2

1.8K 293 45
                                    

Jinyoung bingung, Mark menariknya ke kamar dan membuka lemari pakaian miliknya--membongkar--mengambil lalu di paskan tubuhnya.

"Mark hyung, kau sedang apa?"

"Mencari pakaian yang cocok untukmu. Haiz..kenapa semua bajumu garis-garis semua seperti baju narapidana saja." keluh Mark, ia jengah melihat seluruh koleksi baju Jinyoung yang menurutnya sama sekali gak ada fashion-fashionnya sama sekali.

"Tunggu disini, aku ambil bajuku saja."

Jinyoung hanya pasrah dengan kelakukan kakaknya. Mark menyuruhnya pulang cepat, menyuruhnya berdandan supaya terlihat menggagumkan, ternyata Mark ingin menyuruh Jinyoung untuk menggantikannya bertemu dengan salah satu klien. Mark tidak bisa menemui klien pentingnya itu karena memilki janji untuk fitting baju pengantin dan makan malam dengan keluarga Jackson. Mark memelas dan memohon dengan aegyo andalanya, karena ia tidak mungkin membatalkan pertemuannya dengan klient 'penting' menurut Mark.

Maka dari itu, disinilah Jinyoung berada, di restaurant hotel Green Garden, hotel bintang lima yang Jinyoung yakini sangat-sangat mahal. Bukan Jinyoung tidak punya uang, tapi Jinyoung termasuk orang yang sangat irit.

Jinyoung melihat tubunya sekali lagi, ia merasa sedikit tidak nyaman dengan baju Mark. Kemeja putih tipis, sangat tipis sampai tubuh mulusnya bisa terlihat jelas. Dan jangan lupakan celana jeans ketat yang sampai menunjukan gundukan di antara selangkangannya. Jinyoung tidak nyaman, rasanya ia ingin mencekik Mark, karena telah memaksanya berpakaian yang bukan stylenya.

Jinyoung menghembuskan nafas berat, lalu melangkah dengan berat hati. Ia tidak tahu kenapa bisa begitu mudah mengiyakan permintaan Mark.

"Bagaimana aku tahu yang mana klien Mark? bahkan dia saja tidak memberitahuku ciri-ciri orang itu selain dengan kata 'tampan', hoel..." keluh Jinyoung, ia menggedarkan pandanganya ke sekitar.

"Mark Tuan?"

Jinyoung menoleh kesamping ketika mendengar suara serak bariton menyebut nama Mark. Tubuh Jinyoung mematung, saat kedua dwimanik  mereka bertemu. Ia merasakan sebuah gejolak aneh di tubuhnya, ia merasa perutnya melilit.

Bagaimana bisa ada pria yang begitu tampan di dunia ini, tampan yang dewa Yunani. Rahangnya sangat tegas, matanya tajam seperti elang tapi juga indah seperti mata kucing. Kedua bintik hitam di kelopak matanya seperti tindik, juga seperti tahi lalt, entahlah. Jinyoung belum pernah melihat pria yang menarik bahkan sampai membuat tubuhnya melemas.

"Apa benar kau Mark tuan?" tanya pria itu lagi.

Lidah jinyoung terlalu keluh, ia hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. Pertama kalinya dalam hidup Jinyoung, ia merasa gugup di depan seseorang.

"Aku Im Jaebum." Dia mengulurkan tanganya, Jinyoung menjabat tangan itu ragu. Ya Tuhan, kaki Jinyoung lemas melihat senyum menawan yang terukir di bibir tipisnya. Jabatan tanganya begitu tegas, Jinyoung merasa tangan mereka begitu pas, seakan memang di ciptakan secara sepasang saja. Apa yang aku pikirkan, aissh...rutuk Jinyoung dalam hati.

"Aku sudah memesan tempat yang lebih pribadi, jadi kita bisa berbicara lebih nyaman." Jaebum melepas jabatan tangan mereka, dan berjalan lebih dulu di depan menuntun Jinyoung. Jinyoung melihat tanganya, ia merasa kosong setelah Jaebum melepaskan tanganya.

Jinyoung menggeleng kepalanya kuat, menepis semua pikiran itu. "Aku sudah gila, berpikir sejauh itu. Huft.." Jinyoung membuang nafas berat, ia melihat punggung lebar Jaebum yang berjalan di depannya. "Bahunya lebar, otot-ototnya sangat seksi, ia tampan, dan dia kaya, dia cocok sekali untuk kriteria calon pendonor untuk bayi masa depanku." gumam Jinyoung pelan, lalu mengikuti langkah Jaebum.

My Love Research (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang