LIMA BELAS - Between Broke and Laugh

327 48 8
                                    

Malam dengan cepat datang hari ini, membuat para relawan melangkahkan kaki mereka menuju ke café yang ada di depan rumah sakit. Sehun dan Minji juga ikut ikutan melangkahkan kaki mereka ke café itu.

Sejak tadi siang Minji masih saja sering melamun, memberikan tatapan kosong pada orang orang yang mengajaknya bicara termasuk Sehun. Sehun ingin sekali bertanya sebenarnya ada apa sampai Minji seperti ini, tapi Sehun keburu berasumsi itu akan membuat Minji semakin terpuruk.

Setibanya di café, Sehun segera memesan makanan berkuah hangat yang cukup untuk menghangatkan tubuhnya. Hal yang sama juga dilakukan Minji ditambah dengan secangkir wedang jahe.

Makanan datang cukup cepat dengan keadaan ramai seperti ini. Sehun langsung mengaduk makanannya dan menyantapnya segera, lain halnya dengan Minji yang malah mengaduk aduk makanannya hingga berantakan. Sehun tiba tiba mengulurkan tangannya ke dahi Minji, karena kaget Minji menatap Sehun bingung.

Saat meraba raba dahi Minji, Sehun bergumam.
"Dahinya tidak panas." ucapnya kemudian memegang pipi Minji, "Ini juga dingin, normal." Lanjut Sehun dan kemudian menatap Minji intens.

Minji yang merasa tidak nyaman segera memalingkan pandangannya ke samping. Minji melihat ke arah pasangan yang saling suap suapan.

"Kau bahkan tidak berbicara padaku seharian ini. Apakah aku membuat suatu kesalahan?" Sehun mengatakan kalimat itu dengan tatapan bingung. Ia sudah benar benar kehabisan tebak tebakan soal perasaan Minji hari ini.

Minji kini meluruskan pandangannya ke arah Sehun. Entah kenapa ia merasakan dadanya kini terasa sakit, Minji jadi tidak sanggup mengatakan apa yang dikatakan Baekhyun padanya.

Sehun masih menatapnya, menunggu jawaban dari Minji. Akhirnya Minji menarik napas, menenangkan dirinya. "Baekhyun mengatakan sesuatu kepadaku."

Sehun mengangkat kedua alisnya, "Baekhyun? Mengatakan apa?" tanya Sehun kini semakin penasaran. Minji merasakan air mata mulai menggenang lagi di pelupuk matanya, matanya mulai memanas.

Minji menarik napas lagi, "Kau dijodohkan bukan?" Tanyanya. Sehun mengangguk mantap, ia menyadari kalau Minji menahan tangis saat akan mengatakan hal ini.

"Kau tidak tahu dengan siapa kau dijodohkan bukan?" Minji bertanya lagi, dan lagi, Sehun menjawabnya dengan anggukan. "Aku tahu siapa wanita itu,"

Sehun kini melotot membuka matanya lebar lebar dan alisnya ikut naik ke atas. "Benarkah?" Sehun kini mulai penasaran tentang itu.

Minji mengangguk kemudian menunduk. Ia tidak mau Sehun melihat air matanya turun, dan dengan suara yang serak Minji mengatakan orang yang dijodohkan dengan Sehun.

"Ah Jaera."

Kini tatapan Sehun berubah jadi tidak yakin dengan apa yang barusan ia dengar. Minji meneteskan air matanya dengan deras, Sehun menyadari hal itu tapi ia masih berusaha mencerna lebih baik yang ia dengar.

"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?" Minji bersuara di tengah tangisnya.

Minji sebenarnya bingung kenapa ia harus menangis saat mengatakan hal ini, ia tidak menyukai Sehun tapi hatinya sakit. Sama sakitnya ketika mendengar bahwa Daniel kecelakaan. Tetapi untuk yang ini, ia merasakan matanya terasa lebih panas dan juga mulutnya lebih kelu.

Sehun membisu di tempat duduknya, membiarkan pertanyaan Minji itu hilang ditelan keributan di sekitar mereka.

Di tengah isakannya Minji berusuara lagi, "Kenapa?"

