Chapter 6: Dilemma

1.1K 131 38
                                    

WARNING!!!

IF YOU DON'T LIKE BOYS LOVE/SHOUNEN AI/YAOI, PLEASE JUST IGNORE IT.

OFFGUN/OFF JUMPOL ADULKITTIPORN-GUN ATTHAPHAN POONSAWAT

PERAYA/SINGTO PRACHAYA RUANGROJ-KRIST PERAWAT SANGPOTIRAT

ROMANCE, FANTASY, M, AU, OOC

ALL CAST BELONGS TO GOD AND THEMSELVES

~Nappeun Bamie~

Cerita ini terinspirasi dari manga dan anime Sex Pistol, jadi bila ada kesamaan konsep atau pun ide cerita harap maklum.. hehehe ^^)V Hope you enjoyed..
.
"Perasaan ini?" Off merasakan sensasi yang familiar saat Gun menyentuh tangannya.

Plaakk!

Off menepis tangan Gun yang menggenggam tangannya. Wajahnya memancarkan kemarahan dan rasa jijik kepada Gun.

"Jangan pernah kau menyentuhku dengan tangan menjijikanmu itu! Jangan pernah menggangguku lagi." Hardik Off kepada Gun dan langsung meninggalkan ruangan tersebut.

"P'.. P'Off.. Jangan membentakku."
.
Chapter 6
.
Gun terdiam mematung karena perlakuan Off kepadanya. Bukan hal yang baru baginya mendapat penolakan dari Off. Namun perlakuaannya tadi sungguh terasa sangat menyakitkan. Pandangan Off yang begitu merendahkan dirinya, begitu membuatnya merasa terpukul. Menyukai seorang straight, tentu ia mengetahui konsekuensinya. Namun penolakan kasar itu tetap begitu menyesakkan, dan ia harus menelan semua itu.

Krist dan Singto menatap iba pada Gun yang masih bersimpuh di lantai ruangan tersebut. Tak tau apa yang harus mereka lakukan untuk menyemangati pria mungil itu.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Singto kepada Gun yang masih termenung.

"Eh." Jawab Gun singkat.

"Krist? Bisakah kau tinggalkan kami berdua?" Pinta Singto kepada Krist.

"Eh, tak bisakah aku ikut serta?" Tanya Krist sedikit tidak terima ia tidak diikutsertakan dalam masalah ini.

"Ku mohon." Pinta Singto kembali.

"Huft.. baiklah. Tapi kau berhutang kisah padaku P'." Krist pun meninggalkan ruang tersebut.

"Kau yakin tak apa P'?" Tanya Singto kembali dengan nada lembut.

"Maafkan aku atas semua hal yang telah terjadi dan terima kasih untuk menemaniku selama ini." Jawab Gun sendu, matanya pun telah berkaca-kaca. Singto yang melihatnya pun langsung memeluknya.

BRAAKK!!!

Krist lempar jaket milik Singto ke dalam tong sampah dengan kuat. Membuang jaket milik Singto yang sebelumnya ia kenakan, tak mempedulikan dirinya yang kini hanya tinggal berbalutkan kaos tipis di cuaca yang dingin saat ini. Kemarahannya membuatnya mengabaikan segalanya.

"Sebenarnya apa yang mereka lakukan di belakangku, hah!" Krist berteriak, melampiaskan kekesalannya. Bukan karena ia yang diusir dari ruangan itu, melainkan karena ia harus melihat Singto memeluk Gun begitu erat. Ia tidak tahu apa yang dibicarakan Singto dan Gun di dalam sana. Namun, melihat pria yang mengatakan bahwa pria itu menyukaimu namun memeluk orang lain sangatlah menjengkelkan dan merasa dipermainkan.

Krist berjalan tanpa tujuan di dalam gedung kampus, ia tak dapat pulang karena di luar sana masih hujan. Maka ia pun berjalan tanpa arah sampai ia menemukan ruangan kosong untuk ia menunggu. Sebuah ruang kelas kosong yang sedang tidak dipakai. Ia memasuki ruang tersebut yang ternyata terdapat seseorang yang tak asing baginya.

"P'Na?" Tanya Krist untuk meyakinkan.

"Ahh Krist, syukurlah aku bertemu denganmu di sini." Ujar Na.

Sense and TensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang