#3. Di Sekolah -1-

28 2 0
                                    

"Semalam aku bermimpi tentang dia. Dia adalah lelaki dengan tubuh tinggi dan jubah hitam membungkus tubuh kekarnya. Dia ahli dalam menggunakan senjata,terutama pedang. Sungguh... Inginku memeluknya ''

"Layla K.I.''

***

"Kak,terimakasih sudah memberikan lukisan ini padaku,ya. Maaf aku menyusahkanmu.'' Rokyto memelukku dari belakang sambil membawakan sarapanku.

"Tidak masalah,pakai saja. Aku bisa menggambarnya lagi.''
Rokyto nampak senang dengan lukisanku. Aku bisa melihat cahaya bahagia terpancar dari tatapan matanya. Tapi juga tatapan sedih. Entah apa yang menyerang pikirannya.

"Ayo habiskan sarapan kalian. 3 menit lagi kalian harus sudah berangkat!''
Ibuku memberi peringatan. Ayah sudah berangkat sejak jam 05.30 tadi karena ada jaga pagi di UGD.

2 menit kemudian,aku dan Rokyto pergi sekolah dengan naik sepeda motor. Maksudnya aku yang bonceng.
Di perjalanan,Rokyto berbisik di telingaku.''Kak,enak ya punya bakat gambar. Bisa berkreasi,di sukai banyak orang,bisa dapat uang...''

Aku terdiam. Segitu inginkah adikku punya bakat sepertiku?. Aku bahkan iri padanya yang bisa sepintar itu dalam menghitung dan menghafal.
Dan sepanjang perjalanan,aku dapat mendengar adikku terisak di belakangku sambil membenamkan wajahnya di jaketku.

***

"Semuanya,kita punya murid pindahan di sini.''
Aku yang sejak tadi mengobrol dengan Sona(teman sebangku ku) langsung spontan menghadap depan.

"Menurutmu,anak pindahannya laki-laki atau perempuan ya?'' Sona berbisik padaku.

"Entahlah...Mungkin perempuan.'' Bisikku pada Sona. Seisi kelas nampak penasaran dan tidak sedikit pula dari mereka yang saling tebak menebak bagaimana sosok penghuni kelas baru itu.

Saat guru kami memanggil masuk sang primadona baru kelas ini,

Sungguh mencengangkan.

Kami mendapati seorang laki-laki dengan tubuh tinggi dengan jubah hitam dan memakai masker hitam serta tatapan mata yang tajam.

"Hah? Apa-apaan itu?''

"Misterius sekali''

"Aku jadi ngeri''

"Coba buka topengnya. Barangkali dia tampan''

Semua tebakan yang saling berbisik terdengar di seluruh sudut kelas bagaikan sayap tjoro yang beterbangan kemana-mana

[Kenapa malah mikir gitu?]

Tapi,diantara semua kebisingan yang tercipta di kelasku,kenapa cuma aku yang tidak mampu berkata apa-apa?
Sona nampak asik membicarakan bocah itu dengan anak lain.

Kenapa...
Hatiku berdebar seperti ini?
Perasaan apa ini?

"Silahkan perkenalkan dirimu.''

Anak itu nampak santai.
Seperti tanpa beban apapun bersamanya.

"Namaku Robin.''
Hanya 2 kata... Tidak ada lagi? Perkenalan macam apa itu?!

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang