#6. Antara Cinta dan Nilai Nol.

10 2 0
                                    

Menurutmu mana yang lebih berpengaruh?
CINTA atau NILAI '0'??

***

Hari ini.
Hari paling mengesalkan dalam hidupku.

Andai hari ini tidak ada mata pelajaran greget itu, mungkin nilaiku masih baik.

Ini kronologisnya:

Aku berangkat sekolah jalan kaki karena tidak ada uang untuk membeli bensin. Itung-itung buat hemat juga sampai ibu pulang.

Di sepanjang perjalanan, aku kebanyakan melamun sampai tidak melihat ada benda lucknut menunggu kekasihnya.

Yak, batu kampret yang menantikan kemesraan dari ujung sepatuku.

Detik-detik sebelum kemesraaan itu terjalin, seseorang memanggilku dari belakang. Suara seorang perempuan. Berhasil membuatku kepo dengan suara yang memang aslinya imut.

"LAYLAA!!!"

Itu Sona.
Gadis yang selalu sempurna dihadapanku.

Dia berlari mengejarku yang sudah 5 meter lebih jauh darinya. Kekuatan fisiknya melebihi kekuatan fisik laki-laki. Meskipun tubuhnya kecil, tapi kecepatan larinya sungguh luar biasa.

Hanya dalam hitungan detik, dia sudah berada di sampingku. Tanpa tersengal.

"Halo,Layla. Selamat pagi''

Wajah manisnya bersinar diterpa sinar matahari pagi. Senyumnya yang manis dapat membuat siapapun yang melihatnya bahagia.

Ketika sedang asik mengobrol dengan Sona,tiba-tiba tercipta suara yang membuat siapapun kehilangan keseimbangan.

DUAK!

Bersamaan dengan suara itu, tubuhku ambruk ketanah dan sukses membuat dahiku terluka.

"Layla! Kau baik-baik saja?!''

Sona nampak terkejut mengetahui aku sudah tersungkur di tanah.

"I-iya... hanya sedikit pusing''

Sebenarnya gak sedikit lagi sih.
10 kali lebih sakit daripada di PHP-in.

Dan akhirnya,aku pergi sekolah dengan keadaan baju kotor dengan dahi terluka.

[30 menit paling memalukan kemudian]

"Jiaaahh!! Lihat si Layla! Kepalanya bonyok gitu!''

"Makan tuh bonyok!!''

"Mau ditambah lagi gak di hidung?!''

Semua kata-kata yang menusuk itu diterima telingaku dengan sepenuh hati,meskipun itu sakit. Dan bisa kau bayangkan, tidak hanya satu kelas atau satu angkatan saja yang bilang begitu. Tapi satu sekolah.

Sakit ya?

Hati kecilku mengatakan itu sambil menangis. Mengerikan sekali.

Sesampainya di kelas, semua anak menertawakanku. Hanya Sona yang membantu mendinginkan hatiku dengan senyum manisnya.

"Sudah, jangan dipikirkan. Tenangkan dirimu ya.''

Sona baik. Dia bisa mencairkan hatiku yang beku dengan kata-katanya yang sederhana. Tapi menenangkan.

Hingga akhirnya, aku sampai di tempat dudukku. Hmmm... Robin belum datang. Mungkin terlambat.

Beberapa saat kemudian, Robin datang dan langsung duduk di bangkunya. Melihat adanya kejanggalan pada diriku, mungkin dia tidak dapat menahan diri untuk bertanya.

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang