Part 2

24 3 0
                                    

16.45

   Setelah selasai operasi tadi aku langsung chat devina
"Dev, kelar ini jalan yuk? Sepet nih gue pengen shopping udah lama. Mau yaaaa?"
"Okee, sama nih puyeng gue juga"
"Kalo gitu nanti ketemu di lobi ya, lu bawa mobil?"
"Oke, gue gak bawa nebeng lu"
"Selalu, yaudah gue masih harus check pasien nih"
"Okee"

    Dan sekarang aku sedang di lobi menunggu devina yang katanya kebelet pengen ke toilet. Mendadak tegang karena

Bunda is calling

"Iya bun?"
"Lia,tahun ini kamu cuti kan? Pulang ya ada yang mau di omongin nih"
"Insyaalloh"
Tiba-tiba ada yang menyapa ku
"dokter lia?"
"Eh mas rendi"
"Yaudah bun nanti lia telfon lagi"ku matikan telfon bunda saat mendengar salamnya
"Lagi nunggu?,siapa?"
"Iya, lagi nunggu temen"

  Tak lama devina pun datang.

"Yuk call cus, eh heeem" devina senyum kikuk waktu sadar ada rendi
"Saya duluan mas, permisi" aku yang akan melenggang pun langsung berhenti ketika ada yang mencekal tangan ku.
"Mau kemana?"
"Ada urusan sebentar" kataku tetap ramah dengan senyuman
"Rangga, udah di check?"
"Sudah, pengecekan ketiga nya nanti tengah malam, permisi"
"Oh, oke" katanya sambil tersenyum kikuk

   Di mobil devina terus saja mendesak ku untuk bercerita tentang kejadian rendi di lobi itu.

"Call"
"Apa?"
"Call"
"Apaan sih iih, lagi nyetir nih"
"Yeeu, apaan orang macet gini juga. Cerita dong call, kok lu gitu sih ama temen. Main rahasian sekarang"
"Cerita apa?" Tanya ku gemas
"Ya ada hubungan apa lu sama cowo tadi, siapa namanya?, rendi ya?"
"Gak ada hubungan apa apa, dia kakaknya pasien VIP yang kecelakan itu loh"
"Yang bocah itu?, cius lu?, uuuh gila sih ini mah. lu tau gak si rendi kerja apa?"
"Buat apa gue tau dev, gak penting lah"
"Yeuhh gue kasih tau nih ya, itu si rendi kaya raya pake bangeeet gilaaa, bokap nyokan nya aja dapet warisan dari nini aki nya gak akan abis 7 turunan, dan si rendi kaya gak keitung dari harta orang tua kebayang gak lu?, gue bayangin sih itu nanti yang jadi bini nya nih bakal tentram udah idup nya"
"Tau dari mana lu, palingan juga hoax, udah biarin aja dia mau tajir segimana juga gak ada urusan"
"Ahh lu mah kagak percayaan ama gue"
"Udah ayok turun udah nyampe nih" kataku sambil keluar dari mobil, tak terasa sudah sampai juga, karena ocehan gosip murahan devina kami pun sampai di GI dan mulai masuk mall ini untuk buang uaaangg.

20.04

  Setelah sholat isya, kami memutuskan untuk makan karena perut sudah ngadat minta amunisi.
"Ihh gilaa akhirnya kebeli juga gue tas ini" seru devina senang
"Gila sih, lo berani beli tas itu. coba liat berapa harganya?" Dan setelah ku lihat nominal nya... aku langsung pusing mual ingin muntah.
"Dev, lo gak salah beli tas?, gila 300jt? Segede gini? Gue sih mending beli tanah di kampung muat berapa bata dah tuh."
"Yeeu lu mah ah gak asik, lucu tau nih, gue juga tau kok lu juga pengen kan, ya kan, ngaku lo"
"Iyaa, gue emang pengen. Tapi kalo harus 300jt, mikir ribuan kali gue" masih gak habis pikir emang melihat devina yang bahkan sudah menghabiskan 500jt hanya untuk membeli sling bag hermes dan sepasang flat shoes. Harus di bilang si devina mengila malam ini.
"Call, liat deh di belakang lo, ada rendi"
"Rendi? Siapa rendi?"
"Yeuu lu mah kebiasaan kalo udah lupa ama orang, itu si kakaknya rangga pasien lu" serunya gemas, aku berpikir sebentar. Siapa yaa?
"Oooo iyaa ingett, emang iya ada?"
"Itu belakang lo, coba liat, tepat meja belakang lo"
"Gak ah malu njir, udah lah biarin"
"Eh dia berdiri loh, kesini dia" katanya berbisik histeris
"Syuuut, udah makan"
"Ehemm, dokter lia, boleh saya gabung?"
 
Baru saja ku akan menolak

"Eh iya silakan mas, gabung aja, hehe jadi serukan rame gini" sambil cengengesan devina menatap ku, sial.
"Makasi ya"

Fix saat rendi duduk tadi sampai sekarang devina terus menatap nya dengan tatapan memuja, ahh devina ayolah

"Dokter lia, boleh saya minta nomor hp nya?"

Terkejoed

"Eh, untuk apa ya?"
"Untuk saya telfon" ucap rendi santai sekali
"Pasti boleh lah mas, santai aja sama callia, dia mah baik" devina memang gila malam ini
"Oh gitu ya, seneng saya dengernya"
"Gimna dokter lia?"
"Eh iya boleh hehe" mau tidak mau aku pun memberi nomor ku pada rendi ya walau ragu
"Kalo gitu saya sama devina permisi ya, mau ke rumah sakit lagi soal nya" kataku cepat lalu berdiri
"Oh gitu, yasudah kalian Hati hati ya"

Callia mengeluarkan uang yang langsung di bantah oleh rendi

"Eh biar saya yang bayarin kalian, sekalian"
"Mak....." ucapan devina langsung ku potong
"Gak usah kami bayar sendiri aj..." ucapan ku di potong, wth karma is real ,i think.
"Mbak bill nya satuin sama punya saya" katanya sambil mengeluarkan atm platinum warna hitam nya
"Aduh mas gak usah harusnya, ngerepotin gini maaf yaa"kataku jujur malu sekali
"Gak papa, gak seberapa kok, yaudah saya permisi" lalu dia melenggang pergi sambil mengangkat telpon. Tak lama hp ku berbunyi
"Hallo?"
"Save nomor saya ya"
Lalu aku melirik ke sebelah dan  devina pun berkata
"Lu menang banyak sih hari ini"
"Apaan sih"
"Kayak nya dia suka sama lu deh cal?" Katanya Menduga duga
"Dev, stop, ayo ah harus cepet ke rs nih"
"Ciee cieee, gila lo. selamat ya"
"Dev stopped, lo ngelantur gitu ya?"
"Percaya deh dia suka sama lu, beda keliatan soalnya, liat aja bentar lagi dia pasti ajak lo pdkt, gentle lagi minta nomor nya langsung gilaaa"

aku berpikir, eh iya juga ya buat apa dia minta nomor ku? Pusing sekali.

21.03
  
  Setelah sampai di rumah sakit, tak berapa lama suster mega menghampiriku
"Dok, ada yang mau operasi"
Dan itulah yang menyambutku hell ahh kesall
"Ready?"
"5 menit lagi, dok" serunya sambil berlari meninggalkan ku
  Ku lirik jam tangan ku, dan..
"Ini sih alamat pulang malem lagi,hah. Tapi gak apa abis ini tahun baru gue bakal kabur, aaaa kangen bunda, semoga dapet cuti gue tahun ini"kataku sambil pergi berniat ke ruanganku.

00.04

"Huft, akhirnyaa."kataku sambil berjalan keluar dari ruangan operasi.
"Dokter lia"seru seseorang yang sepertinya ku kenal, saat ku mendongak
"Eh mas rendi?" Kataku Bingung
"Boleh bicara sebentar?"ngapain lagi sih nih cowo, elahh.
"Apa ya?"
"Kayak nya gak disini"katanya sambil melihat sekitar
"Oh gitu, di kantin gapapa kali ya?"
"Boleh"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. Thanks for reading sorry for everything.
And don't forget to vote, commnet, and share.
Luv u

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang