Bagian 5

102 7 3
                                    

Sore hari ini langit begitu mendung, terasa sekali angin bertiup sangat kencang, menerbangkan daun-daun yang bertaburan dijalanan, pohon melambai-lambaikan rantingnya seakan ikut senang angin menyentuhnya. Cuaca seperti ini sangat langka diibu kota yang lebih berdominan cuaca terik yang menyengat, jadi tak heran semua orang menyambut rahmat tuhan yang satu ini dengan hati gembira. Begitu juga diriku, sekarang aku sedang berjalan keparkiran mesjid hendak mengambil sepeda yang terparkir disana, sesekali aku bersenandung ceria, entah mengapa sore hari ini hatiku sangat gembira, entah karena cuaca atau karena hal yang lain menyangkut dihatiku.

Aku memejamkan mata untuk sekian kalinya, tak bosan-bosannya diriku menikmati angin yang membelai pipi halusku, menghirup aroma dedaunan kering yang membuatku lebih nyaman, seketika aku teringat sepenggalan ayat di Al-quran "Maka nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?" begitu banyak nikmat yang diberikan Allah kepada makhluk-makhluknya hanya saja kita kurang menyadarinya.

Aku berjalan sambil menuntun sepedaku, aku lebih memilih berjalan kaki, cuaca seperti ini tidak memungkinkan aku harus mengayuh sepeda, lagipula aku bisa lebih lama menikmati angin sejuk seperti ini. Sekali-kali aku memegang kuat baju gamisku yang digoyang-goyangkan oleh angin, dan merapikan jilbabku yang sekarang sudang menutup semua wajahku, aku ketawa-ketawa sendiri kesenangan.

Brakkkk!! Dentuman keras terdengar didekatku, pecahan kaca terdengar begitu jelas, suara teriakan seakan memekan telinga. Kecelakan telah terjadi sekarang, aku meletakkan sepedaku asal ditepi jalan, berlari ditengah jalan yang sudah dikerumuni oleh banyak orang, aku berhasil menjangkau kerumunan itu.

Aku melihat darah dan pecahan kaca dijalan, sepeda motor tergeletak tak berdaya disana, orang-orang berdatangan lebih banyak mengerumuni tempat kejadian, aku melihat seorang bapak-bapak tergeletak ditengah jalan dengan darah bertaburan disekitarnya. Dan kemudian aku melihat disisi lain, Astaghfirullah, aku berlari kearah anak kecil yang tergeletak ditepi jalan sana, anak itu kejang-kejang, ini pemandangan yang sangat mengerikan, aku mengangkat kepala anak itu, "tolong! siapapun cepat tolong!" aku berteriak dengan suara yang bergetar, Ya Allah tolong, mengapa orang-orang hanya menonton? Aku melihat panik anak di dekapanku, nafasnya mulai tidak berarturan, dan wajahnya mulai memucat, oh tidak jangan!

Beberapa saat kemudian, sepasang tangan besar menggedong anak itu dari pangkuanku dan segera menaikannya didalam mobil, Alhamdullilah, lagi–lagi Allah menurunkan malaikatnya pikirku. "dek cepat masuk!" apa bapak itu memanggilku? "saya pak?" tanyaku bingung sambil menunjukan diriku sendiri "iya kamu, cepat naik kemobil" kata bapak itu, seketika aku langsung berlari cepat dan masuk kemobil bapak berhati malaikat tersebut.

Akhirnya kami sampai dihalaman gedung yang bernuansa putih ini, aku turun dari mobil bapak tersebut, dan ingin memanggil siapapun yang berbaju putih untuk segera menolong anak kecil tadi, sebelum aku berteriak meminta tolong, aku melihat segerombolan manusia berpakaian serba putih berlari kearahku dan membawa brankar "dimana yang sakit,dik?" tanya salah satu perawat didepanku, "i..itu didalam" jawabku bergetar, entah mengapa ini terasa seperti mimpi, aku menghirup paksa oksigen disekelilingku. "dik,bapak serahin ke kamu ya, bapak pergi dulu" bapak yang tadi mengagetkanku yang sempat termenung, "heh tapi pak?" bagaimana mungkin aku mengurusnya sendiri, "maaf dik, tapi bapak sudah ditunggu istri bapak" jawab bapak itu sambil sesekali melihat susah handphone ditangannya, "iya baiklah pak, bapak pulang saja, Insya Allah saya bisa mengurusnya pak, dan terimakasih bapak sudah berikan tumpangannya, semoga kebaikan bapak dibalas Allah" jawabku tulus dan bapak tersebut tersenyum lega kearahku, "Allhamdullilah terimakasih nak, Aamiin. Kalau begitu bapak balik dulu, Assalamualaikum" pamit bapak tersebut sambil bergegas naik kemobilnya.

Aku masuk digedung serba putih ini, bau obat-obatan khas Rumah Sakit seakan menyengat hidungku dan membuat kepalaku pusing, aku benar-benar tidak suka Rumah Sakit. "maaf, apa anda wali korban kecelakaan barusan?" suara bariton itu mengagetkanku, aku resflek membalikkan badan , aku melihat sosok lelaki didepanku dengan berbalut jas dokter, perawakan tinggi dengan rahang yang tegas, dia menatapku datar tanpa senyuman, seketika aku terintimidasi dengan tatapan itu. "maaf" dia mengagetkaku yang sempat melamun "hah iya? apa tadi?" aku benar-benar mengutuk diriku yang sempat-sempatnya bertingkah bodoh dalam keadaan seperti ini. "silahkan anda mengisi administrasi pasien terlebih dahulu" kata lelaki itu, seakan setiap kata yang diucapkannya seperti perintah untukku, "tapi, saya tidak tahu pasien itu, saya han.." "segera mungkin!" potong lelaki itu dan meninggalkanku yang berhasil melongo dibuatnya.

Alhamdullilah, semuanya telah selesai, setengah jam yang lalu adalah hal yang memusingkan yang pernah aku alami, keluarga anak kecil itu datang kerumah sakit kemudian memarahiku habis-habisan dan menuduhku yang telah menabrak anak dan suaminya, aku sempat mendengar kabar bahwa bapak-bapak yang tergeletak dijalan itu adalah ayah dari anak tadi dan tidak bisa diselamatkan, aku hanya terdiam melihat ibu itu teriak-teriak dan menangis didepanku, akupun ikut meneteskan air mata, seakan sakit yang ibu itu rasakan terasa juga kepadaku. Akhirnya dokter berwajah datar datang menghampiriku dan melerai kesalahpahaman yang terjadi, menenangkan ibu yang histeris didepanku dan itu berhasil! Waw aku kira dokter sombong itu tidak bisa ramah terhadap orang lain.

Sekarang aku berdiri dihalaman rumah sakit, dan tebak aku mempunyai masalah kedua, bagaimana aku pulang? Dan aku sempat khawatir memikirkan nasib sepeda yang aku terlantarkan dipinggir jalan tadi dan berharap ada seorang yang berbaik hati menjaga sepedaku. Aku duduk dipinggir taman rumah sakit, merenungi nasibku sekarang, apalagi jarak rumah sakit dengan kosku sangat jauh dan mustahil untukku jalan kaki di waktu hampir maghrib ini ditambah lagi hujan lebat sebentar lagi akan turun, terbukti karena gerimis sudah membasahi sebagian jilbabku.

Kemudian aku melangkahkan kaki dimesjid yang berada dirumah sakit ini, mesjidnya sangat luas, seperti mesjid pada umumnya, aku masuk kedalamnya, dan merebahkan badanku di lantai dingin ini, seketika segala penat yang aku rasakan hilang begitu saja dan digantikan dengan rasa nyaman yang tak terhingga. Aku melihat langit-langit mesjid yang aku tiduri, begitu indah dihiasi dengan lampu berbaris-baris dan kaligrafi memenuhi dindingnya. Aku merenungi semua kejadian yang aku alami hari ini, sangat mengesankan pikirku. Kemudian aku mendengarkan lantunan ayat suci Al-quran yang begitu indah, sepertinya aku pernah mendengar suara ini, tapi dimana ya, pikirku. Haaa iya dipengajian! Aku seketika bangun dari tidurku, dan melangkah pelan ketirai pembatas mesjid, ingin mengintip siapa lelaki yang membuat aku penasaran dipengajian tadi, kemudian aku membuka sedikit tirainya, aku mendengus kecewa, lelaki itu dihalangi dengan tiang mesjid dan menyebabkan aku susah melihatnya.

"Nasha!" panggil seseorang dibelakangku, sontak aku langsung membalikan tubuhku kebelakang, aku melihat seorang wanita dewasa didepanku, wajah kaget sekaligus bingung tergambar diwajahnya, "tante? Kok bisa disini?" tanyaku bingung, "seharusnya tante yang nanya, Nasha kenapa ada disini? Tantekan memang kerja disini" jawab tanteku, seketika aku terdiam beberapa saat meencerna apa yang terjadi kepadaku hari ini, "kamu kenapa Nasha? Kamu sakit?" tanya tanteku lagi "ah gak, anu... itu tan, aku.." aduh gimana cara bilangnya ya, aku bingung harus mulai darimana, "kenapa Nasha?" tanya tanteku yang mulai geram dengan tingkahku. " itu tan, tadi Nasha bawain korban kecelakaan, anak kecil tan, kasian" aku menunduk sedih sambil membayangkannya, apalagi ayah dari anak kecil itu tidak bisa diselamatkan, "oh yang ribut-ribut tadi itu kamu ya Nash?" aku mendongakkan kepalaku menatap tante Nelly terkejut "kok tante bisa tau? Maksudku tadi aku tidak melihat tante disana" tante menarik tanganku keluar mesjid, dan kami duduk di terasnya. Tante Nelly menceritakan semuanya, ibu-ibu yang histeris tadi telah membuat heboh satu rumah sakit, aku menunduk malu sekaligus sedih mendengar penjelasan dari tante Nelly, "untung ada Dr.Aldrick yang menolong kamu tadi Nash, kalau tidak habislah kamu sama ibu-ibu itu" tante nelly bukannya prihatin dia malah menertawai keponakannya yang malang ini. "Dr. Aldrick? Siapa tante?" tanyaku bingung. "itu Dokter muda yang tampan tadi, dia kan yang menolong kamu?"Jawab tante dan aku hanya beroh ria sambil menganggukan kepalaku.

Aku menghempaskan tubuhku dikasur empuk yang aku rindukan sejak tadi, memejamkan mata yang sudah sangat lelah menatap dunia. Berkat ketemunya tante Nelly aku bisa pulang dengan selamat, dan tidak lupa juga mengambil sepeda yang sudah aku terlantarkan. Alhamdullilahnya lagi, sepedaku masih berada disana, berdiri dibawah pohon yang tidak jauh dari tempat kejadian, aku sangat bersyukur masih ada orang baik yang menyelamatkan sepedaku.

Wajahku tiba-tiba lesu memikirkan besok sudah harus kuliah,aku ingin istirahat lebih lama lagi, kejadian hari ini sangat menguras banyak pikiran dan energiku, aku berharap ada kabar dari grup kelasku bahwa besok kelas akan diliburkan. Aku bangun dari tempat tidurku, mengambil tas ranselku dan merogoh isi dalamnnya dan ingin mengambi handphoneku. Deg! handphoneku tidak ada. Aku mengeluarkan semua isi dalam tasku, dan aku tidak menemukan Handphoneku disana. Seketika kepalaku mulai pusing, dimana Handphoneku. Ya Allah, apalagi ini.

****

selamat membaca, dan jadikan Al-Quran sebagai bacaan pertamaa.

terimakasih, jalan lupa tinggalkan vote dan sarannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Cinta MenghampirikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang