Prolog

46 4 0
                                    

23.45

  Genting, satu kata yang mendominasi saat ini. Bagaimana tidak, saat ini terjadi kecelakaan dan korban nya di bawa kerumah sakit tempat ku bekerja. Yap kenalkan namaku Callia Rubianti ya biasa di panggil lia atau apapun lah terserah, dan kau tau sekarang ku sedang apa? OPERASI
    Ahh sebenarnya ini tidak begitu mengerikan hanya saja masalah nya mengoperasi orang tengah malam? Ahh melelahkan sekali apalagi yang ku operasi seorang anak ramaja laki laki yang katanya kecelakan akibat balap liar. hah menyebalkan sekali bocah bandel ini seharusnya aku pulang dan tidur saat ini tapi karena ulah nya aku harus kembali ke ruangan ini.
    "Oke semua steril, pisau."aku pun mulai fokus melakukan pekerjaan ku dan setelah dua jam berlalu akhirnya operasi ini selesai.
  "Heran, kenapa gue selalu kagum ya kalo lo selesai operasi?"
"Lebay lo, udah ah gue cabut ya."
"Hem" Dia devina dokter anak, sahabat ku. Dia baiiik dan cantik. asli dia cantik tapi aku heran kenapa dia jomblo ya? Ahh ketinggalan dia juga sedikit geser otak nya mungkin itu yang menjadi alasan kenapa dia jomblo, ahh dev sayangg
"Eh dokter lia, sebentar" tiba-tiba seorang suster muda berlari ke arah ku, ah suster mega mentang mentang masih muda tengah malam gini masih ada aja tenaga buat lari, heran gue.
"Ya?"
"Pasien tadi, di handle sama dokter kan?"
"Hah?, yang mana?"
"Yang ganteng itu yang kecelakan mobil"
"Oh. iya?, kenapa?"
"Ada keluarga nya mau bicara sama dokter sekarang, bisa gak?"
"Sekarang banget nih?" Tanya ku ah yang bener aja aku bahkan sudah mau ke parkiran.
"Iya dok,gimana?"
"Ya sudah, ayo dimana mereka?"walau lelah ya mau gimana.
    Suster mega menutunku ke tempat keluarga pasien itu berada, setelah sampai. Aku pun duduk dengan tenaga dan wibawa seadanya.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Tanya ku pada seorang wanita paruh baya sepertinya dia ibu nya
"Ahh dokter, saya mamanya rangga, keadaan rangga gimana sekarang?" Dengan suara khawatir mamanya rangga ini bertanya histeris, ah benarkan dia ibunya.
"Dia baik sekarang bu, tadi saya sempat mengoperasinya, paru paru nya tertekan dan kepala nya terbentur, kaki dan tangan  kanan nya patah tapi tidak usah khawatir semua akan baik bu" jelas ku sambil ku genggam tanggan nya karena dia menangis, ahh jadi ingat bunda dirumah ibu ini pasti sangat rempong hihi sama kayak bunda.
   Tak lama terdengar suara ketukan pintu suster mega segera membuka pintu itu dan datang lah seorang pria tinggi dia tampan, entah kenapa itu yang pertama ku tanggkap ahh memang otak rese kalo tengah malam.
   "Ma, kenapa nangis?" Tanya nya panik "kenapa mama saya nagis gini" dengan tatapan tajam dia marah padaku. Hey kurang ajar sekali dia, kesal.
"Mohon maaf bapa bisa duduk dulu" bujuk suster mega dengan tatapan memujanya ahh suster muda itu. Dia pun duduk merapikan jasnya dan memandangiku dengan tatapan tidak suka. Dasar
"Hey, kenapa kamu galak sama dokter lia?, dia yang nolong rangga, tadi mama tanya soal rangga,mama mau ketemu rangga ren." ibu ini merenggek?, dan pandangan si pria itu langsung melembut, waw.
"Oh jadi anda dokter yang rawat adik saya, maaf kalo gitu. Saya kira siapa, saya rendi kakak nya rangga." Jelasnya sambil mengulurkan tangannya hah menyebalkan sekali dia
"Ya tidak apa-apa, lia" jawab ku singkat namun tetap ramah "kalau begitu saya pamit dulu, permisi" aku langsung saja keluar dari ruangan dan suster mega menghampiriku "dok, mau pulang?"
"Ya?, kenapa?"
"Ini berkas periksa rangga, saya taruh di ruangan dokter aja kali ya?"
"Ya taruh saja besok saya baca, saya duluan ya"
"iya dok hati-hati"
Setelah berpamitan aku segera ke parkiran, aku berjanji setelah sampai rumah aku akan langsung tidur, huft kasur im coming...

  

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang