Saat itu aku tahu kamu gak baik-baik saja. Atau bahkan kita.
Malam itu mungkin sebelumnya kamu sudah menebak bahwa kita berdua harus berakhir. Tapi aku tidak.
Aku pikir kamu akan bercerita seperti malam-malam sebelumnya. Tentang hal-hal gak penting yang sering kita tertawakan.
Tapi kamu berkata kaku. Bahwa harus ada yang mengakhirinya.
Mengapa kamu tanyakan itu padaku? Tidakkah kamu tahu mengenai perasaanku yang sebenarnya terhadapmu.
Kamu lalu membiarkanku berucap. Tentang bagaimana aku harus menyikapi kepalsuanmu saat bersamaku. Tentang bagaimana perasaanku saat 'seperti sebelum-sebelumnya' kamu lebih memilih dia.
Malam itu dan malam-malam sebelumnya percayalah aku gak cukup punya keberanian untuk mengatakan " Aku sayang kamu"
Kamu sempat terpaku setelah mendengarku berucap. Tapi kamu tetap mengatakannya. Bahwa ada dia yang sekarang membuatmu lebih baik.
Lalu aku bilang "Ya" atas pertanyaanmu. Kamu terdiam cukup lama. Hingga akhirnya kamu berucap "Aku pergi".
Ra ..
Seandainya aku memintamu tetap tinggal. Maukah kamu tetap berada disini dan melepas dia?
Nyatanya tidak ..
Aku tidak memiliki keberanian itu. Dan kamu memang pergi.
Bahkan kamu sudah pergi lama. Hanya saja aku terlalu naif untuk menyadarinya.
Kamu pergi ..
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA DAN PERGI (SUDAH DITERBITKAN)
General FictionSINOPSIS "Kita harus sering-sering seperti ini" kataku sambil menopangkan dagu. "Seperti apa?" tanyamu penuh jenaka. "Pergi ke tempat yang jauh bersama-sama tanpa direncanakan, naik kereta, lalu menyewa kendaraan di pusat kota, menikmati makanan tra...