3 - Hari yang 'normal'

33 5 1
                                    

Dulu, waktu kecil aku suka bertanya apakah aku ini aneh. Maksudku, bukannya aku terlahir dengar 4 jari atau sebagainya, tapi disekeliling hidupku hal-hal aneh selalu muncul.

Seperti contohnya, saat aku ingin pesta ulang tahun ke-9 yang normal, tapi sebagaimana ayahku, dia malah menggelar pesta super meriah yang digelar di hotel dengan bintang tamu Koes Plus. Coba bayangkan jadi aku saat itu. Malu yang kurasakan mungkin akan membuatku rela dimasukkan kembali ke rahim bunda. Dan pada akhirnya setelah aku menggelar pesta itu (yang ngomong-ngomong hanya dihadiri kurang lebih 80 tamu, 3/4 nya juga adalah teman-teman orangtua ku) tidak ada lagi yang mau berteman denganku, kalau aku jadi mereka mungkin aku juga akan seperti itu, jadi aku tidak menyalahkan mereka.

Lain lagi saat aku di bangku SMP. Saat itu ada percobaan biologi untuk menumbuhkan taoge. Aku berkata pada orang tuaku bahwa aku membutuhkan biji kacang hijau untuk percobaanku. Salahku sih sebenarnya tidak berkata berapa banyak yang kubutuhkan, tapi kan tetap saja, masa mereka gak pernah melakukan percobaan kacang hijau ini?! Jadi pada hari itu, suruhan ayahku datang sambil membawa sekarung penuh kacang hijau. Aku kan bukannya mau bagi-bagi sembako!

Pokoknya yang mau kukatakan disini bukanlah orang tuaku yang menjadi penyebab segala keanehan disekitar ku. Tapi yang aku ingin katakan adalah, betapa seringnya hal-hal aneh yang tanpa kuinginkan terjadi dalam hidupku. Mungkin tanpa sadar aku ini magnet untuk hal-hal aneh. Untung saja, Jira tidak aneh. Mungkin kadang dia bertindak gila, tapi wajarlah bagi seorang teman akrab untuk bertingkah gila saat main bareng.

Disekolahku yang sekarang, hal-hal aneh tidak henti-hentinya datang. Seperti saat ini contohnya. Sekolah geger dengan vandalisme yang terjadi di ruang kepala sekolah. Coretan-coretan penuh kebencian serta gambar grafiti yang dibuat dengan pilox memenuhi ruangan kepsek, bahkan sampai ke meja-mejanya juga. Segala kertas-kertas dan dokumen yang seharusnya berada dimeja sudah berantakan dilantai. Belum lagi dengan benda lengket berwarna hijau yang ada dilantai membuat ruangan kepsek bagai pusat tempat sampah kota Jakarta. Ew! apa itu? slime

"Gila! Siapapun yang ngebuat kayak gini sih hebat banget." kata seorang cowo yang tak henti-hentinya memotret semua itu dengan ponselnya.

"Beneran cari mati sih tuh orang." aku ikut menganggukan kepala saat pernyataan itu dikeluarkan oleh cewe berambut sebahu.

Anak-anak murid memang sejak tadi sudah berkumpul untuk menyaksikan secara langsung apa yang terjadi diruang kepsek. Aku sendiri baru datang dan langsung terpukau dengan pemandangan yang ada dihadapanku, ini sangat sepadan dengan perjuanganku masuk ke kerumunan orang-orang yang badannya lebih besar dariku.

Hal ini pertama kali disadari oleh CS yang bertugas untuk membereskan ruangan kepsek pagi-pagi. Kebetulan saat itu ada salah satu murid yang tidak sengaja lewat saat pintu kepsek terbuka dan menampakan ruangan penuh warna. Murid tersebut langsung masuk kekelasnya dan memberitahu berita heboh ini, pertama-tama satu kelas, kemudian kelas yang lain mulai berdatangan, seperti butir gula yang jatuh ketengah-tengah semut, kami semua langsung mengerubungi kantor itu.

CS yang pertama kali membuka pintu itu sudah tidak ada disana, mungkin segera memberi tahu ruang guru tentang apa yang dilihatnya. Karena setelah beberapa menit kami langsung dikendalikan oleh guru BP yang galak.

"Hei kalian! Ini bukan tontonan! Kembali kekelas!" suaranya yang tegas masih kalah oleh suara anak-anak yang berkerumunan sambil sesekali mengabadikan kejadian itu dengan ponselnya.

Guru BP bernama Pak Irno itu langsung memukul-mukul dinding disebelah kantor kepsek dengan penggaris panjangnya, lantas semua murid yang ada disana langsung terdiam karena suara hentakan yang terlalu menyakiti telinga.

Brain StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang