21

1.9K 253 108
                                    


.

Beberapa hari ini Jinyoung manja sekali dan Jaebum tidak mengerti kenapa. Pemuda manis itu selalu merengek untuk di temanin, bahkan hampir 24 jam sampai Jaebum tidak bekerja dengan baik. Jika Jaebum menolak maka Jinyoung akan menangis.

"Luas tanah sangat cocok untuk pembangunan deartement store—"

Drrrtt drrrttt drrrtt

Jaebum mencoba mengabaikan getar ponselnya dan kembali melanjutkan rapat. "Aku sudah meninjau lokasinya dan berbicara dengan penduduk yang tinggal di sekitar sana—"

Drrrttt drrrttt drrrttt.

Ini sudah dering kesekian kalinya, Jaebun merogoh saku, mengambil handphone lalu mendesah panjang saat nama Jinyoung yang tertera disana.

"Youngjae, tolong gantikan aku dan lanjutkan meeting. Aku harus mengangkat telepon penting ini dulu. Maafkan aku semuanya." Jaebum membungkuk sebentar lalu keluar dari ruang rapat.

Belum sempat Jaebum menyapa, Jinyoung sudah menangis tersedu-sedu dan memarahinya.

"Bbom hikksss...aku menghubungimu sejak tadi tapi kau tidak mau mengangkatnya! Apa sekarang kau sudah tidak mau mengangkat teleponku!! Kau berjanji akan selalu ada untukku tapi kau sangat sulit di hubungi!! Hikksss...kau tidak tahu...hikkksss...aku...Bbom-ah...hikkksss."

Jaebum mengusap wajahnya kasar, ia mencoba untuk tidak emosi. Dan itu sulit, Jinyoung mengganggu meetingnya dan sekarang menuduhnya yang tidak-tidak. Jika saja pemuda manis itu tidak sedang menangis, mungkin Jaebum sudah meninggikan suara, memarahinya.

"Aku meeting, Jinyoung! Bukan tidak mau mengangkat telepon—"

"Hikksss...jadi aku mengganggumu? Kau mau bilang aku mengganggu...hikksss begitu?!"

"Ada apa kau menelepon, Jinyoung? Kenapa menangis?"

Ia sedang tidak ingin membahas hal-hal tidak penting. Sikap aneh Jinyoung sedikit mengganggunya belakang ini tapi ia masih bisa mentoleransi, walau tidak tahu penyebabnya.

"Bbom, a-aku...hikkksss....tadi kakiku terbentur meja dan rasanya sakit sekali...hikksss...ada lebamnya...hikkksss....sakit~"

"Demi Tuhan Jinyoung, kau seorang dokter, profesor atau apalah, kau bekerja dalam bidang kedokteran dan kau menangis karena terbentur dan kakimu membiru?! Kau hanya perlu membalut dengan salep atau obat dan kau bisa bertanya pada Yugyeom! Aku—"

Jinyoung terkejut dengan jawaban Jaebum. "Maaf mengganggumu Mr Im!! Aku tidak akan pernah hikksss meneleponmu lagi hiksss!!!"

"Jinyoun—"

Tutt tutt tutt——

Jaebum menjambak tambutnya frustasi, Jinyoung kenapa sebenarnya!!

"Apa aku harus menemuinya? Haiz! Tapi rapatnya??! Hhh... Park Jinyoung, ada apa denganmu??"

Jaebum kesal karena Jinyoung terus memotong ucapannya!
.
.
.

Jinyoung duduk di tangga menuju rooftop, ia memeluk lututnya dan menangis semakin tersedu.

"Apa yang aku harapkan dari Jaebum hikkk...Dia bukannya punya perasaan yang sama denganku...hikksss...Bodoh! Park Jinyoung bodoh....! Hikksss buat apa kau menghubunginya....Tidak— bukan diriku yang ingin tetapi baby...hikksss.... kenapa kau bersikap sangat manja dengan Daddy-mu...Dia bahkan tidak perduli..."

Jinyoung benci dirinya sekarang yang manja, cengeng dan egois. Ia tidak suka saat dirinya selalu menginginkan Jaebum di sampingnya dan memanjakannya. Belum lagi perasaan suka di hatinya yang semakin berkembang.

My Love Research (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang