"Gun yang muncul dalam mimpiku terlihat begitu lembut. Seperti tipe ideal yang sangat kusukai. Ia yang hanya melihat kepadaku. Dan dia yang hanya akan berlaku lembut kepadaku."
"Ini mungkin yang terakhir." Terdengar suara Gun mengiang di telinganya.
"Terakhir? Kenapa?"
"Ah dia sudah datang untuk menjemputmu." Gun kembali berujar. Dan dapat Off rasakan jika pria yang memangkunya kini beranjak meninggalkannya.
"Jangan.. Jangan pergi!"
"JANGAN PERGI!"
Srekk.
Off raih tangan Gun yang meninggalkannya, namun bukan dalam mimpinya. Melainkan dalam dunia nyata. Off mematung setelah tersadar dari mimpinya, tak tahu akan situasi yang sedang terjadi. Mempertanyakan dirinya yang kini sedang menggenggam tangan seseorang yang sedang dihindarinya.
"Mengapa aku bisa menyentuh seorang laki-laki?" Off membatin.
Klek.
Terdengar suara pintu terbuka, menampakkan Singto dari balik pintu ruangan yang ditempati oleh Off dan Gun. Membuat Off semakin bingung. Mengapa Singto pun berada di sana.
"Sejak kapan kau ada di sini?" Tanya Off kepada Singto.
"Hm.. Sejak kau terkapar dan harus menjemputmu." Jawab Singto sedikit ragu.
"Mengapa ada anak magang? Lalu ada dimana aku?" Tanya Off kembali, mempertanyakan akan kebingungannya.
"Ini ada di kamarku P'Off. Kau pun pernah kemari sekali setelah acara festival peringatan ulang tahun kampus, kau ingat?" Jawab Gun, mulai membuka suaranya.
"Sekali? Jika hanya sekali, mengapa begitu banyak memori akan tiap sudut tempat ini muncul dalam pikiranku?" Pikir Off, dengan kilas gambaran ruangan itu yang muncul secara acak ke dalam pikirannya.
Srek!
"A.. apa yang kau lakukan P'Off?" Tanya Gun saat tiba-tiba Off membaringkannya dan membuka kemejanya dengan paksa. "Hentikan P'Off!" Gun mencoba menahan tangan Off, namun tubuhnya yang lebih kecil tak sanggup melakukannya. Ia pun hanya dapat pasrah saat Off menatap tubuh polosnya dengan nanar.
"Apa aku yang melakukan ini?" Tanya Off tercekat saat melihat tubuh Gun penuh dengan kissmark yang terlihat masih baru. Ia memburu tak mempercayai. Ia pun melesakkan tangannya ke dalam celana Gun. Mencari pembuktian lagi, sejauh mana ia telah menyentuh pria mungil di bawahnya.
Off kembali mencelos saat melihat tangannya dipenuhi cairan yang keluar dari lubang anal Gun. Cairan yang tidak ingin ia percayai bahwa itu adalah miliknya. Namun situasinya hanya tertuju pada dirinya.
"Sepertinya aku tidak seharusnya berada di sini. Aku akan keluar." Celetuk Singto menyadari keadaan.
"Berhenti di situ! Katakan kepadaku. Ini bukan pertama kalinya kau ke sini untuk menjemputku bukan?" Tanya Off mengintimidasi. "Sudah berapa kali aku ke sini?"
"Hah, sepertinya kita sudah tak bisa menyembunyikannya lagi, P'Gun." Izin Singto kepada Gun. "Hmm.. aku tidak dapat menghitungnya. Yang pasti ini sudah terjadi sejak aku terpilih sebagai Moon kampus." Jawab Singto atas pertanyaan Off.
"Sudah selama itu, hah! Dan kalian tak mengatakan apapun kepadaku? APA MAUMU SEBENARNYA HAH?!" Amarah Off meluap. Membiarkan ia melakukan hal tak senonoh kepada seorang pria, membuat ia merasa dibodohi. "KATAKAN!"
"KARENA AKU MENYUKAIMU!" Jawab Gun lantang meski tubuhnya kini gemetar. "Aku tak mengizinkan Singto mengatakannya kepadamu, karena aku menyukaimu P'Off."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense and Tension
FanfictionTak beralasan dan tak ada kepastian. Sebuah kenyamanan akan keduanya yang saling membutuhkan. Tak ada yang dapat menolak, semua terikat pada rasa yang sudah ditakdirkan. OffGun/Peraya/slight: OabGun/Romance/Fantasy/M/OOC.