Baekhyun masih tetap meletakkan kepalanya di pundak Minji. Satu menit terlewat tanpa terasa. Juga, jantung Minji berdebar selama semenit itu. Yang ada dikepalanya hanyalah kenapa tiba tiba pria ini seperti menahan isakan dan dia bisa merasakan kalau pundaknya menghangat karena dahi Baekhyun yang memanas.
Di kejauhan, Sehun juga terpaku dengan dokumen map yang harus ditanda tangani Minji untuk kepentingan relawan. Hatinya sedikit terasa diremas, matanya panas dan juga rahangnya mengeras.
Sehun sangat ingin melangkah memisahkan Baekhyun dari pundak Minji, tapi kakinya terasa kaku seakan ubin Rumah Sakit mempunyai lem perekat super sangat lengket.
Minji yang mengalihkan pandangannya kesekitar langsung kaget karena mendapati Sehun yang menatapnya dengan ekspresi seperti itu.
'Astaga, bagaimana ini? Aku tidak tega dengan Baekhyun, tapi Sehun melihat ke arahku. Aku harus bagaimanaa?'
Begitu kira kira yang dibatin Minji dengan ekspresi super cemasnya.
Baru saja saat Minji hendak menepuk pundak Baekhyun, Pria itu sudah lebih dulu mengangkat kepalanya dengan posisi menunduk.
"Gomawo." ucap Baekhyun masih dengan kepala yang tertunduk. Hidungnya terlihat memerah dengan suara parau. 'Ada apa? Dia ada masalah?' tanya MinJi didalam hatinya.
"Kau baik baik saja Baekhyun?" Minji berusaha melihat ke arah wajah Baekhyun yang tertunduk, namun Pria itu dengan cepat membuang wajahnya ke arah lain agar Minji tidak melihat wajahnya.
Baekhyun mengangguk lesu, "Hm, aku baik baik saja." jawabnya singkat. Minji mengangguk paham, kemudian berpamitan untuk menuju ke tempat Sehun terpaku. "Aku harus ke tempat Sehun, ada perlu."
Baekhyun kembali mengangguk, mengiyakan Minji. Kemudian Minji segera pergi dari meja resepsionis meninggalkan Baekhyun disana.
Jaera yang sedari tadi menonton kini menegur Baekhyun, sok sok dekat seperti yang biasa ia lakukan pada orang yang baru ia kenali.
"Hei Tuan," panggil Jaera dengan melambai lambaikan tangan di depan wajah Baekhyun yang tertunduk. Baekhyun menengok dengan cepat, sekilas matanya terlihat oleh Jaera, itu bengkak dan bengap. "kau.. ada hubungan apa dengan Minji?" tanya Jaera dengan alis dinaikkan sebelah tanpa dosa.
Baekhyun memasang wajah datar, "Hanya rekan kerja." jawab Baekhyun singkat. Alis Jaera bertaut nyaris menyatu, "Aigoo, benarkah? Aku baru melihat ada rekan kerja sampai sebegitunya." celetuk Jaera sambil meletakkan jari telunjuknya didagu.
Baekhyun kini menatap Jaera dengan sedikit tersenyum, "Kau teman dekatnya bukan?" tanya Baekhyun dengan aksen sok ramah. Jaera mengangguk cepat, "Benar, kenapa?" jawabnya sambil menopang dagu di meja.
Baekhyun terkekeh, "Aku tahu sesuatu tentangmu. Aku bisa membacanya." ucap Baekhyun sambil menyandarkan sikunya ke meja. Jaera menaikkan alisnya lagi, "Tahu apa? Kita bahkan baru saja bertatap muka, Tuan."
Baekhyun menggeleng gelengkan kepalanya dengan senyuman smirk, "Kau suka Sehun kan? Kau cemburu Sehun terus terusan mendekati Minji seperti itu."
Setelahnya wajah Jaera mendadak memerah padam. Astaga, ini rahasa besar seorang Ah Jaera. Bagaimana bisa orang ini tahu? Bertemu pun tidak pernah, apalagi bercakap tapi ia tahu rahasianya.
Dengan cepat Jaera mengeles kalimat Baekhyun, "Kau salah orang Tuan, mana mungkin aku menyukai Sehun?" Jaera sedikit tersenyum dan menggeleng gelengkan kepalanya seolah olah Baekhyun salah.
Tapi Baekhyun mendekatkan mulutnya ke telinga Jaera, membisikkan suatu kalimat yang membuat Jaera melotot kaget.
"Aku tahu segalanya, bahkan siapa kau untuk Sehun kedepannya dan apa posisi Sehun dihatimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir x/ Baekhyun EXO [REVISI]
FanfictionHighest rank : #4 in kokobop[SELESAI] Dia memang kurir, tapi dia bekerja lebih jauh dari pekerjaan aslinya. Bahkan sangat jauh. Entah mengapa aku perlahan membuka jalur pertemanan untuknya, padahal aku tahu kalau dia itu kurir yang berbahaya. Aku b...