Ruangan 4 x 4 di salah satu paviliun belakang rumah sakit itu biasanya sepi dan senyap. Tidak ada suara lain selain televisi dan juga teriakan menolak dari wanita paruh baya yang cerewet karena tidak mau meminum obat penenangnya. Tapi malam ini, benar benar sepi. Wanita paruh baya itu sudah tertidur di atas kasurnya karena efek obat tidur. Suster pengurus sudah kembali ke rumah sakit.
Dan dikamar wanita paruh baya itu ada orang lain. Laki laki dewasa duduk disamping ranjang wanita itu, mengenggam erat tangannya dan menunduk, menempelkan tangan itu di dahinya.
Terisak.
Laki laki itu terisak di tengah senyapnya malam didalam kamar. Mengingat hanya wanita ini tempatnya mengadu walaupun ia tidak pernah merasakan kasih sayang wanita ini lagi. Wanita yang dulu merawatnya, yang memberinya kasih sayang sama halnya seperti ibu kebanyakan. Tapi semuanya berakhir dengan cepat. Ayahnya meninggal dan ibunya menyalahkannya karena ia tidak mengantarkan bekal dan obat rutin ayahnya siang itu.
Ayahnya meninggal karena serangan jantung saat mengangkat semen di suatu proyek tempatnya bekerja. Hal itu yang sangat di sesalinya. Baekhyun merasa telah membunuh ayahnya secara tidak langsung. Baekhyun yang membuat ibunya merasa sangat kehilangan, hingga akhirnya stress dan Baekhyun membawa ibunya kemari.
Baekhyun benar benar masih kecil pada saat itu. Umurnya baru 10 tahun. Tidak mungkin baginya untuk merawat ibunya seorang diri.
"Eomma," rintihnya lemah. Baekhyun masih menggenggam tangan ibunya. "aku sakit lagi." adunya terisak. Baekhyun benar benar merasakan nyeri di dadanya.
"Gadis itu, mencintai pria lain. Pria yang menjadi targetku, Bu." Jelasnya dalam sunyi. Tidak ada yang meladeni ucapannya selain bunyi pemanas ruangan dan juga orang orang di sekitaran paviliun.
Baekhyun kini menempelkan tangan ibunya ke dahinya, berharap itu bisa memberikan kekuatan lebih untuknya. Semakin Baekhyun mengenggam tangan itu, air matanya semakin deras mengalir, membasahi sisi sprei ranjang ibunya.
Di tengah derasnya aliran air matanya, Baekhyun bertanya, "Aku harus bagaimana, Bu?"
Tidak ada jawaban.
Pertanyaan Baekhyun lenyap ditelan sunyi. Hilang ditelan udara.
Baekhyun kini bangkit dari duduknya. Ia merasa sudah cukup untuk hari ini. Baekhyun melangkahkan kakinya menuju keluar kamar.
Saat satu langkah hendak keluar, langkah Baekhyun terhenti. Seseorang memanggilnya.
"Baekhyun."
Baekhyun segera membalikkan badannya, berharap ibunya bangun dari tidur dan memberinya pelukan hangat agar hatinya yang sakit ini cukup terobati. Tapi yang ia lihat hanyalah, wanita paruh baya itu tetap tertidur lelap dengan wajah damai dan menghadap ke arahnya.
Baekhyun tersenyum kecil dan memutuskan untuk menginap di paviliun itu malam ini.
***
Di lingkungan kamar asrama relawan putri, Sehun kini hendak mengetuk pintu kamar Minji. Sehun ingin berpamitan karena ia akan dipindahkan ke Jeju besok sore. Tapi pria itu ragu. Sehun takut menganggu Minji dan malah membuat gadis itu semakin merasa sakit.
Sejak kejadian di restoran itu, Sehun tidak pernah lagi melihat Minji berjalan di sekitaran rumah sakit. Di asrama relawan putri juga tidak ada, dan sekarang kamarnya tampak kosong. Sunyi.
Akhirnya Sehun memberanikan diri mengetuk pintu itu.
Tok tok tok
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir x/ Baekhyun EXO [REVISI]
Fiksi PenggemarHighest rank : #4 in kokobop[SELESAI] Dia memang kurir, tapi dia bekerja lebih jauh dari pekerjaan aslinya. Bahkan sangat jauh. Entah mengapa aku perlahan membuka jalur pertemanan untuknya, padahal aku tahu kalau dia itu kurir yang berbahaya. Aku b...