PART 10

159 33 15
                                    

Rindu itu kini telah menyelimuti setiap ruang di hati pria tampan itu. Setelah ia sampai di bukit tinggi yaitu daerah rantau orang tuanya. Ia selalu memikirkan setiap kenangan yang mereka ciptakan selama ini. Walaupun dalam jangka yang sangat cepat, tapi itu sudah cukup untuk bekal supaya rindu yang dirasakannya tidak meledak secara tiba-tiba. 

Alden duduk termenung di tepi ranjang kamarnya. Sesekali, ia mendengus pelan dan memegangi pangkal hidungnya.

"Bang." Bela menghampiri Alden dan duduk disampingnya.

Alden yang mendengar suara adiknya, ia langsung menoleh kearah Bela sambil tersenyum tipis.

"Mau aku hubungi kak Salsa? "

"Boleh boleh. " Alden mengangguk antusias.

"Tunggu sebentar yah. " Bela mengambil benda pipih itu dari saku celananya, lalu ia mencari nomor handphone Salsa dan  menghubunginya

"Gimana, nyambung gak? "

"Nyambung bang, nah ini nih. " Bela menarik pelan tangan Alden bahagia.

"Assalamualaikum kak, ini Bela. "

"Waalaikumsallam, kamu dan keluarga udah sampai? " Jawab Salsa dari seberang sana

"Iya kak, Alhamdulillah Bela dan keluarga udah sampai dengan selamat. "

"Alhamdulillah kalo gitu."

"Kak Salsa, bang Alden mau bicara. "

"Iya, boleh. "

"Nih bang, Bela keluar dulu. Nanti kalo udah selesai bicaranya panggil Bela yah." Bela memberi Hp nya kepada Alden dan ia berlalu meninggal kan Alden sendirian dikamar.

"Iya, bel. Makasih yah. " Alden tersenyum bahagia

"Iya bang." Saut Bela

"Assalamualaikum. "

"Waalaikumsallam. "

Alden yang mendengar suara wanita yang ia cintai itu pun tak bisa membendung air matanya.

"Apa kabar? " Alden berusaha untuk menormalkan suaranya.

"Alhamdulillah baik. Kabarmu gimana?  " Tanya Salsa

"Alhamdulillah baik juga. " Alden berbohong kepada Salsa bahwa dia baik-baik saja. Padahal sebenarnya keadaannya tidak baik setelah ia meninggalkan Salsa.

"Ka..kapan kamu kembali? " Tanya Salsa lirih

Alden mendengar suara Salsa parau itu pun mencoba berpikir keras. Dan timbullah satu pertanyaan di dalam pikirannya. Apa Salsa menangis?

"Mungkin tahun depan. Itu pun aku belum tau kapan pastinya. " Jelas Alden

"Cepatlah kembali hiks hiks."

Terdengar isakan Salsa dari seberang, dan itu membuat hati Alden bagaikan disayat-sayat dengan pisau. Dadanya sesak mendengar isakan dari gadis yang ia cintai itu. Ia tidak ingin melihat Salsa menangis, karena ia benar-benar mencintai gadis itu.

Sulaman Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang