Bagian 4

105 5 1
                                    

"Allah mempertemukan 2 Makhluknya untuk satu alasan. Entah itu untuk belajar atau untuk mengajar, untuk selamanya atau untuk sementara dan untuk meninggalkan atau untuk mempertahankan. Hanya saja bagaimana kita bisa menjalaninya dengan tulus, walaupun tidak menjadi seperti yang diinginkan. Tidak ada yang sia-sia karna Allah yang mempertemukan"

sudah 20 menit berlalu, aku masih setia duduk menunggu didepan perpustakaan. Setelah pagi tadi aku berdebat dengan pikiranku untuk datang keperpustakaan ini dan mengorbankan waktu liburku, dan sekarang hampir setengah jam aku berada disini dan tidak ada sedikitpun tanda-tanda keberadaan Makhluk menyebalkan itu, kalau bukan karena tanggung jawab dan janjiku kepada bapak yang sudah menolongku kemaren aku pasti tidak akan berada disini sekarang.

Aku beranjak dari kursiku dan mendatangi petugas yang kutemui tadi, "kak, masih lama ya datangnya? Atau saya pulang saja?" tanyaku, kakak itu melirikku sekilas dan melanjutkan pekerjaannya lagi "terserah kamu saja" jawabnya cuek, tanpa memperdulikan aku yang berdiri di sampingnya. Huft aku menghela nafas, sabar Nasha, batinku. "yaudah kak, saya pamit saja ya, nanti siang In Syaa Allah saya balik lagi" kataku akhirnya, dari pada menunggu hal yang tidak pasti lebih baik aku mengerjakan hal yang lebih berguna.

Aku berjalan keluar dari perpustakaan, sambil memegang handphoneku, baru saja dapat pemberitahuan dari grup Majelis ta'lim di Universitasku, akan ada pengajian setelah dzuhur di Mesjid sekitar kampusku. Kalau begitu niat pulang kekos aku batalkan, aku akan menghadiri pengajian itu, yang sering diadakan setiap rabunya di Universitasku. Aku melangkahkan kakiku keparkiran perpustakaan, ingin mengambil sepeda kesayanganku yang setia setiap hari menemani kemanapun aku pergi, Alhamdullilah betapa beruntungnya aku.

"oiiii! Kamu!!" Astaghfirullah teriakan seorang lelaki mengagetkan aku yang sedang mengambil sepeda, aku melihat ke arah suara teriakan itu, senyuman yang sedari tadi aku pasang di wajahku luntur seketika, makhluk menyebalkan ini mengapa harus muncul sekarang? Kenapa tidak beberapa menit lagi, setidaknya tunggu aku pergi dulu baru dia muncul, gerutuku dalam hati. "heh kamu! Mau kabur lagi ya?" tuduhannya benar-benar sudah kelewatan "Assalamua'laikum" jawabku memberikan salam kepadanya, benar-benar tidak sopan, baru muncul bukannya ucapin salam malah langsung menuduhku. "eh Waa'laikumsalam" jawabnya sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"kamu kabur ya?" tanyanya lagi, aku hanya melihatnya dengan tatapan datar tidak berniat sama sekali berdebat dengannya, aku menaiki sepedaku ingin segera pergi dari sini. "oii pencuri!" teriaknya lagi, aku seketika menghentikan sepedaku, oke cukup! Kesabaranku sudah habis, aku turun dari sepeda dan berjalan kearahnya " maaf sebelumnya, mau kamu apa sih? Berhenti tuduhin aku yang enggak-enggak, aku bukan pencuri! dari pagi tadi aku sudah berada di perpustakaan nungguin kamu, mau tuntasin tanggung jawab aku, tapi kamunya nggak ada, jadi jangan salahin aku, tapi salahin diri kamu sendri, aku sudah cukup sabar dengan tuduhan kamu yang pedis itu ya. Sekarang terserah! aku tidak mau berurusan dengan kamu lagi!" semprotku panjang lebar dan menatapnya tajam. dia hanya menatapku dengan padangan datar dan tidak sedikitpun perkataan aku membuatnya merasa bersalah dan memutuskan meminta maaf kepadaku, benar-benar lelaki tak punya hati, pikirku.

"sudah selesai?" Tanyanya kemudian, Ya Allah kenapa aku harus diuji dengan makhluk seperti ini? "baiklah, aku tidak akan menuduh kamu pencuri lagi, tapi dengan satu syarat" jawabnya, aku memandangnya dengan curiga, apa lagi ini, perasaanku benar-benar tidak enak "setiap sore kamu harus datang keperpustakaan dan merapikan buku-buku didalamnya, selama seminggu" oh baiklah, tidak terlalu memberatkan, setidaknya aku bisa terbebas darinya sekarang " oke, aku terima" jawabku "baiklah, dimulai dari besok, deal?!" tanyanya sambil mengulurkan sebelah tanganya kepadaku, "deal" jawabku dan mengacuhkan uluran tangan darinya. "yaudah, pergi sana! Ngapain kamu masih disini?" tanyanya, dan sekalian mengancungkan tangannya mengusirku, aku benar kesal sekarang, tanpa menunggu lagi aku langsung pergi dari tempat ini.

Aku mengayuh sepedaku dengan pikiran entah kemana, seminggu ini banyak sekali kejadian yang membuat aku lelah untuk berfikir, berawal dari mimpi aneh minggu lalu, "menikahlah denganku" perkataan dimimpi itu selalu menghantui pikiranku, maksudnya siapa makhluk di dalam mimpi itu mengajak aku menikah? Apa aku sudah terlalu tua untu menikah? Oh ayolah, bahkan pernikahan sedikitpun tidak terpikirkan olehku.

Allaahu Akbar Allaahu Akbar...

Suara Adzan berkumandang dilangit Aceh, memanggil umat muslim untuk meninggalkan segala kegiatan untuk menunaikan kewajibannya, aku mengayuh sepedaku kemesjid dekat kampusku, mesjid ini sangat besar dan selalu ramai pegunjungnya dikarenakan mesjid ini terletak sangat strategis dan dekat dengan universitasku, banyak mahasiswa-mahasiswa yang selalu meluangkan waktunya untuk shalat atau sekedar duduk di teras mesjid.

Setelah sampai di mesjid, aku memakirkan sepedaku dengan baik bergabung dengan kendaraan orang lain yang lebih banyak sepeda motor. Aku langsung berjalan ketempat wudhu' perempuan yang terpisah dengan tempat wudhu' lelaki, sangat ramai sekali dari biasanya, mungkin karena habis dzuhur ini ada pengajian, pikirku. "Assalamua'laikum ukhti" ucap salam dari seseorang disampingku "waalaikumsalam, eh maria, Masya Allah" jawabku dan resflek langsung memeluk Maria, teman pengajianku yang sudah lama tidak bertemu, kira-kira terakhir bertemu denganya sebulan yang lalu, dikarena kesibukan dan kampus kami pun berbeda. "apa kabar Nasha? Sudah lama ya nggak ketemu, makin kurus aja hahaha" perkataan Maria seketika membuat aku ketawa "hahaha dasar kamu, aku ini langsing tau bukan kurus" jawabku "iya iya, langsing dan kurus itu beda tipis" jawabnya sambil ketawa memperlihatkan gigi gingsulnya yang membuat ketawanya lebih terlihat manis. "jahat banget sih" rajukku pura-pura, "hahaha yaudah yuk wudhu' dulu, nanti keburu Iqomah" kata Maria, kemudian aku langsung mengambil wudhu' begitupun Maria.

Setelah selesai shalat berjamaah kami tidak langsung pulang, aku dan Maria duduk di teras mesjid melepaskan rindu sambil menunggu pengajian dimulai,aku sangat penasaran dengan isi pengajian kali ini dengan tema "Hijrah Cinta", begitupun dengan jamaah lainnya. Masalah percintaan sedang marak-maraknya di kalangan anak muda zaman sekarang, apa lagi dengan anak muda yang masih berstatus Jomblo Fisabillilah seperti aku ini. "Maria habis pengajian ini kamu mau kemana lagi?" tanyaku keMaria, "mau masuk kampus lagi ni Nash, ada ujian praktek di Lab" jawab Maria, Maria ini jurusan pertanian di kampusku "kalau kamu Nash?" tanya Maria lagi "oh aku langsung pulang Mar, nggak ada jadwal kuliah hari ini" jawabku sambil melihat orang sekelilingku, "oh tumben kamu keluar, biasanya kalau jadwal libur kamu lebih memililh tiduran di kos" kata Maria dan langsung membuat kami berdua ketawa "hahaha kamu tau saja, tadi aku ada urusan sebentar di perpustakaan" jawab ku sambil tersenyum miris, teringat kejadian menyebalkan di perpustakaan tadi, benar-benar merusak mood liburan ku.

Beberapa menit ngobrol dengan Maria, pengajian sudah mau di mulai, semua jamaah di persilahkan memasuki mesjid dan duduk di tempat yang sudah disediakan, jamaah ikhwan sebelah kiri, dan jamaah akhwat sebelah kanan, sementara di tengah-tengahnya di batasi dengan tirai berwarna biru, sehingga ikhwan dan akhwatnya tidak bisa saling melirik satu sama lain. Sebelum pengajiannya di mulai, seorang ikhwan melantunkan ayat-ayat Al-qur'an dengan merdunya, sehingga aku yang mendengarnya merasa tertegun, betapa indahnya ayat-ayat suci Al-qur'an itu dilantunkan oleh ikhwan yang tidak bisa aku lihat wajahnya, dikarena aku duduk dibarisan belakang. Bukan hanya aku yang tertegun dengan suara indahnya, tetapi juga dengan para jamaah akhwat yang lainnya, ada yang sambil berbisik dan tersenyum melihat ikhwan itu. Aku sendiri dengan tinggi tubuh rata-rata walupun aku sudah menegakkan tubuhku, masih belum terlihat siapa yang mempunyai suara indah itu, dan akhirnya aku menyerah dengan usahaku.

Pengajianpun dimulai oleh Ustadz yang terkenal dengan ilmunya yang sangat bermanfaat dan selera humornya yang bagus, sehingga jamaahpun tidak merasa bosan mendengar ceramah beliau, begitu juga denganku. Terlihat semua jamaah yang ada di mesjid semuanya tertawa mendengar ceramah ustadz tersebut, aku hanya senyum malu-malu mendengarnya. Ada isi ceramah yang membuat aku tersentak mendengarnya "jangan memberikan cinta dan hati kita karena itu adalah hal yang sangat berharga dalam diri kita, sebelum kita mengatakan saya terima nikahnya, baru kita kasih sebagai hadiah terbesar kita. Begitupun juga dengan perempuan, jangan mudah memberikan cinta kita kepada lelaki walaupun sehebat apapun lelaki itu, sampai dia mengatakan saya terima nikahnya fulana binti fulana dengan mas kawin sekian, baru pada saat itu juga kita katakan aku berikan hatiku padamu"

Ketika Cinta MenghampirikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang