My Conqueror | Olimpiade

289 23 2
                                    

Sudah direvisi karna versi sebelumnya kurang greget dan menarik. Happy reading.



"Gila, ganteng parah Chel!" teriak Nana heboh pada Rachel yang melompat-lompat di antara kerumunan penonton konser kecil itu.

Siang itu, lantai satu Mall terbesar di kota Nana sedang dipenuhi sorak sorai penonton yang mengidolakan seorang DJ di atas panggung itu. Tangannya asyik memutar piringan hitam. Karismanya makin menghipnotis remaja-remaja perempuan yang sebagian adalah peserta olimpiade.

"Kayanya gue kenal dia deh Chel." Nana memicingkan matanya.

"Salah liat kali lo, dia kan jarang tampil di tempat umum kaya gini. Biasanya DJ kaya gitu kan ngisinya di klub malem."

"Dia Arthur Chel! Yang tadi ikut olimpiade satu ruangan sama gue!" seru Nana.

Pagi itu Audrina Trixie atau yang kerap disapa Nana mengikuti olimpiade yang di sponsori toko buku di Mall itu.

***
Pagi itu...

"Sial! Padahal gue udah rela nahan boker biar ga telat" Nana memijit keningnya setelah mengambil tempat duduk di samping meja registrasi. Ia telat datang ke lantai dua Mall untuk mengikuti olimpiade.

Setelah puas menyalahkan diri sendiri dan kakaknya yang lambat menyetir mobil, ia beralih mengambil ponsel. Membuka sosial media untuk mengisi waktunya sembari menunggu panitia datang memberi informasi lebih lanjut.

Karna mulai malas, ia mengalihkan pandangannya ke samping kiri.

"Eh buset!" Nana terkejut melihat kini ada cowok tampan yang tengah duduk disampingnya.

Cowok yang tampak asing itu hanya merespon dengan tolehan secara reflek. Lantas kembali memfokuskan pandangannya ke layar handphone.

"Eh, lo siapa? Dari sma mana? Lo telat juga kaya gue ya?" Selidik Nana

"Yang bisa lo liat sekarang." jawab cowok itu tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone.

Nana melihat bet sekolah yang terjait di seragam lengan kanan cowok itu.

SMA HARAPAN

"Hah? Lo dari SMA Harapan? Kok gue ga pernah liat ya? Mmm.. Mungkin karna kita baru tiga bulan sekolah satu SMA kali ya?" Tanya Nana terkejut.

"Hm." balas pendek cowok itu.

"Wah, samaan dong. Gue kira cuma gue yang ikut olim disini. Nanti abis ngerjain soal nonton band dibawah bareng sama gue yah." bujuk Nana dengan raut sumringah.

"Ngapain gue harus nonton sama lo?"

"Kita kan temen. Satu SMA lagi. Gue ga punya temen siapapun disini. Gue ga kenal siapa-siapa." Nana beringsut. "Oh iya kenalin, gue Audrina Trixie. Lo bisa panggil gue Nana." sambung gadis itu menjulurkan tangan Kanannya.

"Oh. Gue Arthur." balasnya sambil menoleh, menampakkan wajahnya secara sempurna pada Nana.

Nana membulatkan matanya. "Artha?"

"Arthur, bukan Artha."

"Lo lupa pernah–"

Ucapan Nana terpotong oleh kedatangan panitia yang memberitahukan bahwa mereka boleh mengikuti olimpiade tapi diruang berbeda karna waktu yang diperoleh juga berbeda dengan mereka yang sudah terlebih dahulu mengerjakan soal olimpiade.

Gadis ikal itu langsung berdiri mengikuti langkah panitia itu ke ruang berukuran 4x4 meter. Hanya ada tiga kursi meja di dalamnya. Dua untuk mereka, dan satu untuk pengawas.

Ia tak pernah menyangka akan mengerjakan soal-soal yang penuh angka itu hanya berdua.
Satu ruangan dengan siswa sebanyak dua puluh saja sudah membuat tangannya dingin ketika pengawas mondar mandir,apalagi ini?

Cuma berdua

"Fiuh, fiuh, tarik nafas, huh, tarik, huh. Jangan blank jangan blank. Gue mohon" Nana mencoba untuk tidak tegang.

Ia mulai mengerjakan soal sebanyak empat puluh itu sebaik mungkin. Sesekali ia melirik kearah Arthur yang tampak tenang dan sibuk menghitung. Gadis itu tak mau kalah, ia sudah berkomitmen untuk mendapatkan hadiah uang jutaan dan buku-buku best seller terbaru yang dijanjikan instansi toko buku itu.

Tak terasa 120 menit berlalu begitu saja. Nana menarik nafas lega, begitupun Arthur yang segera mengumpulkan lembar jawab dan berjalan keluar ruangan.

***

Setelah konser kecil itu usai, Nana mengambil tempat duduk tepat di depan panggung untuk mendengar pengumuman pemenang olimpiade.

tak lama kemudian dua orang pria dan wanita dengan seragam instansi muncul di atas panggung. Semua peserta seketika menyorotkan matanya pada dua orang itu.

" langsung aja kita umumin juaranya ya, kayanya udah pada ga sabar. Juara 3 dengan skor 147 diraih oleeh...... Arthur Stavio dari SMA Harapan!" Ucap seorang wanita di atas panggung.

Cowok berbadan proporsional itu melangkah naik ke panggung dengan senyum tipis. Lantas meraih piala dan steroform bertuliskan Rp. 2000.000.

"Wah, Artha hebat banget!" batin Nana.

"Tempat kedua dengan skor 152 diraih oleh Afrina Susianti!"

Nana menghembuskan nafas. Ia kira ia akan ada di tempat kedua. Kini ia semakin gugup saja. Hanya tinggal satu peluang.

"Dan juara pertama dengan skor 160 diraih oleh.. Audrina Trixie! Tepuk tangan yang meriah"

Nana meloncat girang dari tempat duduknya. Ia tak pernah menyangka akan jadi juara pertama. Gadis itu bergegas naik panggung diiringi lirikan kecewa dari peserta lain. Targetnya telah tercapai.

Edwin datang lebih cepat dari permintaan Nana begitu mendengar adiknya akan membawa pulang uang  jutaan rupiah.

Ditengah jalan Nana teringat sesuatu.

"Kak?" Ucap Nana.

"Apa?"

"Nana tadi ketemu Arthur."

Edwin memukul keras kemudinya, kesal.

"Ternyata masih hidup dia." Cowok sembilan belas tahun itu mendengus.

***


Jangan lupa vomen. Makasih banyak :) chapter selanjutnya asyik loh. 😘

-Nahra si moody

My Conqueror [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang