Dokter itu sebenarnya agak mengantuk, dan sudah mulai bosan duduk di kursinya. Sejak pagi ia harus melayani banyaknya orang yang bisa membuatnya mati lebih cepat. Tapi apa boleh dibuat. Ia adalah seorang dokter. Yang harus menolong siapa pun yang membutuhkan. Hanya saja, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Matanya yang sudah mulai buyar, dikagetkan oleh kedatangan laki-laki yang membawa nenek tua yang tak sadarkan diri. Entah sudah mati atau hidup.
"Dok, tolong nenek saya, Dok!" pinta laki-laki muda dengan wajah penuh dengan kekhawatiran.
"Apa nenekmu ini bertuhan atau tidak?" tanya sang dokter dengan agak malas. Mungkin karena sudah ribuan kali ia mengatakan hal yang sama. Berulang-ulang. Membuatnya hapal di luar kepala.
"Maksudnya, Dok?" tampak laki-laki muda itu tak mengerti dan bingung.
"Kan aku tanya, nenekmu ini bertuhan atau tidak?"
"Apa urusannya, Dok?" laki-laki muda itu masih tak mengerti.
"Kami membedakan cara penangan pasien menurut keyakinan mereka masing-masing. Bukan kami yang buat. Tapi pemerintah loh ya. Biar tidak menimbulkan kejadian-kejadian yang tidak dinginkan."
"Oh, nenek saya bertuhan Dok. Beragama," jawab laki-laki itu dengan nada yang resah.
Dokter itu diem sejenak. Lalu memanggil seorang perawat yang tampak enggan datang.
"Bawa nenek ini, juga anak muda ini ke tempat ibadah di sebelah sana. Nanti tanyakan masuk ke agama mana mereka ini. Tolong di data dengan cepat dan baik. Jangan sampai ada kesalahan input," tegas sang Dokter dengan suara agak tebal.
"Baik Dok," balas sang perawat singkat. Sambil mengarahkan sang laki-laki ke tempat yang dituju.
Tak lama kemudian, muncul seorang laki-laki paruh baya yang berjalan agak sempoyongan. Sesekali batuk keras yang keluar dari mulutnya, membuat suasana hening berubah menjadi layaknya ledakan.
"Dok..," suara laki-laki itu terhenti.
Dokter itu ingin tak ingin bertele-tele. "Apa Anda beragama dan bertuhan atau tidak?"
"Hah? Maksudnya? Saya ke sini untuk berobat. Kenapa Dokter membawa-bawa identitas keagamaan seseorang, uhuk, uhuk.."
"Ini sudah aturan yang berlaku. Saya hanya menjalankan perintah. Gimana, bertuhan dan beragama atau tidak?" tanya si Dokter sekali lagi.
"Saya datang ke sini untuk berobat! Bukan ditanya soal agama dan Tuhan!" Laki-laki itu meledak marah. "Apa hubungannya Tuhan dan saya yang ingin berobat, heh?"
Dokter itu menghela napas panjang. Agak bosan sebenarnya. Hanya saja, wajahnya tampak santai. Biasa. Mungkin sudah semakin ahli menghadapi segala jenis manusia yang ada di bumi ini.
"Jika Anda beragama dan bertuhan, kami menyediakan tempat berdoa untuk ada. Rumah sakit kami secara lengkap memenuhi standar paling tinggi dari aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah. Di rumah sakit ini kami menyediakan masjid, vihara, gereja, kuil, dan banyak tempat ibadah lainnya yang bisa menampung ribuan orang. Kami juga bekerja sama dengan para ahli agama untuk membantu kesembuhan para pasien dengan maksud menghargai keyakinan mereka yang paling dalam. Jadi, sekali lagi saya tanya, apa Anda beragama Tuan? Atau sekedar bertuhan? Atau kedua-keduanya? Atau tidak sama sekali?"
Laki-laki itu semakin marah. "Rumah sakit macam apa ini! Ini rasis namanya! Rumah sakit macam apa yang memiliki aturan semacam ini!!!"
Dokter yang tampak tabah itu menjelaskan sekali lagi, "Jika Anda bertuhan, kami menyediakan perawatan yang sesuai dengan keyakinan Anda. Jika anda tidak bertuhan, maka kami menyediakan perawatan yang sesuai dengan standar kesehatan internasional yang paling modern. Ini adalah proses umum dan baku yang sudah ditetapkan pemerintah. Kami juga menyediakan ruangan khusus bagi mereka yang siap mati dari pada melanjutkan hidup yang dirasa percuma. Fasilitas di sini sangat lengkap. Sesuai standar keyakinan pasien dan kesehatan internasional."
"Jadi," Dokter itu melanjutkan, "Jika Anda beragama, atau setidaknya bertuhan, Anda akan dirawat secara khusus di sebuah rumah ibadah dengan para pemuka agama yang akan menemani Anda berdoa sesuai keyakinan Anda. Para pemuka agama ini nantinya akan mengarahkan Anda untuk berdoa dengan benar dan memikirkan segala dosa yang Anda telah perbuat selama ini. Jika Anda memiliki dosa besar, mungkin Anda akan diarahkan untuk bertobat. Sehingga doa Anda akan lebih mudah diterima Tuhan dan penyakit Anda akan sembuh. Tapi jika Anda ateis, atau tidak peduli dengan Tuhan, maka kami akan merawat Anda dengan prosedur umum, dengan bantuan manusia dan alat-alat yang kami miliki. Jadi, apa Anda sudah sedikit mengerti?"
"Saya ini sakit parah, ginjal saya bermasalah, jantung saya agak nyeri, dan sudah dua hari ini saya batuk berat. Kadang sampai mengeluarkan darah. Saya butuh perawatan segera Dok. Bukan malah ditanya saya beragama atau tidak!"
"Tapi ini sudah peraturannya Tuan. Kami tak mau mengambil resiko terburuk. Anda mau kami tangani atau tidak dengan aturan yang sudah kami miliki? Jika tidak, Tuan boleh pergi. Ada banyak pasien lainnya yang mengantri dan perlu ditangani segera. Jadi gimana, beragama dan bertuhan, atau tidak?"
Laki-laki itu tampak diam menahan amarahnya. Matanya memerah. Batuknya terdengar kian keras. Tubuhnya tampak semakin lemah dan lunglai. "Saya beragama Dok. Tapi saya ingin dirawat dengan alat medis terbaik yang disediakan rumah sakit ini."
Dokter itu menjawab, "Kami tak bisa menerima keinginan Anda. Jika Anda beragama, maka kami sudah menyediakan salah satu rumah ibadah untuk Anda. Di sanalah nanti Anda akan kami rawat."
Laki-laki itu memukul meja dengan keras. Mengancam akan membawa kasus ini ke pengadilan karena menolak pasien untuk berobat dan menerapkan sistem rasisme di rumah sakitnya.
Si Dokter menjawabnya dengan santai, "Apa yang Anda masalahkan? Anda bertuhan dan beragama bukan? Saya sudah menganjurkan Anda untuk dirawat sesuai keyakinan Anda. Anda memiliki Tuhan yang maha besar yang bisa mengabulkan segala jenis doa dan menyembuhkan segala jenis penyakit. Apa yang Anda takutkan dan membuat Anda marah? Malah saya yang heran, tidakkah kami sudah memberikan tempat khusus bagi Anda untuk berdoa dengan tenang. Bahkan kami sudah menyediakan para tokoh agama terkemuka yang dianggap telah begitu dekatnya dengan Tuhan yang Anda yakini untuk mendampingi Anda memohon kesembuhan nantinya. Apa yang salah? Kenapa Anda begitu marahnya? Saya tidak akan mengijinkan Anda dirawat dengan perawat oleh manusia dan alat-alat medis yang sudah ada. Kami adalah para dokter. Kami ini manusia. Saya tidak mau nantinya akan dituduh telah melecehkan kebesaran Tuhan dan agama Anda dikarenakan kami telah menyembuhkan Anda. Kami lebih kecil dari Tuhan Anda. Anda harusnya bergantung dan yakin dengan Tuhan Anda, bukan pada kami. Saya tidak ingin kejadian yang menimpa rekan saya terulang lagi. Ia dituduh sesat karena menyembuhkan seorang pasien yang ternyata, menganggap kesembuhan dirinya berasal dari Tuhan bukan dari Dokter yang merawatnya. Jika Anda tidak terima dengan peraturan rumah sakit ini, yang sudah dibuat pemerintah, lebih baik Anda meninggalkan rumah sakit ini. Kami tak punya banyak waktu dengan orang seperti Anda, yang tampaknya sangat meragukan kebesaran Tuhan Anda sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA YANG BENAR-BENAR ANEH
Short Storycerita begitu pendek. jangan dibaca. berbahaya. gagasannya liar.