Chapter 5: Denial

1.4K 145 79
                                    

WARNING!!!

IF YOU DON'T LIKE BOYS LOVE/SHOUNEN AI/YAOI, PLEASE JUST IGNORE IT.

OFFGUN/OFF JUMPOL ADULKITTIPORN-GUN ATTHAPHAN POONSAWAT

PERAYA/SINGTO PRACHAYA RUANGROJ-KRIST PERAWAT SANGPOTIRAT

ROMANCE, FANTASY, M, AU, OOC

ALL CAST BELONGS TO GOD AND THEMSELVES

~Nappeun Bamie~

Cerita ini terinspirasi dari manga dan anime Sex Pistol, jadi bila ada kesamaan konsep atau pun ide cerita harap maklum.. hehehe ^^)V Hope you enjoyed..

Chapter 5

.

Awan berkumpul membentuk gumpalan hitam memenuhi langit yang membentang. Kilatan kecil saling bersahutan. Angin berhembus kencang menambahkan hawa dingin pada ruang sekitarnya. Para pejalan kaki pun mulai mempercepat langkah kakinya, tak ingin tangisan sang langit kan mengguyur mereka nantinya. Termasuk ia yang berlari menuju sebuah bangunan dengan bertuliskan Faculty of Business Administration.

Off rapatkan mantel tebalnya menutupi seluruh tubuhnya, tak mempedulikan jika ia dianggap berlebihan mengenakan mantel tersebut. Yang ia pedulikan hanyalah bagaimana caranya untuk menghangatkan tubuhnya. Tak tahan dengan suhu udara yang semakin dingin, ia percepat langkahnya memasuki bangunan berlantai delapan tersebut. Bergegas mencari ruang teater.

Off masuki ruang teater di lantai tiga. Di sana sudah terdapat beberapa orang yang berkumpul mengisi kursi-kursi yang tersedia. Sebuah pertemuan yang dihadiri oleh beberapa jajaran senat dan hazer dari beberapa fakultas KU untuk membahas sebuah event besar yang diadakan untuk menutup masa kepengurusan periode mereka.

"P'Off, kemarilah." Off dengar suara Gun memanggilnya sambil menarik tangannya untuk terduduk. Membuat ia mengingat mimpinya beberapa hari yang lalu yang menurutnya begitu mengerikan.

"Jangan sentuh aku!" Sentak Off tak suka ketika Gun menyentuhnya. Gun yang diperlakukan demikian pun hanya mampu terdiam sambil terduduk kembali pada kursinya. Off menyesali akan tindakannya, merasa sedikit keterlaluan pada pria mungil tersebut. Namun tak ada yang ia perbuat, hanya terdiam sambil memperhatikan Gun yang terduduk di depannya.

Off perhatikan Gun dengan berbagai pemikiran di dalam otaknya. Gun yang berada di hadapannya terlihat sedikit pucat. Mengingatkannya pada mimpi buruknya malam itu. "Tubuh mungil dan tipe anti sosial tidak mungkin pernah 'menunggangiku' dan mendesah begitu nikmat. Itu adalah mimpi buruk yang sangat aneh dan mengganggu." Hatinya membatin kesal. Bahkan ia tak bisa membayangkan pria itu melakukan sex sama sekali.

Pandangannya tak pernah lepas dari pria mungil di depannya, hingga matanya tertuju pada leher gun. Mengingatkannya kembali akan kissmark yang pernah terlihat pada leher tersebut. "Bukankah ia memiliki kekasih. Dilihat dari tanda yang begitu gelap, sepertinya gadisnya begitu posesif. Pasti gadis itu sangat pendek, mengingat tingginya tak lebih dari pundakku." Off kembali membatin dengan sarkas. "Atau.."

"Aahh, Oab.. Biarkan aku menghangatkanmu." Sekilas adegan panas Gun dengan Oab terbesit dalam pikirannya.

"Oii! Ini menggelikan. Lupakan lupakan!" Off meruntuk pada dirinya sendiri, bisa-bisanya ia memikirkan hal itu di saat seperti ini. Sambil merapatkan kembali mantelnya ia mencoba kembali konsentrasi pada rapat yang sedang berlangsung. "Singto cepat datang dan gantikan aku."

~Nappeun Bamie~

Langit semakin gelap seiring berjalannya waktu. Hawa dingin pun semakin menusuk pada tulang yang terbungkus. Membuat setiap raga tak ingin berlama-lama berada di luar. Termasuk Krist yang kini semakin mempercepat langkahnya memasuki cafe yang menjadi tujuannya.

Sense and TensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang