3.1

4.3K 426 60
                                    

"Bagiamana?" tanyanya harap-harap cemas begitu duduk ditempatnya kembali. Menatap Gaara penuh harap dengan sepasang hazelnya yang polos di balik kacamatanya. Membuatnya nampak seperti anak-anak yang belum mengenal dunia. Menggemaskan.

"Kawai~" gemas Ino menatapnya dari samping. Gadis pirang itu menahan kedua tangannya yang menyangga wajahnya agar tidak mencubit gemas pipi menggemaskan Naruto. Oh, tidak. Dia tidak ingin gadis itu ngambek dan menolak membagi masakan Koreanya yang tidak kalah lezat dengan buatan Ummanya.

Gaara mencibir dalam hati melihatnya, sebelum menatap lurus wajah penuh harap dihadapannya. Dalam benaknya, Gaara bertanya-tanya. Bagaimana mungkin gadis dihadapannya bisa memiliki sepupu seperti sahabat pirangnya itu? Dengan sikap dan sifat yang jelas bertolak belakang, namun keduanya jelas saling menyayangi.

"Kau bisa menggunakannya," putusnya kemudian yang langsung dijawabi sorakan senang oleh Naruto.

"Yeay!" soraknya sambil memeluk Ino sekilas.

Ino yang masih gemas pun mengambil kesempatan dengan mencubit gemas pipi gadis itu. membuat Naruto merengut dan menepis kesal kedua tangan Ino. "I-No-chan!" ejanya geram.

"Habis kau kawai sekali, Nana-ya," balas Ino tanpa dosa.

Naruto mendengkus sebal. Mengembalikan atensinya pada Gaara yang menatap interaksi keduanya dengan alis terangkat, Naruto pun meringis meminta maaf atas ketidaksopanan keduanya.

"Tidak masalah," balas Gaara.

"Eto, apakah ada persyaratan lain?"

"Jam masuk, misalnya?" tambahnya ketika Gaara masih belum menjawab.

"Kau bisa datang sesukamu." Naruto mengangguk mengerti. "Tapi mungkin kau bisa datang petang, dimana banyak pelanggan yang menikmati makan malam romantis bersama pasangannya."

"Makan malam romantis, eh?" kekeh Ino jahil yang dibalas delikan tajam Gaara. Tahu benar maksud gadis pirang dihadapannya.

"Ehm, boleh." Naruto menganggukkan kepalanya paham. Mengabaikan kata-kata Ino yang sepertinya ditujukan untuk menggoda Gaara. "Lagi pula aku tidak punya pekerjaan lain. Aku hanya liburan disini," lanjutnya sambil mengedikkan bahu.

"Tapi aku tidak bisa selalu menemanimu, Nana-ya," ujar Ino penuh sesal. Bagaimana pun, Naruto adalah tanggungjawabnya selama gadis itu di sini. Han Chun Soo telah menitipkan adik kesayangannya padanya, dan ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja.

"Aku sudah besar, Ino-chan," balas Naruto dengan wajah mencebik kesal. Kesal pada sepupunya yang tidak kalah protektif dengan kakaknya. Juga pada kakaknya yang pastinya mewanti-wanti gadis pirang itu. Ugh, Naruto merasa kembali menjadi anak-anak yang harus selalu diawasi.

"Tapi kau tanggungjawabku, Nana-ya. Aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri, sementara Oppa sudah menitipkanmu padaku."

Menitipkan? Ha! Memangnya aku barang? Batin Naruto sebal.

Keduanya bertatapan tajam selama beberapa saat. Sama-sama tidak ingin mengalah. Hingga Naruto menghela napas. Tahu benar gadis pirang dihadapannya tidak akan mau mengalah jika mengenai keselamatannya. Toh, ini semua demi kebaikannya, bukan?

"Fine, kau menang." Dan Ino langsung bersorak senang.

"Tapi aku akan tetap disini saat malam, okay?" tawar Naruto. "Dan aku akan menunggu sampai kau menjemputku. Jadi aku tidak akan sendirian di jalan. Bagaimana?" tambahnya cepat melihat raut Ino yang menunjukkan keberatan.

"Tapi kau bisa bosan, Nana-ya. Kau bisa saja-"

"Pilihannya hanya itu, Ino-chan. Kau setuju, atau aku akan mencari tempat tinggal lain tanpa perlu bergantung padamu," sela Naruto membuang muka. Sudah malas berdebat, juga tidak ingin di debat. Karena adakalanya gadis itu mau mengalah, dan ada kalanya pula gadis itu begitu keras kepala. Bahkan Han Chun Soo tidak akan berkutik ketika hal itu terjadi.

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang