"Siapa bajingan brengsek ini?" tanya Akimoto pada layar laptop yang tengah dipandanginya. "Lalu bajingan yang satu ini, ini, dan juga ini!"
Laki-laki paruh baya itu mendengus geram dan nyaris saja membanting laptopnya jika saja dering telpon tidak mendadak datang menyela.
"Cih.. Oi, ada apa?"
Suara dari ujung telpon terdengar agak berat. "Semuanya sudah selesai. Apa ada yang lainnya?"
Akimoto terdiam sejenak. Memandangi layar laptopnya. Menggumamkan satu persatu nama yang tak jelas dan aneh. "Aku ada tugas untukmu. Carilah orang yang bernama Saiful Arif dan Stefan Pratama. Bunuh kedua orang itu dengan cara yang sangat kejam. Dan ada seratus lebih daftar nama lainnya yang sudah aku list untukmu. Kau bisa melihat daftar nama itu dan mencocokkannya dengan komentar dari aplikasi sosial yang aku buat di Play Store. Sebagian lainnya bahkan mencaci maki game yang mati-matian kita kembangkan. Para bajingan brengsek itu harus diajari caranya hidup. Ini bukan era di mana para konsumen bisa bersikap bak raja lagi. Kita tunjukkan bahwa para pencipta bisa jauh lebih kejam dan buas. Oi, apa kau mendengarkanku?"
"Ya, ya, aku mendengarnya. Kapan aku pergi? Ke negara?
"Indonesia," Akimoto dengan jelas menjawabnya. "Ajak beberapa puluh orang lainnya ke sana. Terutama Pablo dan Erina. Oh ya, sebelum itu, pelajari dulu lagi daftar yang akan aku kirim untukmu. Mungkin ada satu dua yang salah. Hindari membunuh para kreator, intelektual teknologi, gamer sejati, dan meraka yang terlebih jenius. Mereka masih masuk dalam jenis kita dan komentar mereka masih layak untuk dipikirkan. Selebihnya, semua orang di daftar itu tak penting. Aku baru saja mempelajarinya dan mendapatkan semua detail kehidupan mereka. Mereka semua hanyalah konsumen. Tak ada satu pun yang menarik dari kehidupan mereka. Sebagiannya pelajar sekolah dan mahasiswa. Sebagiannya sekedar budak pekerja di berbagai institusi dan perusahaan. Yang lainnya bahkan pengangguran! Heh, bahkan ada nama menteri yang masuk dalam daftar itu. Tak ada satu pun yang jenius dan menghasilkan sesuatu yang penting. Jadi membunuh seratus atau seribu di antara orang tak berguna itu tak akan membuat negara itu runtuh. Apa pentingnya seratus orang tak berguna, saat negara itu memiliki hampir tiga ratus juta manusia? Negara itu terlampau banyak diisi orang brengsek. Tak heran Hermann benar-benar ingin meratakan negara itu jika bisa. Oh ya, nasib aplikasi yang dibuat Carlia juga tak menggembirakan jika ada di negara itu. Masyarakat negara itu benar-benar tak beres. Banyak kawan-kawan kita masih sakit hati jika memperbincangkan komentar-komentar dari para konsumen Indonesia. Mereka kejam tapi idiot. Benar-benar tak layak mendapatkan empati balik dari kita. Kau dengar Akita? Aku baru saja melihat layar laptop dan handphoneku. Aku kira dengan bekerja keras dan menyelesaikan semua bug yang ada. Orang-orang itu akan diam dan menghargai perjuangan kita. Tapi apa? Percuma memberikan sesuatu yang bagus kepada konsumen bajingan seperti mereka. Bunuh mereka untukku. Lagian, apa pentingnya keberadaan mereka bagi kita?"
"Oke. Oke. Baiklah. Baiklah. Tak perlu kau jelaskan aku juga melihatnya. Tapi apa kau yakin?"
"Aku sangat yakin."
"Ini akan jadi topik hangat internasional dan menggegerkan negara itu. Kita akan dituntut dan ambruk. Ini sangat besar. Membunuh lebih dari seratus orang sekaligus. Tapi jika dilakukan dengan terkesan alami, kita bisa terhindari masalah. Kami bisa membuatnya seperti biasanya. Bagaimana?"
"Tak perlu basa-basi. Aku siap menghadapi apa pun. Begitu juga CL. Dan, oh ya, kali ini hadiahnya sangat besar. Kalian bisa hidup dengan berpuas diri sampai mati jika misi ini berhasil. Yang aku inginkan cuma satu. Mengajari para konsumen brengsek itu siapa sebenarnya mereka dan siapa diri kita. Para konsumen itu sudah saatnya tahu bagaimana kita juga bisa menjadi monster."
"Haha, kalimat yang bagus Akimoto. Sangat bagus. Hmm, apa aku bisa mengajak Yuki?"
"Akan aku pikirkan."
"Ayolah. Akan berapa lama kau mau mengurungnya di sini?"
"Akan aku pikirkan. Dan berhenti membahasnya!"
"Aku mengerti. Baiklah. Aku tak akan mengganggunya. Kapan aku terbang ke negara itu?"
"Seminggu lagi. Semuanya sedang disiapkan. Lakukan dengan cara yang paling mencolok. Ingat. Yang paling mencolok."
"Ya, ya. Tak perlu mengulanginya. Hah, kau tetap saja tak berubah!"
"Aku tak peduli."
"Heh.. oh, apa masih ada yang lainnya?"
"Tidak. Sudah cukup. Tunggu instruksi berikutnya."
"Oke."
Dua minggu kemudian...
Dunia internasional diguncangkan dengan kematian lebih dari seratus orang Indonesia yang terjadi hampir secara bersamaan. Kepolisian dan analisis menemukan bukti nyata bahwanya semuanya telah dibunuh secara profesional. Bukti itu agak aneh dan mencengangkan. Semua korban pembunuhan memiliki keterkaitan yang hampir sama, yaitu berkomentar buruk atas aplikasi sosial dan aplikasi game online.
Menurut fakta dan penelusuran yang lebih jauh. Pembunuhan berantai dan terencana itu kemungkinan diprakasai oleh Creators League. Salah satu organisasi bawah tanah yang berisikan para jenius di bidang teknologi dan komputer.
Organisasi itu sangat misterius dan tak satu pun orang yang bisa tahu di mana sebenarnya mereka berada. Lima tahun yang lalu, banyak sekali pengguna aplikasi sosial yang berkomentar buruk terhadap sebuah aplikasi android di Play Store. Tak lama kemudian berbagai kematian beruntun terjadi kepada satu persatu satu komentator yang ada di permainan itu. Kali ini kejadiannya hampir sama. Hampir semua korbannya adalah mereka yang berkomentar jelek terhadap aplikasi pemutar musik bernama Wax dan sebuah game berjudul Wars off.
Kepolisian Indonesia, BIN, dan interpol berbagai negara mengingatkan untuk berhati-hati berkomentar buruk terhadap semua jenis aplikasi yang kini tersedia di Play Store dan layanan aplikasi lainnya. Kemungkinan besar organisasi misterius bernama Creators League telah menguasai hampir semua aplikasi yang kini telah ada.
Organisasi itu tak segan-segan membunuh siapa saja yang bagi mereka tak layak untuk dianggap sebagai jenis dari mereka. Mereka memuja kejeniusan mereka sendiri dan hukum yang tak tertulis, bahwa siapa pun yang mencintai dunia seperti kami adalah teman kami. Dan kepolisian menemukan seleberan yang bertuliskan, "Kami membenci konsumen yang tak menciptakan apa-apa kecuali sekedar sebagai konsumen. Dan konsumen terburuk dari semua konsumen adalah masyarakat Indonesia. Jadi sangat layak jika kami membungkam mulut dan mengelurkan isi kepala orang-orang yang tak berguna itu."
Dua hari setelah berita besar merebak...
"Hasilnya sangat bagus. Aku terkejut kalian bisa melakukannya dengan mulus," ujar Akimoto sambil menikmati ramennya yang hampir mendingin.
"Oh ya, tapi, aplikasi itu sekarang dilarang beredar."
"Aku tak peduli. Kita bisa membuatnya lagi. Apa susahnya?"
"Yah, kau benar. Sekarang apa lagi?"
Akimoto tak menjawab segera. Dia tengah sibuk mengisi perutnya dengan ramen dan minuman bersoda.
"Hmm, terbanglah ke ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA YANG BENAR-BENAR ANEH
Short Storycerita begitu pendek. jangan dibaca. berbahaya. gagasannya liar.