Sehun menggeleng, ia tidak tahu apa apa. Sehun juga bingung kenapa Minji menangis? Bukankah Minji tidak menyukainya? Ataukah Minji tidak rela kalau Jaera harus dijodohkan dengannya?

Minji kini ikut membisu, membiarkan suasana lengang melingkupi meja mereka. Ia tidak kuat menahan dan akhirnya melepaskan isakannya. Hatinya terlalu lama menahan sakit dan sesak.

Sehun terbenam dalam ayalnya. Entah apa yang membuatnya tidak fokus pada pertanyaan Minji diseberangnya. Jadi wanita yang selama ini disembunyikan ayahnya adalah Ah Jaera, karyawannya sendiri di rumah sakit? Astaga, Tuhan, apa yang sebenarnya dirahasiakan lebih banyak darinya?

Ia mendengar suara geretan kursi dan isakan Minji. "Aku akan kembali ke rumah sakit." Ucap Minji terbata bata. Sehun tidak bereaksi dan masih tenggelam dalam pikirannya.

Sedangkan Minji sudah berlari di tengah derasnya air mata dan juga dinginnya Kota Myeongdong malam itu.

***

Di Rumah Sakit Hope di Seoul yang hanya berjarak kurang lebih setengah jam dari Myeongdong, Daniel tengah asik berjalan ke taman membawa tiang infusnya. Perasaannya tidak enak. Entah kenapa tiba tiba dadanya terasa sesak seperti orang menangis, dan juga ia memikirkan Minji.

Sedang apa kakaknya sekarang? Apakah sudah tidur, atau justru sedang sibuk sibuknya?

Ingin sekali rasanya Daniel menyusul kakaknya itu. Tapi apalah daya, tiang infusnya masih terus menempel seperti lem di punggung tangan kirinya. Ini menyebalkan.

Saat ia tengah memerhatikan jarum infusnya itu, seseorang duduk disampingnya dan memberikan sandiwich ayam kesukaannya.
"Makanlah, aku tahu kau bosan dengan makanan disini."

Daniel menyeringai senang, "Gomawo, hyung." ucapnya dan langsung menyambar segulung sandwich yang ada di tangan Kai. "Kapan kau berencana keluar dari sini?" Kai bertanya sambil mengecek tiang infus beserta infusnya.

Mulut Daniel yang penuh kini sibuk menjawab, "Besok. Aku lelah disini. Tidak ada suster cantik atau salah satu pacarku yang menjenguk."

Kemudian suara pria dewasa terbahak terdengar di sekitaran taman. Tawa Kai yang terdengar seperti orang cegukan itu ikut membuat Daniel tertawa.
"Kau ini, putuskan pacar pacarmu itu," Kai menjitak pelan kepala Daniel. "kasihan kakakmu yang selalu duduk di bangku mobil bekas perempuan perempuan begajulan."

Daniel mengelus kepalanya yang tidak sakit dan menyengir tidak berdosa, "Ayolah hyung, mereka itu mudah sekali kuperdaya. Cukup tampilkan aegyo, pasti mereka akan menjerit dan memberikan apa yang ku mau."

Kini jitakan berbunyi 'tak' tidak bisa dihindari lagi oleh Kai. Daniel meringis setengah tertawa, Kai menggelengkan kepalanya. Adik Minji memang sama saja sepertinya dulu. Kalau diingat lagi, Kai juga waktu SMA melakukan hal yang sama seperti Daniel. Selalu membawa gadis berbeda setiap berangkat dan pulang sekolah. Juga Minji selalu melakukan jitakan berbunyi 'tak' padanya. Mengomel dengan mulut comelnya kemudian merajuk menyuruhnya untuk memutuskan pacar mainannya.

Kini Kai jadi ikut merindukan Minji.

"Hyung! Kau melamun kenapa? Mau salah satu pacarku?"

Dan kini Daniel mendapatkan jitakan beserta koset-an dari Kai sampai selang infusnya terputus.

***

-----------
Yuhuuuuu:)
Konflik otw masuk yaa:)
Staytunee💖📦

Kurir x/ Baekhyun EXO [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang