14. What A Fool

1.1K 192 8
                                    



Aera tertegun.

Ini sungguh menyakitkan. Ia benar-benar tidak sanggup menahan perih dalam hatinya. Chanyeol mencintainya dan sejujurnya ia pun juga mulai mencintai pemuda jangkung itu. Tapi keadaan benar-benar tidak bisa mempersatukan mereka. Ia merasa tidak pantas untuk Chanyeol, sangat tidak pantas.

"Andai saja aku tidak pernah melakukan hal menjijikkan itu...," gumam Aera lirih.

Aera terpekur dalam. Ia menyadari kebodohannya yang telah melakukan hal terlarang. Ia mengutuki dirinya sendiri yang telah menjadi gadis murahan. Kesalahan terbesarnya adalah telah melepas mahkotanya untuk pemuda yang salah. Bodoh!

Tapi itu semua terjadi bukan karena maunya. Itu semua karena Satria!

Aera masih ingat betul kejadian waktu itu. Tepatnya di malam anniversary-nya dengan Satria yang kedua. Ia tidak menyangka Satria telah memasukkan obat perangsang di minumannya. Pemuda itu telah menjebaknya!

Awalnya Aera meronta dan menolak melakukannya. Tapi tubuhnya tidak dapat bekerja sama dengan otaknya. Akhirnya malam itu menjadi malam pertama sekaligus terakhir ia melakukannya dengan Satria.

Ia sangat membenci dirinya sendiri pada saat itu. Saking bencinya, ia sampai tidak sanggup bercermin. Membayangkan dirinya yang menikmati perlakuan Satria benar-benar menjijikkan. Ia bahkan tidak berani menemui siapa pun selama sebulan penuh, termasuk Amel. Dan disaat ia memutuskan untuk mengakhiri hidup, Satria menghentikannya.

Pemuda itu meyakinkan Aera bahwa dia melakukannya murni karena cinta. Dan bodohnya, Aera percaya. Namun beberapa minggu setelahnya, Aera memergoki Satria bersama gadis lain. Kepercayaan itu pun musnah. Aera benar-benar merasa bodoh. Satria telah berkhianat dengan keji! Pemuda itu telah menorehkan luka yang sangat dalam untuk Aera yang membuat gadis itu seakan kehilangan arah dan tidak tahu lagi harus berbuat apa.

Beruntung Aera masih memiliki Amel yang selalu mau menampungnya disaat Aera tidak punya apa-apa lagi. Aera dipecat karena tidak fokus bekerja. Ia kehilangan mata pencaharian sekaligus separuh jiwanya. Hanya Amel yang terus memompa semangat hidupnya. Amel juga yang mengenalkannya pada sosok EXO sampai ia jatuh dalam pesona Park Chanyeol.

Aera selalu mendambakan Chanyeol. Selalu mendambakannya. Tapi setelah semua khayalannya terwujud, ia merasa tidak bisa menggapainya. Aera pikir, Chanyeol tidak akan mungkin mau menerima dirinya yang sudah kotor. Pemuda itu pasti jijik dan akan membuangnya begitu tahu masa lalu kelam seorang Aera.

"Aera," panggil seseorang menghancurkan lamunannya.

Aera pun membalikkan badan untuk melihat pemilik suara tersebut.

"Satria....”

Tubuh Aera seketika tegang begitu mendengar suara itu. Ia membalikkan badannya pelan dan terkejut saat mendapati Satria ada di belakangnya.

Panggilannya terasa berbeda di telinga Satria. Tidak seperti dulu, penuh kebahagiaan. Dapat Satria lihat, mata gadis itu penuh kesedihan yang membuatnya mengutuki diri sendiri. Perlahan ia mendekati Aera yang masih mematung. Ia meraih tangan Aera dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Satria bahkan tak peduli apa reaksi Aera nanti. Ia hanya ingin mendekapnya sekali lagi karena rindu yang sudah tertahan lama sekali.

"Maafin aku. Maafin aku, Aera," bisik Satria mempererat dekapannya.

Aera masih mematung. Gadis itu tidak bereaksi apa-apa. Pikirannya sudah terlalu kacau untuk mencerna ini semua. Untuk sejenak, keduanya larut dalam keheningan.

"Lepasin dia, Satria," ucap seorang gadis yang membuat dekapan itu terlepas.

Aera menoleh. Begitu pun dengan Satria. Ia mendengus pelan.

"Nadhira...," desisnya seraya menatap gadis itu tajam.

"Lepasin dia atau anak buahku bakal menguliti cewek buruk rupa ini," ancam Nadhira menatap sinis ke arah Aera.

Satria ikut menatap Aera. Sekilas ia melihat ada kilatan dendam di mata Aera. Gadis itu perlahan mendekati Nadhira dan mengucapkan kalimat yang tidak bisa Satria dengar karena posisinya yang tidak mendukung. Yang terjadi kemudian adalah Nadhira membulatkan matanya saat mendengar apa yang Aera katakan dan mengepalkan tangannya kencang. Lalu Aera meninggalkan Satria dan Nadhira.

Apa? Apa yang kau ucapkan tadi Aera? Kenapa kau meninggalkanku, lagi? Jeritan hati Satria tentu saja tidak bisa Aera dengar.

Gadis itu sudah jauh dari jangkauan Satria. Mau tak mau, malam ini Satria harus menghadapi Nadhira.

Ya, tak ada pilihan lain...







***






"Ayo masuk," ucap Adit mempersilahkan Risma masuk.

Risma hanya terbengong melihat betapa luasnya rumah yang mirip istana itu.

"Ini yang ngepelin pasti gempor," gumam Risma tanpa sadar.

Adit hanya terkekeh geli melihat tingkah polos Risma yang menggemaskan. Wajar saja Adit merasa tidak bisa menjatuhkan hatinya pada wanita lain selain pada Risma. Risma begitu polos. Terkadang celetukkannya mampu mengubah mood seseorang menjadi baik.

"Mulutnya ditutup dulu deh. Nanti ilernya tumpah-tumpah," ucap Adit yang sontak membuat mulut Risma terkatup. Ia jadi salah tingkah, kemudian menyengir lebar.

"Aku kan belum pernah masuk ke rumah sebesar ini, Dit. Maklumin lah," sahut Risma tersenyum lebar.

"Ayo, aku tunjukkin tempat tidur kamu," seru Adit seraya menggamit lengan Risma.

Adit memang belum mendengar jawaban Risma perihal lamarannya di mobil tadi. Tapi Adit sudah memutuskan Risma akan tinggal satu atap dengannya dan semua biaya rumah sakit adikknya akan langsung dilunasi. Awalnya Risma menolak, tapi Adit menawarkan agar Risma bisa membayarnya dengan menjadi asisten pribadinya dan tinggal dirumahnya. Risma yang notabenenya memang tinggal sendiri di Jakarta pun akhirnya menerima tawaran itu.

"Nah, ini kamar kamu. Anggap saja ini rumah kamu sendiri, ya. Kita kan hanya berdua di rumah ini," ujar Adit membuat Risma melebarkan matanya.

"Berdua? " tanya Risma shock.

Adit mengangguk.

"Ah! Aku belum bilang, ya? Orang tua aku udah meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan pesawat. Waktu itu mereka mau ke Seoul demi melihat konser pertama Radit. Tapi ternyata....” Adit menggantungkan kalimatnya. Ia menghela napas dan mencoba tersenyum. “Itulah yang bikin Radit nggak mau pulang ke rumah. Dia masih merasa bersalah. Akhirnya cuma aku anggota keluarga yang tersisa di sini.”

Risma memeluk Adit dengan cepat saat melihat ada kepiluan terpancar di wajah itu.

"Kamu tenang, ya.... Sekarang ada aku yang nemenin kamu," bisik Risma memeluk Adit erat.

Adit tersenyum pahit.






~ TBC ~

Story of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang