Let me be the one you most love
-Arthur Stavio-"Nad, kayanya gue hampir berhasil taklukin Arthur." Ujar Nana usai menyeruput es tehnya.
"Yakin? Terus gimana?" Antusias Nadine.
"Sebenernya gue ga terlalu tertarik buat bikin dia turun ranking. Lo bener, harusnya gue cukup belajar aja yang rajin." Nana menaikkan kedua alisnya. "Tapi ada tujuan lain yang belum gue kasih tau ke elo."
"Apa emangnya?"
"Karna gue terlanjur jatuh cinta sama Arthur sejak SMP, sebelum dia hilang ingatan."
"WHAATT??? Ternyata selama ini lo umpetin rahasia besar ya?" Nadine terkejut.
"Kalem dulu, biar gue ceritain. Sebenernya orang tua gue dan Arthur itu udah deket banget dari dulu. Apalagi nyokap sama tante Ifah itu temen sma. Jadinya dari kecil gue sama dia udah terbiasa main bareng, nginep bareng, nangis bareng, bahkan tidur satu kamar pas kecil. Semakin kesini perasaan itu makin jelas, gue rasa gue makin sayang sama Arthur. Tapi gue ga berani ungkapin, gue takut dia ngejauh." Nana menyeruput lagi es tehnya.
"... Sampe akhirnya dia kecelakaan habis UN. Dan waktu itu yang nyetir mobil bokap gue. Mobil itu masuk jurang, Arthur selamat, tapi dia jadi hilang ingatan karna kebentur. Dan bokap gue meninggal. Karna kejadian itu, Tante Ifah pindah rumah dan ngejauhin Arthur dari keluarga gue."
" terus orangtua Arthur masih musuhan sama nyokap lo sampe sekarang?" Celetuk Rachel yang baru datang.
"Mereka udah baikan. Kemaren lusa Tante Ifah silaturahmi ke rumah gue."
"Ah, lega dengernya. Tapi gue sedih kalo bayangin jadi lo, Na." ucap Nadine.
"Sante aja kali. Lagian sekarang gue udah deket lagi sama Arthur. Walaupun belum sedeket dulu." senyum ceria Nana kembali mengembang. "Yuk masuk kelas." Sambungnya meninggalkan kantin.
***
Sinar mentari cukup menyengat padahal hari sudah sore. Gadis berambut ikal itu sedang melakukan serangkaian latihan untuk show paskibra di acara sekolah dengan anggota yang lain. Dalam barisan yang sangat teratur, Nana sedikit menengok ke arah samping, memandang ke arah koridor. Arthur melambaikan tangannya dari kursi panjang yang ada di koridor itu dan dibalas senyum lebar Nana. Ia sengaja menunggu Nana selesai latihan untuk sekalian mengantarnya pulang, karna sekarang mereka sudah menjadi tetangga.
Arthur bisa melihat jelas jalannya latihan formasi di lapangan. Dan wajah Nana tak sedikitpun lepas dari penglihatannya. Ia memperhatikan baik-baik dan kagum akan formasi piramida dua tingkat yang sempurna dibentuk Nana dan kawan-kawannya.
Tapi tetap saja ada rasa resah dalam diri cowok itu. Bagaimana tidak, Nana sedang berpijak pada bahu dua orang laki-laki sebagai puncak piramida, tanpa mencengkram apapun sebagai pegangan. Ia bisa saja jatuh dan mengalami cedera. Dan benar saja Tuhan menimpakan itu pada Nana. Dua orang laki-laki itu ternyata tidak cukup kuat menopang tubuh Nana. Akibatnya Nana jatuh dari ketinggian dan tubuhnya terjerembab ke lantai lapangan. Terlebih matras yang sudah ditempatkan untuk pengaman tidak terpasang dengan tepat.
"NANAA!!" Teriak Arthur seraya berlari menuju tubuh Nana yang terkapar.
Arthur mengangkat kerah baju Yuan yang sedang berusaha menolong Nana yang kesakitan.
"Kenapa harus Nana yang berdiri di atas hah?! Kenapa ga orang lain aja ?!" Amarah Arthur semakin menjadi-jadi melihat cewek di depannya hampir tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Conqueror [REVISI]
Teen FictionAudrina, cewek pelupa bahkan dengan kaos kakinya sendiri kecuali rumus matematika. Gak pernah pacaran dan ga akan pacaran kecuali kalo ada maksud tertentu. Arthur, cowok introvert yang menyimpan banyak rahasia. Nana suka ganggu dan bikin masalah...