3.3

2.9K 382 31
                                    

"Apa yang terjadi?" Suara baritone bernada tegas itu membuat semua pelayan di dalam kamar bernuansa biru itu gemetar ketakutan. Tuan mereka telah tiba setelah mendengar kabar bahwa putri kesayangannya yang berharga jatuh sakit setelah sempat hilang di taman kota. Tak ada yang berani bersuara. Semua orang terdiam ditempatnya dengan hati was-was menanti amukan sang tuan.

"Dia tidak apa-apa," terdengar suara tenang nan tegas, satu-satunya orang yang berani menjawab di dalam ruangan itu.

"Apa yang terjadi dengan Yui, Neji?" Uchiha Sasuke bergerak luwes menghampiri putrinya yang terbaring dengan wajah pucat di atas tempat tidurnya. Keringat dingin nampak bercucuran dari dahi dan pelipisnya.

"Dia demam," lagi, terdengar jawaban kalem dari Hyuuga Neji.

Tangan besar itu mendarat di atas kening putrinya, dan merasakan suhu tubuh gadis kecilnya yang cukup tinggi. Dahinya mengerut tidak senang. Seingatnya, tadi pagi putrinya masih baik-baik saja. Bagaimana mungkin saat ini menjadi seperti ini? Sesuatu pasti telah terjadi saat putrinya sempat menghilang tadi pagi.

"Apa saja yang telah terjadi hari ini?" pertanyaan itu tidak hanya ditanyakan dengan nada tegas, namun juga menguarkan aura mengerikan yang membuat semua pelayan menelan kering ludah mereka. Tak berani menjawab.

.

.

.

Melihat Naruto yang pingsan setelah mimisan, Ino begitu khawatir dan tidak tahu harus melakukan apa. Gadis itu tidak berani menghubungi Chun Soo. Tidak, karena ia tahu apa yang akan lelaki itu lakukan nantinya jika tahu apa yang terjadi pagi ini. Dan tidak, karena ia tidak bisa melihat wajah sedih Naruto jika tahu ia melakukannya. Karena ini adalah perjalanan terakhirnya. Ino tidak bisa membiarkan dirinya menghancurkan kebahagiaan kecil sepupunya itu. Ia tidak bisa, membayangkan bagaimana sedihnya gadis itu mendapati dimana dirinya nanti jika hal itu sampai terjadi. Karena pasti, entah Chun Soo atau sang paman, akan langsung terbang kemari dan membawanya kembali.

Ino juga tidak bisa membawa Naruto ke rumah sakit Konoha karena hal itu terlarang bagi mereka. Bagi keluarga Han, dan Naruto terutama.

Lalu, apa yang harus dilakukannya sekarang? 

.

.

.

"Jadi maksud kalian, putriku menangis dan tidak mau dipisahkan dengan gadis itu?" para pelayan yang memang berada di taman saat itu menggangguk cepat. Kepala mereka menunduk tanpa berani melihat wajah gelap tuan mereka. Mereka telah menceritakan apa yang terjadi tanpa menambah atau mengurangi kenyataan yang ada. Oh, tak ada yang berani mengucapkan kebohongan pada sang tuan, atau selamat tinggal pada pekerjaan mereka untuk selamanya.

"Yui, memeluk dan tidak mau dipisahkan?" gumam Neji mengulangi kata-kata itu, lebih seperti untuk dirinya sendiri.

Selama ini, Yui sangat sulit didekati oleh seseorang, bahkan dari keluarga mereka sendiri. Jadi, bagaimana mungkin keponakannya itu tiba-tiba memeluk seseorang dan tidak mau dipisahkan darinya?

"Bagaimana wajah gadis itu? Apa dia mirip dengan adikku?" Neji menatap menuntut para pelayan keluarga Uchiha itu.

Bukan tanpa alasan Neji menanyakannya. Ada kemungkinan, keponakannya mengira bahwa gadis itu adalah ibunya, jika memang gadis itu mirip dengan adiknya. Dan ia tidak bisa membiarkannya, karena bisa saja gadis itu akan mengambil keuntungan dari keluarga mereka. dan ini tidak bisa dibiarkan.

"Ti-tidak, Tuan. Sama sekali tidak ada kemiripan di antara nona tersebut dengan Nyonya Hinata," jawab Yuri, salah satu maid yang kebetulan pertama kali menemukan Yui pagi tadi. Dia sempat memperhatikan wajah Naruto dengan seksama, wajah gadis itu yang juga berurai air mata saat mereka kemudian dipisahkan. Gadis itu mungkin hanya diam, tapi tatapannya nampak terluka. Perasaan sedih dan iba yang entah kenapa bisa dirasakannya dari sepasang hazel lembut itu.

Jawaban Yuri membuat Neji tertegun. Tidak ada kemiripan sama sekali? Lalu, kenapa keponakannya bisa sampai bersikap seperti itu? Apa yang sudah gadis itu lakukan pada keponakannya?

"Sas," Neji menatap Uchiha Sasuke yang kini juga menatapnya. Mereka terdiam, seolah berbicara melalui mata.

"Cari tahu mengenai gadis itu. Aku ingin laporannya ada di mejaku besok pagi." Perintah itu jelas, dan meski Neji nampak tak setuju dengannya, pria itu hanya bisa diam ditempatnya.

.

.

.

"Bagaimana keadaannya?" Ino menatap gadis dihadapannya khawatir. Gadis berkacamata itu nampak mengerutkan kening begitu selesai memeriksa Naruto. Karena ia tidak bisa membawa Naruto ke rumah sakit, maka ia memanggil sahabat dokternya yang kebetulan mengambil spesialis bedah syaraf.

Cukup lama gadis itu memeriksa Naruto, begitu juga obat-obatan yang Naruto miliki. Tapi, lebih dari itu, gadis berkacamata itu lebih banyak terdiam sambil mengamati sosok sepupunya dengan seksama. Seolah ingin memastikan sesuatu, namun tidak yakin. Bahkan tatapan gadis itu sangat berbeda dengan saat memeriksa pasien lain. Ada sesuatu dari sepasang violet gadis itu yang menatap lekat sosok Naruto.

"Ino," katanya dengan tatapan yang tak lepas pada wajah ayu Naruto. "Katakan padaku siapa dia sebenarnya." Tubuh Ino menegang kaku melihat tatapan tak terbaca Karin padanya.

Apa? Apa maksud Uzumaki Karin bertanya seperti ini padanya?

.
.
.

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang