Aku pernah menonton film IT di bioskop beberapa waktu lalu. Dan sungguh, aku tidak akan pernah menontonnya lagi kalau ada triloginya, meski jalan cerita masih mengawang-awang. Maksudku, aku memang sudah phobia badut dari kecil, hanya karena Jira yang memintaku untuk menemaninya nonton aku jadi nekat untuk menontonnya. Didetik pertama aku melihat badut itu memakan lengan anak kecil aku langsung syok. Rasanya seluruh sushi yang ada diperutku saat itu mendadak minta dikeluarkan. Aku langsung menjerit sepanjang film itu. Aku tak heran jika pengunjung yang lain ingin menimpuki ku dengan popcorn mereka, itupun kalau mereka tidak sayang untuk membuangnya, sebab aku benar-benar menjerit bahkan dalam hal sepele sekalipun.
Tapi cukup tentang hal itu. Sekarang yang harus kuhadapi adalah It lainnya. Itu yang kubicarakan beberapa waktu lalu dengan Jira, tidak lain tidak bukan adalah tutor privat. Oke, mungkin itu tidak terdengar seperti sebuah ancaman. Tapi biar kubacakan syarat untuk daftar ke sana menurut dengan brosur yang kuambil diam-diam dari mading sekolah.
1. Pendaftar tidak diperbolehkan untuk membocorkan sedikitpun identitas para pengajar.
Mungkin dari sini kalian sudah berpikir itu aneh. Tapi untukku, ya, masih bisa diterima lah. Mungkin para pengajar yang dimaksud tidak mau identitasnya terungkap karena bakal ada anak-anak yang minta untuk diajarkan secara gratis kalau identitas mereka terungkap. Karena yang kutahu, mereka dibayar, pastinya oleh kami, karena sekolah jelas tidak tahu menahu tentang organisasi ini.
2. Pendaftar tidak diperkenankan berbicara dengan pengajarnya lewat dari bahasan pelajaran.
3. Tidak diperkenankan untuk keluar dari tutor privat ini jika si pendaftar belum menguasai materi yang diajarkan.
Syarat ketiga sudah mulai tidak masuk akal. Apa-apaan! Ini sih namanya pemerasan. Bagaimana kalau sampai aku lulus pun, aku masih belum menguasai materinya. Orang tuaku mungkin sudah bangkrut hanya untuk membayar tutor privat ini. Mana bayarannya lumayan mahal lagi. 5 juta/bulan. Gila aja!
Tunggu sampai kalian melihat syarat ke empat.
4. Tidak diperbolehkan adanya hubungan antara pendaftar dan pengajar. Baik itu berteman atau hubungan yang lebih tinggi.
Aku segera dibuat bingung karenanya. Apa para pengajar disana menganggap mereka semua menarik? Sampai-sampai harus ada peraturan seperti ini. Meski aku yakin seratus persen tidak akan melanggarnya, tapi tetap saja itu konyol.
Peraturan yang kelima sekaligus yang terakhir.
5. Pengajar adalah raja. Pendaftar harus menuruti segala bentuk pengajaran yang diberikan oleh si pengajar.
Ini nih yang membuatku takut. Pengajaran apa yang dimaksud? Gimana kalau ternyata organisasi itu cuma kedok sekumpulan orang-orang psikopat yang menyebut dirinya sebagai pengajar. Aku mau hidup lebih lama tentunya. Belum lagi aku tidak mendapatkan testimoni apapun soal organisasi ini. Aku tahu sih ada beberapa kakak kelas ku dulu yang berhasil lulus karena mendaftar ke organisasi ini, tapi tetap saja saat kutanya mereka malah menghiraukannya, aku yakin mereka menyembunyikan sesuatu soal ini. Bukannya itu lebih seram lagi? Aku yakin mereka diancam untuk tutup mulut.
Ah sial! Kalau bukannya desakan orang tuaku untuk lulus dengan cara normal, mungkin aku tidak perlu repot-repot menimbang apakah aku harus mendaftar ke organisasi ini atau tidak. Duh, kenapa mereka tiba-tiba berubah pikiran sih. Kemana slogan kegagalan adalah awal dari keberhasilan yang biasa mereka kumandangkan. Jangan bilang orang tuaku bangkrut atau apa. Kalau begitu mah aku juga gak bakal bisa daftar ke organisasi ini.
Aku segera membuka kunci ponselku yang sejak tadi kugenggam. Aku langsung mendial panggilan cepat nomer 1, ayahku.
Tidak perlu menunggu lama, hingga suara nyaring ayahku terdengar diujung sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brain Storm
Teen FictionKalau boleh tukar hidup siapa yang paling kuingin kan, sudah pasti aku akan menjawab hidupnya Emma Watson. Maksudku dia kan cantik, cerdas, jago acting, kaya, apa lagi sih yang kurang dari dia. Orang yang sempurna kayak dia apa punya masalah ya? Sep...