tahun ke depan :D. So, ikutin saja terus yah lanjutan ceritanya. Jangan lupa Vote dan Commentnya.

Oh iya, untuk selanjutnya akan aku private cerita ini, kalian paham kan cara membaca cerita yang di private.

Jodoh Terhalang RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang