L'Or

1.2K 74 3
                                    

"Jadilah kaya dan berkuasa. Lalu kau bisa membunuh semua orang yang kau benci," ujar Licet dalam bukunya Bunuh Diri yang Begitu Agung. Di mana seorang pemuda berusia dua puluhan, tengah terdiam merenungi isi buku yang sedang dipeganginya. Dia mengangguk, tanda persetujuan, dan melayangkan tatapan matanya pada barisan lampu di atas kepalanya. "Apa yang tersisa dari kehidupanku?" gumamnya. "Tapi kali ini, aku tahu apa yang harus aku lakukan."

Dia menatap buku itu, membalik halamannya hingga ke awal, "Buku ini aku persembahkan bagi mereka yang kecewa dan marah. Bagi anak-anak muda yang tak dianggap oleh dunia dan lingkungan di mana mereka hidup. Kalian yang setiap hari tahu dengan jelas dengan kepala sendiri bahwa kemanusiaan telah mati setiap harinya. Tak ada lagi yang perlu diperjuangankan. Di mata orang-orang, kematianmu tak akan ada artinya. Baiklah, mari aku beri kalian hal yang menakjubkan di dunia ini. Hiduplah sedikit lebih lama. Jadilah orang yang cukup penting. Buatlah orang-orang menderita sebelum kamu mati. Itulah balas dendam yang agung. Bunuh dirilah setelah kamu membuat banyak orang kesakitan, menderita, dan mati. Lalu nikmatilah udara yang terakhir."

Pemuda itu tersenyum, menggarisbawahi kalimat itu, menoleh ke arah orang-orang, dan berjalan pergi.

20 tahun kemudian.

"Gantung dia!" ujar Nordak dingin.

"Ampuniku aku Nord! Ampuni aku!" tangis laki-laki setengah baya yang meringkuk, bersujud di depannya, meminta belas kasihan.

"Tidak. Saat aku masih muda, dan kau tahu aku dalam kesulitan besar, kau bahkan tak menganggap aku ada Beck!" Dia menggeleng, "Tidak Beck, tidak. Sejak saat itu, aku tak pernah menganggapmu sebagai manusia lagi."
Dia memanggil beberapa orang bersenjata yang dengan segera menyeret laki-laki itu dengan paksa. "Gantung dia dengan cepat atau siksa dia perlahan-lahan. Apa pun yang kalian lakukan, aku tak peduli."

Selang beberapa menit kemudian, dia memanggil beberapa orang sekaligus dan menyerahkan lembaran kertas yang berisi catatan nama-nama. "Bakar rumah mereka semua. Tutup semua akun bank dan sita segala aset yang mereka miliki. Jangan biarkan satu orang pun lolos keluar dari negara ini. Aku ingin melihat orang-orang ini kelaparan dan menjadi gelandangan selagi aku masih hidup."

Tiba-tiba seseorang muncul dari arah depan, melemparkan sebuah koran pagi di hadapannya, dan tersenyum puas. "Apa kau sedang bersenang-senang Nord?"

Dia tak menjawab. Matanya tengah bertumpu pada sebaris kalimat yang ada di halaman koran: PERDANA MENTERI NORDAK LOCNE DIDUGA KUAT DALANG DI BALIK PEMBANTAIAN MASSAL ETNIS UIGA.

"Siapa yang menulis ini?" tanyanya menyelidik.

"Gustav Libert," jawabnya singkat, "wartawan dari The Gull." Laki-laki itu duduk di sampingnya, mengambil sebatang cerutu dan meneguk segelas kecil anggur. "Apa kau ingin aku membunuhnya, heh?"

"Ya," jawabnya dingin dan kesal. "Berikan potongan-potongan tubuhnya kepada beberapa serigala liar dan sekawanan hiu. Dan jangan lupa, ratakan kantor berita itu malam ini juga."

"Baiklah," laki-laki itu berdiri dari tempat duduknya, tersenyum girang, dan melangkah pergi setelah menyerahkan sebuah bundelan yang begitu aneh. "Aku mendapatkan apa yang kau cari."

Dia mengamati bundelan yang ditaruh di sebuah meja bundar tak jauh dari tangan kirinya. Sesegera mengambilnya, membukanya dengan begitu cepat, dan tiba-tiba air matanya meleleh tak terkendali. Sebuah buku bersampul indah dari Licet, Bunuh Diri yang Begitu Agung, kini berada di genggaman tangannya kembali. Dia memandanginya begitu lama. Memulihkan ingatan-ingatannya yang tak menyenangkan di masa lalu. "Sudah waktunya," gumamnya pelan terhadap dirinya sendiri.

Dia bangkit dari tempat duduknya. Mengambil pistol yang ada di laci mejanya yang terletak di pojok ruangan. Mengusap permukaanya dengan jari-jemari, dan merasakan berat beban yang ada di salah satu tangannya. "Setelah ini semua selesai, kau akan berguna untukku."

DUNIA YANG BENAR-BENAR ANEHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang